Inilah Para Petinggi Baru Kementerian LHK, Apa Pesan Menteri Siti?

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, pada Jumat sore (29/5/15) melantik 13 pejabat eselon satu seperti yang tertuang dalam Keputusan Presiden No 77/M/2015, soal pemberhentian dan pengangkatan dari dan jabatan dalam pimpinan tinggi madya di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sebagian besar para pejabat iniwajah-wajah lama dari dua kementerian gabungan ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Hadir dalam pelantikan itu beberapa Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Kehutanan kabinet lalu seperti Sarwono Kusumaatmadja, MS Kaban, Rahmat Witoelar dan Erna Witoelar. Ada juga Ketua MPR sekaligus Menteri Kehutanan lalu, Zulkifli Hasan serta anggota DPR Komisi IV dan VII.

Siti Nurbaya mengatakan, dengan pelantikan ini, mereka resmi berada dalam satu wadah yaitu KLHK. Dengan struktur baru ini, KLHK terdiri dari 18 eselon I, 86 eselon II, 316 eselon III dan 769 seselon IV.

“Saya rasa enam bulan terakhir masa transisi cukup berat. Terima kasih dukungan senior, pimpinan dan anggota Komisi VII dan IV, kami lalui masa sulit dengan baik,” katanya kala pelantikan di Jakarta.

Dia meminta, dengan format baru ini, jajaran KLHK makin kokoh, kompak dan makin profesional serta disiplin dalam menjalankan tugas-tugas.

Setelah pelantikan ini, dia meminta jajaran petinggi langsung merealisasikan rencana-rencana kerja. “Kita punya cara-cara dan sistem kerja yang harus berkait dengan daerah. Ini tak mudah tapi bukan menakutkan,” ucap Siti.

Hal paling penting lagi,  katanya, saat ini sudah dilakukan modifikasi-modifikasi kerja bersama jajaran masyarakat, masyarakat sipil, dan media. “Apa yang diinginkan publik, ketika ada persoalan maka harus diselesaikan. Bukan pencitraan.”

Kini, katanya, birokrasi KLHK dibimbing oleh tuntutan dan harapan publik. “Saya terima kasih teman-teman di eselon  bisa lakukan itu dengan baik. Saya berharap, nanti eselon-eselon baru harus seperti itu,” katanya.

Dia meminta komitmen bersama para pejabat buat pengabdian dan kerja keras sejalan dengan tingginya harapan dan dinamika masyarakat. “Saya minta komit. Saya gak mau handphone mati,  termasuk weekend tak boleh hape mati. Itu yang paling penting. Komitmen kerja yang interaktif, tak boleh bete kalau dapat sms dari rakyat. Kadang bete juga, tetapi tak boleh bete.”

Dia kembali menekankan, agar para pejabat eselon bekerja dengan lintas komponen dan lakukan policy exercise kepada dua jajaran eselon di bawahnya.  “Jadi kita berangkat bareng-bareng, tak boleh ada ketinggalan satu unsurpun di kementerian ini. Saya kira fungsi birokrasi yaitu administrasi, policy advise, artikulasi kepentingan dan menjaga stabilitas pemerintahan harus betul-betul dibuktikan. Akan kita laksanakan bersama-sama.”

Para pejabat eselon, katanya, dituntut memiliki keterampilan dalam artikulasi kebijakan.  “Banyak masalah kita hadapi, dari tenurial, konflik, penegakan hukum dan lain-lain. Saya kira kita tak punya pilihan lain kecuali betul-betul menjaga sensitivitas kita terhadap apa yang dibutuhkan publik terutama yang kita dengar dari media. Banyak instrumen dari pembangunan berkelanjutan yang dipersoalkan, misal, destruksi udara dan atmosfir juga pengelolaan air, limbah dan lain-lain.”

Wilayah kelola rakyat

Siti mengatakan, KLHK juga mempunyai tantangan besar dalam mewujudkan perhutanan sosial yang menjadi tumpuan harapan masyarakat. Laporan yang masuk ke KLHK atau lewat posko pengaduan dalam tiga bulan sekitar 224 isu, 70-80% soal konflik dan alokasi lahan buat masyarakat. Untuk itu, Siti menekankan khusus kepada Hadi Daryanto, Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan “Khusus kepada Pak Hadi Daryanto, titip betul, ini benar-benar hal yang cukup berat dan membutuhkan hasil kongkrit di lapangan hingga kita terhindar dari hanya pencitraan,” katanya.

Dia juga berpesan pada San Afri Awang, Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan. “Kita punya tantangan besar di kebijakan alokasi lahan menyangkut infrastruktur, ekonomi dan lain-lain. “Saya kira banyak hal yang harus kita jelaskan kepada para environmentalis, mengapa kita membutuhkan alokasi lahan seperti itu.”

Menteri juga menyebut soal dirjen baru, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim yang muatan kerja merangkum beberapa kelembagaan sebelumnya, yakni BP REDD+ dan DNPI. “Ini menegaskan secara efektif seluruh agenda perubahan iklim akan dikelola oleh Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim.”

Menurut dia, direktorat ini akan mencakup soal adaptasi, mitigasi, investarisasi gas rumah kaca, monitoring dan pelaporan, serta verifikasi. Lalu, mobilisasi sumber daya sektoral dan regional, serta pengendalian kebakaran hutan.

Bersamaan dengan itu, guna menjaga independensi dan obyektivitas kelembagaan dalam kerja sama RI-Norwegia atau kerja sama teknik lain, kata Siti, kementerian ini menghadirkan Dewan Pengarah Perubahan Iklim tingkat nasional. “Yang akan dipimpin Sarwono Kusumaatmadja, dengan anggota NGOs, birokrasi senior, kerja sama teknik luar negeri,” ujar dia.

Siti berharap, dengan dirjen baru ini, agenda perubahan iklim Indonesia makin kuat bukan hanya dalam komitmen juga praktik.

Kata mereka

Bustar Maitar dari Greenpeace menanggapi pelantikan petinggi baru KLHK ini. Menurut dia, Menteri Siti berkomitmen melakukan hal-hal yang sudah menjadi komitmen pemerintahan lama.  Seperti soal perubahan iklim, katanya, menteri secara spesifik menyampaikan terkait Norwegia dan kerja sama lain-lain.

Meskipun begitu, Bustar menyimpan kekhawatiran menyangkut koordinasi lintas kementerian. Menurut dia, jangan sampai kerja-kerja lintas kementerian yang dilakukan BP REDD+ dan DNPI sebelum ini menjadi terisolasi di dalam ruang lingkup lingkungan dan kehutanan. “Jadi, kita berharap bisa lintas kementerian. Artinya, kalau kita bicara perubahan iklim tak hanya Kementerian  LHK. Juga ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) harus ter-cover, dan kementerian-kementerian lain. Itu yang kita harap bisa terwujud di jajaran baru ini.”

Mengenai figur-figur pejabat yang duduk, katanya, sebagian besar orang-orang lama. Mereka, katanya mempunyai pengalaman panjang dengan isu yang ditangani. “Jadi berharap, ada implementasi dari rencana sebelumnya.”

Namun Bustar mengingatkan, dengan pejabat ‘muka-muka lama ini’ jangan bekerja dengan gaya lama. “Harus diubah.  Harus lebih terbuka, tak sektoral.”

Dengan penggabungan ini, katanya, orientasi juga harus berubah. Sesuai nomenklatur, lingkungan hidup dan kehutanan hendaknya lingkungan berada di depan. “Yang tadinya orientasi produksi, eksploitasi hutan kini semangatnya bagaimana mengelola berkelanjutan. Bukan lagi semangat eksploitasi, ekstraksi. Itu yang saya pikir harus diubah dengan pengabungan kementerian dan orang-orang baru ini,” ujar dia.

Noer Fauzi Rachman, Direktur Sajogyo Institute untuk Dokumentasi dan Studi Agraria Indonesia juga ikut menyoroti. Menurut Doktor Ilmu Lingkungan, Kebijakan dan Manajemen dari University of California, di Berkeley ini,  ada beberapa hal ditekankan menteri seperti pada Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan dan Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan.

Kedua direktorat itu, katanya,  diminta menyelesaikan konflik dengan pendekatan akses rakyat dengan perluasan pengelolaan hutan. “Saya rasa, memang selama ini hal itu paling lemah. Kita alami masa di mana rakyat bukan malah diperkuat dalam pengelolaan hutan justru dilemahkan dan dikurangi.”

Untuk itu, katanya, ujian saat ini bagaimana pemerintah baru menghadirkan negara dengan cara berbeda. Menteri, kata Oji, begitu biasa disapa,  sudah memberikan penanda-penanda baru soal peningkatan akses rakyat ini. Namun, dia belum yakin karena para pejabat yang duduk orang-orang lama.

“Dirjen ini kan sebenarnya pejabat sebelumnya.  San Afri Awang dan Hadi Daryanto, orang lama. Kalau boleh dibilang,  ini bukan penanda baru. Orangnya bukan penanda baru.”

Bagaimana agar kementerian bisa bekerja efektif? Menurut Oji, dalam mengambil keputusan menteri harus melibatkan berbagai pihak untuk membantu. “Kalau sifat (keputusan) masih sentralistik dan mengambil keputusan elitis tak membuka partisipasi rakyat, maka penanda-penanda baru itu tak akan menjadi wujud atau kenyataan.”

Dia sadar, perlu kerja berat mewujudkan ini. “Kita juga terpanggil untuk mengurusnya. Kalau diurus baik, mungkin akan jadi baik, kalau tidak, akan kembali ke cara lama.”

Sumber : klik di sini

Berita terkait lainya : klik di sini

Share Button

Balitek KSDA Serukan Konservasi KEHATI di Pameran IBEX EXPO 2015

BPTKSDA (Samboja 27/05/15)_Dalam rangka memperingati hari Keanekaragaman Hayati yang jatuh pada tanggal 22 Mei 2015, Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) mengikuti pameran Indonesian Biodiversity dan Conservation Expo(IBEX EXPO) 2015. Perhelatan nasional yang kedua kali ini digelar di gedung Dome Balikpapan dari tanggal 21 hingga 24 Mei 2015 dengan dibuka oleh Wakil Gubernur Kalimantan Timur, H.M. Mukmin Faisyal HP.

“Keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia harus kita lestarikan,” kata Mukmin mengawali sambutannya. Menurut Mukmin,  Kalimantan Timur memiliki wilayah yang sangat luas dan diberi anugerah oleh Tuhan YME dengan potensi sumberdaya alam yang sangat besar. “Kita harus belajar bersyukur karena di darat ada hutan, sungai, danau dan laut yang menyimpan berjuta makhluk hidup baik flora, fauna”, papar Mukmin, sembari mengingatkan bahwa generasi muda harus memahami pentingnya pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkesinambungan.

Pada pameran IBEX Expo 2015 ini, Balitek KSDA bekerjasama dengan PT. Singlurus Pratama mewakili Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengkampanyekan gerakan konservasi. Dengan tema keanekaragaman hayati, stand Balitek KSDA menampilkan berbagai jenis tumbuhan dan satwa dari kawasan hutan. Sebagai pemancing daya tarik pengunjung, Balitek KSDA menampilkan beberapa jenis kayu dari kawasan hutan yang disusun sedemikian rupa menjadi partisi dinding stand. Selain menyampaikan informasi mengenai jenis-jenis kayu dari hutan, banyak pengunjung tertarik akan nilai artistik dari partisi tersebut.

Materi lain yang ditampilkan adalah Poster Bersinergi dengan alam, Satwaliar di PT Singlurus Pratama dan Keanekaragaman tanaman obat di Kalimantan. Beberapa gambar hasil karya Priyono (Juru Gambar Herbarium Wanariset Samboja) seperti buah Dipterocarpus, Jenis-jenis buah asli Kalimantan dan tengkawang tungkul (Shorea stenoptera) juga menambah nilai kreasi dan diseminasi keanekaragaman hayati di Kalimantan dan menjadi daya tarik bagi pengunjung yang belum mengenalnya.

IMG_4667Labi-labi juga ditampilkan di stan Balitek KSDA. Anak-anak yang menjadi pengunjung pameran terlihat sangat antusias melihat hewan yang satu ini. Banyak yang belum bisa membedakan antara kura-kura, penyu, maupun labi-labi.

Pengunjung  stand Balitek KSDA juga tampak antusias mendapatkan informasi yang disajikan melalui  beberapa leaflet yang ditampilkan mengenai Tumbuhan obat anti diabetes dan kolesterol, Tumbuhan berkhasiat obat etnis asli Kalimantan untuk  pengobatan wanita pasca melahirkan, Pemanfaatan akar kuning, Kelelawar di lahan bekas tambang batubara, Burung di lahan bekas tambang batubara, Jenis-jenis tumbuhan dari proses regenerasi alami di lahan bekas tambang batubara, Rusa sambar-Referensi pakan dan adaptasi dalam penangkaran, Habitat dan penyebaran labi-labi di Kalimantan Timur dan Burung-burung di areal rehabilitasi lahan gambut TN Sebangau.

Pada kesempatan ini juga, Balitek KSDA mencoba menggerakkan masyarakat untuk lebih perduli dan ikut serta melestarikan keanekaragaman hayati, khususnya pada jenis-jenis yang dilindungi dengan membagikan bookmark dan pin gerakan konservasi dalam berbagai tema, seperti “Save Bekantan“, “Save Orangutan“, “Save Kukang“, “Save Anggrek Hitam“, “Save Ulin” dan pengenalan jenis-jenis flora fauna lainnya.

IBEX Expo 2015 ini diikuti oleh 30 stand dari berbagai provinsi dan Kabupaten/kota se-Indonesia serta instansi pusat dan daerah. Semoga langkah kecil pengenalan keanekaragaman hayati ini diharapkan dapat menggugah masyarakat terutama generasi muda untuk menjadi agen-agen pengerak konservasi. ***ADS

IMG_4591

IMG_4561IMG_4283

 

Share Button

Kuliah Lapang Mahasiswa Farmasi Unmul di Balitek KSDA

BPTKSDA (Samboja, 25/05/2015)_Dalam rangka mendekatkan dan meningkatkan pengetahuan di bidang biosistematik dan etnofarmaka, mahasiswa dan dosen Farmasi Universitas Mulawarman melakukan kuliah lapang di Balitek KSDA. Kegiatan ini dilakukan selama dua hari dari tanggal 25 s.d. 26 Mei 2015. Peserta kuliah lapang merupakan mahasiswa angkatan 2014 dengan jumlah 76 orang yang didampingi oleh 4 dosen pengampu yaitu Islamudin Ahmad, S.Si, M.Si, Apt, Riski Sulistryarini, S.Farm., Apt, Wisnu Cahyo Prabowo, S.Farm., M.Si, dan Wahyu Hidayat, S.Farm., M.Si.

Kepala Balitek KSDA, Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si dalam sambutannya mengapresisasi dengan baik adanya kuliah lapang dari perguruan tinggi. “Keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia agar dapat dikembangkan terutama yang memiliki khasiat obat. Pembuatan plot Tumbuhan Berkhasiat Obat di KHDTK Samboja telah kami lakukan sebagai bentuk upaya konservasi keanekaragaman hayati tersebut,” kata Gadang. Selain itu, kedepannya kerjasama penelitian dibidang tumbuhan obat juga terbuka lebar bagi Farmasi Unmul bersama peneliti di Balitek KSDA.

Pelaksanaan kuliah lapang dimulai di aula Balitek KSDA dengan materi pertama disampaikan oleh Dr. Wawan Gunawan, S.Hut, M.Si dan Septina Asih Widuri, S.Si. dengan tema “Kondisi Hutan Kalimantan dan Prospek Pemanfaatan Tumbuhan Obat Secara Berkelanjutan”.  “Hutan Kalimantan memiliki potensi keanekaragaman hayati terutama tumbuhan obat yang sangat tinggi. Namun juga memiliki ancaman yang tinggi terhadap kelestarian keanekaragaman tumbuhan obat tersebut akibat berbagai aktivitas manusia”, ungkap Septina. “Sebagai upaya pemanfaatan pemanfaatan tumbuhan obat secara berkelanjutan sekaligus strategi konservasi tumbuhan obat dalam menghadapi ancaman yang ada, maka dapat dilakukan kegiatan budidaya tumbuhan obat dan bioprospecting tumbuhan obat”, kata Wawan.

Materi kedua dilanjutkan dengan “Teknik Pengumpulan dan Pembuatan Herbarium”  yang disampaikan oleh Bina Swasta Sitepu, S.Hut. “Pemilihan material tumbuhan yang tepat akan memberikan informasi yang baik untuk spesimen herbarium yang dibuat”, ujar Bina. Dengan informasi dan kondisi herbarium yang baik, proses identifikasi akan lebih mudah dilakukan dan lebih banyak informasi yang dapat didapat dari koleksi tersebut. Pada sesi selanjutnya, mahasiswa dibagi dalam dua group praktek lapangan, yaitu: Potensi Tumbuhan Obat dan Teknik Sampling Tumbuhan di Plot Tumbuhan Obat Balitek KSDA dan Pembuatan Herbarium di Herbarium Samboja.

Saat mengunjungi Plot Tumbuhan Obat di KHDTK Samboja. Mahasiswa tampak antusias dapat menemukan secara langsung tumbuhan berkhasiat obat di alam. “Apa manfaat Kedemba ini pak?”, kata Lilis salah satu mahasiswa. “Etnis Kutai di Kalimantan Timur menggunakan Kedemba untuk pengobatan pasca melahirkan dan juga dapat mengatasi demam. Caranya dengan meminum air rebusan kulit batang dari pohon hutan ini”, kata Tri Atmoko, S.Hut, M.Si yang mendampingi selama di lapangan. Peserta terlihat menikmati saat menjelajahi trek Plot Tumbuhan Obat dan aktif melakukan tanya jawab juga kepada pendamping lainnya Mardi Tofani Rengku (Teknisi Litkayasa Penyelia) dan Taufiqurrohman, S.Hut, M.Si (Pengelola KHDTK Samboja).

Pada sesi pembuatan herbarium di Herbarium Wanariset samboja, mahasiswa  diajak untuk melakukan praktek pembuatan herbarium didampingi oleh Zainal Afirin (pengenal jenis), Priyono (Drawer), Mira Kumalaningsih, S.Hut (Data Base) dan Iman Suharja (Pengelola Herbarium Wanariset).  Kegiatan mulai dari pengambilan spesimen, penanganan spesimen di lapangan, pengeringan, pengeplakan, pemberian label dan penyimpanan data di database. Pada sesi ini, mahasiswa mengaku masih agak bingung ketika menemukan jenis yang memiliki daun berukuran besar. “Bagaimana membuat koleksi herbarium dari Sukun yang memiliki daun yang besar ?” tanya Barry. “Daun yang besar dapat dilipat secukupnya sesuai dengan ukuran kertas tempel sehingga informasi yang diperlukan dari koleksi tersebut tetap dapat terlihat jelas”, jelas Arifin.

Pada akhir kuliah, Mahasiswa diberi kesempatan untuk menyiapkan spesimen hasil pengambilan di lapangan untuk dikeringkan di oven pengering. Dengan adanya kuliah lapang ini, diharapkan mahasiswa dapat mengkoleksi dan membuat herbarium tumbuhan berkhasiat obat untuk kegiatan penelitian ataupun untuk koleksi   di kampus.*** ADS

Untitled-1

Share Button

Instruksi Presiden Penundaan Pemberian Ijin dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

Inpres moratorium bidang kehutanan.

“Dalam rangka menyelesaikan berbagai upaya untuk penyempurnaan tata kelola hutan dan lahan gambut yang tengah berlangsung dalam rangka upaya penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, dengan ini menginstruksikan:

Kepada:

1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 2. Menteri Dalam Negeri; 3. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional; 4. Sekretaris Kabinet; 5. Kepala Badan Informasi Geospasial; 6. Para Gubernur; 7. Para Bupati/Walikota;

Untuk Informasi selengkapnya silahkan download dokumen dibawah ini

klik download dokumen moratorium kehutanan 2015

klik download dokumen moratorium  kehutanan 2013

berita terkait lainnya 1 dan 2

Share Button

Gunakan Bioplastik, Tessa Raih Penghargaan Lingkungan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan penghargaan kepada sejumlah industri yang menggunakan biodegradable plastik. Salah satu penerima penghargaan adalah PT Graha Kerindo Utama, produsen tisu Tessa dan Multi.

Penghargaan diberikan bersamaan dengan acara “Kearifan Lokal Budaya Menjaga Lingkungan – Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan” yang digelar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Sabtu (16/5/2015).

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurabaya Bakar, mengungkapkan bahwa penggunaan plastik biodegradable merupakan inisiatif baik industri untuk menunjukkan kepedulian pada lingkungan.

Bambang Dwi Setiawan, Direktur Utama PT Graha Kerindo Utama, mengatakan, “Kami sudah menggunakan bio-plastik ini sejak tahun 2011. Kami gunakan itu sebagai bahan untuk packaging.”

Ia mengungkapkan, plastik biasa sulit terurai di lingkungan dan bahkan tak hilang dalam jangka waktu ribuan tahun. Sementara bio-plastik bisa terurai oleh lingkungan dengan bantuan mikroorganisme.

Penggunaan bioplastik adalah salah satu inisiatif hijau PT Graha Kerindo Utama. Selain penggunaan bioplastik, perusahaan itu juga kini memperbaiki kualitas tisunya dengan memakai bahan baku yang dihasilkan secara ramah lingkungan.

Bambang menuturkan, pulp yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tisu diperoleh dari wilayah yang jelas dan tidak bermasalah secara lingkungan. Salah satu indikatornya, tidak berasal dari hutan primer yang harusnya dilindungi.

Atas inisiatif itu, sejumlah produk perusahaan tersebut sudah mendapatkan sertifikat Forest Stewardship Council (FSC). “Sudah 3 produk yang mendapatkan sertifikat FSC,” kata Bambang.

Sumber : klik disini, disini

Share Button

ICCEFE 2015: Edukasi Perubahan Iklim Sejak Dini

Untuk yang kelima kalinya Climate Change Education Forum and Expo digelar di Indonesia. Pameran yang didukung oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini mengusung tema “Penguatan Pembangunan Untuk Masa Depan Berkelanjutan” berlangsung selama empat hari mulai 14 hingga 17 Mei 2015 di Assembly Hall, Jakarta Convention Center.

Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap perubahan iklim membawa mereka pada pameran ini. “Bumi semakin panas, saya sendiri merasakannya. Tapi baru saya sadari kalau kondisinya ternyata sudah separah ini.” ujar Tatitya salah seorang pengunjung.

Hingga Sabtu, 16 Mei 2015 sudah tercatat lebih dari 40.000 pengunjung memadati ICCEFE. “Kita undang sekolah-sekolah, karena memang target utama kita untuk mengedukasi sekaligus  menggerakkan generasi muda yang akan melanjutkan perbaikan dunia sejak dini.” jelas Mella Royat, project manager ICCEFE 2015.

Di tahun ini, pameran ini menghadirkan peran dari para stakeholder dalam mewujudkan pembangunan rendah emisi. Lebih dari 50 organisasi dan institusi melaporkan hasil penelitian dan upayanya dalam mendukung climate change movement. Di antaranya adalah Pertamina yang hadir dengan program “Sobat Bumi”, Djarum Foundation menanam 37.000 pohon trembesi sepanjang jalur Pantura, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang mengedukasi anak-anak melalui lukis dan permainan.

Tak ketinggalan BMKG yang melaporkan hasil penelitian kualitas udara di beberapa kota di Indonesia. Tak hanya itu, BMKG juga mengajak pengunjung untuk bergabung dalam program Urban Iklim guna mencapai target menurunkan emisi gas sebesar 2 derajat celcius. “Gaya hidup manusia selama ini menjadi penyumbang emisi gas terbesar. Kesadaran masyarakat masih rendah sehingga membutuhkan edukasi yang lebih mendalam.“ ujar Budi Suhardi, Kepala Bidang Bina Operasi Urban Iklim dan Kualitas Udara.

Berbagai cara untuk menyampaikan upaya perbaikan bumi telah terangkum dalam pameran ini. Diharapkan generasi muda tak hanya mampu beradaptasi dengan perubahan iklim, melainkan bisa berkontribusi untuk membangun bumi yang lebih sehat.

Sumber : klik disini

Share Button