#BeliYangBaik Langkah Cerdas Remajakan Bumi

“Planet kita sedang demam, bagaimana mengobatinya?”

Pertanyaan menggelitik dari Arnold Sitompul, Direktur Konservasi WWF Indonesia membuka konferensi press kampanye #BeliYangBaik di The Sultan Hotal, Jakarta (5/6).

Eksploitasi alam yang tiada henti telah menyebabkan kelangkaan sumber daya alam serta degradasi lingkungan, khususnya di Indonesia. Semua ini bukan tanpa alasan, melainkan industri yang coba memenuhi kebutuhan manusia modern selama ini. Sayangnya, masyarakat kerap tak acuh dengan proses dibalik produksi produk-produk kelontong tersebut. Dari mana, terbuat dari apa, dan siapa yang dirugikan?

Tema yang diusung oleh United Nations Environment Programme (UNEP) dalam peringatan tahun ini, “7 miliar, 1 planet, konsumsi dengan bijak” mencoba menjelaskan fenomena bahwa planet kita yang hanya satu ini sedang mengalami perubahan suhu dan semakin tak mampu untuk memenuhi kebutuhan 7 miliar manusia yang akan terus bertambah hingga 9,3 miliar pada 2050 mendatang.

Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2015 diperingati WWF sebagai peluang untuk mengedukasi masyarakat supaya melek terhadap gaya hidup yang lebih ekologis. Melalui kampanye #BeliYangBaik, WWF Indonesia mempelopori tindakan kritis ini. “Jawabannya ada di kita, peduli dan mau atau tidak?” Ujar Nugie, salah satu champion yang mendukung kampanye ini dengan mengenalkan gaya hidup hijau dan lagunya “Mulailah Dari Diri Sendiri”.

Retno Utaira Pantouw, Direktur Keuangan WWF-Indonesia mengatakan bahwa kunci utama sebagai konsumen yang cerdas adalah mengenal latar belakang calon produk yang akan dibeli. Produk-produk ramah lingkungan dapat dikenali melalui label sertifikasi dari Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO), Forest Stewardship Council (FSC), ataupun produk berteknlogi hybrid, dan daur ulang. Beberapa produk yang mendapatkan sertifikasi tersebut adalah tisu Tessa, Lock&Lock, dan Toyota.

Selain menerapkan gaya hidup yang lebih ekologis, WWF juga mengajak masyarakat untuk menyuarakan gerakan ini dengan menandatangani petisi di change.org. “Bila kita semua mau membeli yang baik, artinya produk-produk yang tidak bertanggung jawab itu tidak akan laku. Secara perlahan kita membantu bumi untuk menyembuhkan dirinya. Ingat kita hanya punya satu planet!” tegas Nugie menutup acara dilanjutkan kolaborasi dengan Jamaica menyanyikan Mulailah dari Diri Sendiri.

Share Button

“Etam Betanam Pohon, Kendianya untuk Waresan Kana’ Cucu”

BPTKSDA (Samboja, 12/06/2015)_”Etam Betanam Pohon, Kendianya untuk Waresan Kana’ Cucu” (Kita tanam pepohonan, warisan untuk generasi masa depan) menjadi tema kegiatan penanaman peserta Rakornis Tahun 2015 Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di KHDTK Samboja pada hari Jumat, 12 Juni 2015.

“Keanekaragaman hayati di Kalimantan khususnya di KHDTK Samboja sangat beraneka ragam. Menjaga dan melestarikan hutan hendaknya menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah daerah dan semua aparat di Kalimantan. Mari kita lestarikan dan kita jaga KHDTK Samboja yang makin berkurang kawasannya”, kata Ir. Tri Joko Mulyono, MM Sekbadan Litbang dan Inovasi dalam sambutannya.

IMG_5831IMG_5826Kegiatan penanaman ini diikuti 200 peserta baik dari Puslit, UPT Balitbang dan Inovasi seluruh Indonesia, Aparat pemerintah setempat , Polsek, Koramil, dan tamu undangan lainnya. Jumlah bibit yang disediakan sebanyak + 200 bibit yang terdiri dari jenis pulai (Alstonia sp.), gaharu (Aquilaria sp.), damar (Agathis sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), meranti (Shorea sp.) dll. Areal yang dijadikan lokasi penanaman merupakan areal kebun benih Lai (Durio kutejensis). Terlihat Sekbadan, para kepala balai dan peserta lainnya dengan antusias menanam.

Kegiatan selanjutnya adalah menelusuri Rintis Wartono Kadri yang berlokasi tidak jauh dari tempat penanaman. Kegiatan diawali dengan foto bersama di Patung Jamur yang menjadi pintu gerbang sekaligus icon Rintis Wartono Kadri. Banyak peserta yang antusias mengetahui keanekaragaman hayati di Rintis Wartono Kadri sekaligus menikmati keindahan Hutan Hujan Tropis di Kalimantan, berhubung banyak yang berasal dari luar Kalimantan. Banyaknya pohon jenis Dipterokarpa menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa peserta yang mengikuti kegiatan ini. “Ini shelter Ratu Beatrix”, kata Tri Atmoko salah satu peneliti Balitek KSDA yang menjadi salah satu guide para peserta. “Wah, kalo gitu perlu ada plang, atau monumen mas”, kata Thomas Nifinluri (Kepala Program dan Anggaran Balitbang dan Inovasi). “Setuju mas,” ujar peserta lainnya yang mendengarkan perbincangan mereka. menurut paara peserta, perlu banyak pembenahan di Rintis Wartono Kadri agar bisa lebih memiliki daya tarik wisatawan dan menjadi eco tourism di KHDTK Samboja.

Usai jalan-jalan di hutan, peserta beristirahat di kantor Balitek KSDA sembari mengunjungi fasilitas Balitek KSDA seperti herbarium, perpustakaan dan laboratorium. Ramah tamah  yang dilanjutkan dengan santap siang menjadi penutup rangkaian agenda hari ini di kantor Balitek KSDA. Semoga apa yang kita tanam hari ini dapat memberikan warisan untuk anak cucu kita kelak***ADS
IMG_5876IMG_5996IMG_5966IMG_5889

IMG_6110IMG_5902

 

Share Button

Balitek KSDA usung Konsep Bersinergi dengan Alam di Geltek KSDA Badan Litbang 2015  

Forda (Balikpapan, 9/06/15). “Penerapan Konsep Bersinergi dengan Alam untuk Merehabilitasi Lahan Pasca Tambang Batubara” menjadi salah satu konsep yang diusung Balitek KSDA untuk mensukseskan Geltek Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan “Konservasi Sumber Daya Alam, Restorasi Areal Terdegradasi Pasca Tambang dan Pengelolaan Dipterokarpa” di Hotel Novotel Balikpapan Selasa (9/06/15).

 

IMG_5620Konsep yang diprakarsai dan disampaikan dalam geltek oleh Dr. Ishak Yassir peneliti muda Balitek KSDA ini diharapkan mendorong suksesnya rehabilitasi lahan pasca tambang batubara. “Penerapan konsep bersinergi dengan alam pada intinya adalah bagaimana mengkombinasikan usaha-usaha perbaikan dan pemulihan suatu ekosistem yang rusak yang dilakukan oleh kita sebagai manusia dengan bantuan kekuatan alam”, kata Ishak. “Penerapan konsep sinergi dengan alam ini didasari pemaham bahwa usaha-usaha perbaikan dan pemulihan yang dilakukan melalui kegiatan reklamasi dan revegetasi khususnya di lahan pasca tambang di dalam kawasan hutan akan jauh lebih efektif dan efisien jika kita mampu menciptakan kondisi di lapangan yang dapat mempercepat terjadinya regenerasi alami”, umbuhnya.

Materi lain yang disampaikan dalam geltek ini adalah “Menghutankan Lahan Bekas Tambang Timah” oleh Prof. Ris. Dr. Pratiwi (Puskonser), “Teknologi Tepat Guna dalam Rangka Diversivikasi Produk Tengkawang untuk meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat Lokal” oleh Dr. Rizky Maharani (Balai Besar Penelitian Dipterocarpa) dan “Teknologi Isomik (Isolat Mikroba) untuk Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang oleh Retno Prayudyaningsih, S.Si, M.Sc (BPK Makassar). Moderator yang mendampingi pemaparan materi ini adalah Ir. Adi Susmianto, M.Sc (Sesi 1) dan Dr. Ir. Bambang Tri Hartono, M.Sc. (Sesi 2).

“Litbang harus dikenal rakyat,” kata Sekbadan Litbang, Ir. Tri Joko Mulyono, MM. menyampaikan mandat yang diberikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya kepada Badan Litbang dan inovasi. “Usaha-usaha untuk mencapai tujuan tersebut bisa dilakukan dengan adanya Gelar Teknologi (Geltek) maupun Alih Teknologi (Altek), dan penyebaran hasil litbang dengan website maupun publikasi lainnya”, imbuhnya. Gelat teknologi ini diharapkan dapat memberikan input IPTEK bagi institusi terkait dengan konservasi alam dan sektor swasta terkait dengan pertambangan di kawasan hutan.

5 Buku IPTEK Kehutanan dan Lingkungan Hidup hasil karya dari peneliti Badan Litbang Kehutanan dan Inovasi juga dilaunching dalam geltek ini. Buku tersebut adalah Agroforestry Berbasis Jelutung Rawa dan Solusi Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Pengelolaan Lahan Gambut karya Marinus Kristiadi Harun (BPK Banjarbaru), Seri 1 Bersinergi dengan Alam; Jenis-jenis Tumbuhan dari Proses Regenerasi Alam di Lahan Bekas Tambang Batubara karya Ishak Yassir dan Bina Swasta Sitepu, Seri 2 Bersinergi dengan Alam; Burung dan Kelelawar di Lahan Bekas Tambang Batubara karya Ishak Yassir dan Tri Atmoko, Panduan Pengukuran karbon Tegakan Tanaman Meranti karya Asef K. Hardjana dan Shorea leprosula Miq dan Shorea Johorensis Foxw; ekologi, silvikultur, budidaya dan pengembangan karya Sutedjo, Wahyuni Hartati, Marjenah, Wawan Kustiawan, Sumaryono, Djumali Mardji dan Rujehan.

Acara yang dihadiri sekitar 110 orang yang terdiri dari Sekbadan, Puslit, UPT Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, para pengambil kebijakan, peneliti, akademisi, praktisi kehutanan dan lingkungan, swasta, NGO serta instansi terkait di wilayah kalimantan ini berlangsung meriah. Semoga kegiatan ini dapat mendorong kita semua untuk terus melakukan upaya konservasi sumber daya alam Indonesia.***ADS

2 IMG_54401 IMG_5428

Share Button

Gelar Teknologi Hasil Litbang dan Inovasi Tahun 2015

Dalam rangka menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) hasil penelitian dan pengembangan (litbang) dan inovasi kepada para pihak, Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen-LHK) akan menyelenggarakan Gelar Teknologi (Geltek ) Hasil Litbang dan Inovasi Tahun 2015 di Hotel Novotel, Balikpapan (Selasa, 9/06/2015).

Hasil litbang tersebut diharapkan akan menjadi input  yang obyektif dalam pengambilan kebijakan, basis solusi permasalahan aktual kehutanan, dan penghasil inovasi teknologi yang dapat mendorong akselerasi pencapaian tujuan pembangunan kehutanan. Diketahui bahwa untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari baik dalam aspek ekonomi, sosial maupun ekologi harus didasarkan pada IPTEK yang valid, terkini dan dihasilkan dari kegiatan penelitian dan pengembangan.

Geltek Hasil Litbang dan Inovasi Tahun 2015 bertemakan “Konservasi Sumber Daya Alam, Restorasi Areal Terdegradasi Pasca Tambang dan Pengelolaan Dipterokarpa”. Hal ini mencerminkan bahwa hasil litbang berkontribusi dalam memecahkan masalah utama pembangunanan kehutanan, yaitu degradasi hutan dan lahan yang disebabkan oleh kegiatan penambangan, illegal logging, kebakaranmaupun konversi hutan. Selain itu, juga mencerminkan bahwa hasil litbang dapat meningkatkan produktivitas hutan alam dan menjaga keseimbangan alam dan ekosistem.

Kegiatan geltek tahun ini bertujuan untuk lebih mendekatkan, mentransformasikan dan meningkatkan pemanfaatan IPTEK kehutanan yang dihasilkan Badan Litbang dan Inovasi kepada para pengguna, mendorong terwujudnya keberhasilan rehabilitasi dan restorasi lahan terdegradasi pasca tambang, kelestarian jenis dan keseimbangan ekosistem hutan yang harmonis,  produktivitas hutan dari jenis dipterokarpa , serta meningkatkan interaksi dan kerjasama kemitraan, antara peneliti dan pengguna.

Geltek Hasil Litbang dan Inovasi Tahun 2015 dilaksanakan sebagai side event kegiatan Rapat Koordinasi (Rakornis) Badan Litbang dan Inovasi, Kemen-LHK pada tanggal 9-12 Juni 2015 di Hotel Novotel, Balikpapan. Dimana kegiatanya dibagi menjadi dua kegiatan yaitu: a). Geltek hasil litbang dan inovasi Kemen-LHK serta Launching beberapa buku hasil penelitian pada tanggal 9 Juni 2015, ; b). Pameran hasil litbang dan inovasi kemen-LHK, pada tanggal 9-11 Juni 2015.

Acara ini akan dibuka oleh kepala Badan Litbang dan Inovasi Kemen-LHK dan mengundang sekitar 100 orang peserta, yang terdiri dari: para pengambil kebijakan, peneliti, akademisi, praktisi kehutanan dan lingkungan, swasta, dan NGO/LSM serta instansi terkait di wilayah Kalimantan.

Rangkaian acara geltek tahun ini akan dikemas dalam bentuk talkshow yang dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama menyajikan materi ‘Menghutankan Lahan Bekas Tambang Timah’ dan ‘Penerapan Konsep Bersinergi dengan Alam untuk Merehabilitasi Lahan Pascatambang Batubara’. Sedangkan sesi kedua menyajikan materi ‘Teknologi Tepat Guna dalam rangka Diversifikasi Produk Tengkawang untuk Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat Lokal’ dan ‘Teknologi Isomik (Isolat Mikroba) untuk Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang’.

Sebelum acara talkshow akan diselenggarakan launching 5 buah buku hasil litbang dan inovasi, yaitu:

  1. Agroforestry Berbasis Jelutung Rawa : Solusi Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Pengelolaan Lahan Gambut ;
  2. Jenis-jenis Tumbuhan dari proses Regenarasi Alami di Lahan Bekas Tambang Batubara;
  3. Burung dan Kelelawar di Lahan Bekas Tambang Batubara
  4. Panduan Pengukuran Karbon Tegakan Tanaman Meranti
  5. Shorea leprosula Miq dan Shorea johrensis Foxw: Ekologi, Silvikultur, Budidaya dan Pengembangan.

Selama acara berlangsung juga dilaksanakan pameran hasil litbang dan inovasi lingkungan hidup dan kehutanan. Kegiatan pameran ini terselenggara atas kerjasama dan dukungan dari Pusat Kegiatan pameran terselenggara atas kerjasama dan dukungan dari Pusat Pengelolaan Ekoregion Kalimantan, Balai Besar Penelitian Dipterokarpa (B2PD) Samarinda, dan Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (BPTKSDA) Samboja.

Sumber : forda-mof.org

Share Button

Tantangan Baru Badan Litbang dan Inovasi

Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kabadan) baru, Dr. Henry Bastaman, M.ES., telah ditantang oleh Bu Menteri LHK untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat bahwa ada Litbang Kehutanan. Hal ini disampaikan oleh Kabadan saat memberikan sambutan pada acara perkenalan Kabadan baru di Ruang Rapat Sudiarto, Kampus Badan Litbang dan Inovasi, Bogor (Jum’at, 05/06/2015).

”Tolong kasih tahu rakyat, bahwa ada litbang kehutanan. Saya tahu, Anda tahu, rakyat juga harus tahu,” kata Kabadan menyampaikan pesan Menteri KLHK.

Hal ini diakui oleh Kabadan sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi oleh Badan Litbang dan Inovasi. Lebih lanjut, Kabadan bertekad bahwa hasil litbang tidak akan hanya diketahui oleh rakyat, tetapi akan dimanfaatkan oleh rakyat.

“Luar biasa kekayaan yang kita punya semoga bermanfaat. Informasinya  diketahui rakyat sudah luar biasa apalagi bisa dimanfaatkan oleh rakyat,” kata Kabadan. Dimana sebelum acara perkenalan dirinya, Kabadan telah berkeliling Kampus Badan Litbang dan Inovasi didampingi oleh Ir. Tri Joko Mulyono, MM., Sekretaris Badan Litbang (Sekbadan).

“Saya kira tidak masalah, pasti kita bisa. Kerjasama bersama membangun Badan Litbang dan Inovasi sebagai suatu institusi yang kuat, bermanfaat dan menjalankan mandat-mandat yang ditugaskan buat kita,”tegas Kabadan yang berasal dari Ciamis ini.

Selain itu, Kabadan juga mengajak seluruh pegawai Badan Litbang dan Inovasi untuk mulai bekerja keras dan saling bekerjasama untuk membangun Badan Litbang dan Inovasi.

Menanggapi hal tersebut, Sekbadan menyatakan bahwa siap mendukung kebijakan dan program baru Kabadan.

“Kewajiban kami untuk mendukung program Bapak, “kata Sekbadan.

Selain itu, Sekbadan juga akan mengagendakan kegiatan Kabadan untuk bersafari ke seluruh Unit Pelaksana Tugas (UPT) Badan Litbang dan Inovasi. Tujuanya agar Kabadan lebih mengenal dan memahami kekayaan dan potensi yang ada di Badan Litbang dan Inovasi. ***THS

Sumber : forda-mof.org
Share Button

Desa Deaga Punya Aturan Lindungi Hutan Mangrove, mari belajar!

Masyarakat Desa Deaga, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), berupaya melindungi ekosistem mangrove. Awal Mei 2015, mereka mengeluarkan Peraturan Desa (Perdes) tentang Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pembuatan perdes selama lima bulan ini, melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda.

Pembuatan perdes itu beranjak dari penilaian masyarakat soal fungsi mangrove. Mereka menyadari, ekosistem mangrove dapat melindungi wilayah pesisir dan laut, sebagai penyedia sumberdaya perikanan laut dan wilayah penyangga.

“Perusakan hutan mangrove mengakibatkan potensi sumberdaya pesisir dan laut yang menjamin kehidupan masyarakat berkelanjutan makin terancam,” kata Ruslani Mokoginta, Sangadi (kepala desa) Deaga.

Pembuatan perdes itu, katanya, memiliki beberapa tujuan, pertama, mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang adil, menjamin kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat desa Deaga, terpenuhi.

Kedua, mewujudkan kelestarian, keselarasan dan keseimbangan lingkungan hidup dan sumberdaya alam desa. Ketiga, menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia maupun kelangsungan kehidupan makhluk hidup, serta kelestarian ekosistem mangrove.

“Perdes ini bertujuan melindungi, dan mendidik masyarakat bisa mengerti fungsi mangrove. Sebab, potensi perikanan bersumber dari perlindungan mangrove. Misal, kepiting dan kerang mangrove. Itu, kan, bisa meningkatkan ekonomi masyarakat,” katanya.

Dalam perdes ini, pemerintah desa menetapkan wilayah perlindungan mangrove (WPM) di empat titik, meliputi sebelah barat, utara dan timur dan selatan Desa Deaga. Luas diperkirakan 150 hektar.

Menurut Ruslani, penetapan WPM untuk melindungi daerah pesisir pantai dari berbagai kegiatan perusakan yang mengancam kelestarian pesisir pantai  dan keselamatan pemukiman masyarakat. WPM juga dilindungi daerah tabungan ikan dan pelindung pantai serta keragaman hayati terumbu karang.

“WPM akan jadi bagian rencana tata ruang desa. Penetapan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan, sambil mempertimbangkan karakteristik ekosistem mangrove serta aspek-aspek flora dan fauna,  sosial budaya, dan kelembagaan masyarakat.”

Masyarakat, katanya, secara terbatas diberi izin memanfaatkan mangrove guna memenuhi kebutuhan, seperti, pembibitan untuk rehabilitasi mangrove, pemanfaatan kayu secara terbatas untuk keperluan rumah tangga, serta memanfaatkan buah mangrove sebagai makanan olahan.

Pengambilan atau penebangan mangrove hidup atau utuh dinyatakan sebagai tindakan perusakan. Tak diizinkan pula, alih fungsi lahan untuk tambak atau percetakan sawah baru.

“Pemanfaatan mangroves untuk kayu bakar hanya bisa pada yang sudah mati, kering, batang yang patah atau roboh.”

Sesuai tercatat dalam perdes, mangrove mati bisa dimanfaatkan masyarakat.  Masyarakat, memanfaatkan daun nipa untuk atap dan dinding bagian belakang rumah. Mereka juga meggunakan air nipa untuk membuat gula mangrove.

Dalam pembuatan perdes ini, pemerintah desa didukung Perkumpulan Kelola dan Mangrove For the Future (MFF). Selain itu, dalam satu tahun, sudah rehabilitasi mangrove di desa ini, salah satu penanaman Rhizopora 4.000 bibit di bagian utara hutan mangrove Desa Deaga. Di sini, mangrove mati alami karena banjir dan kencing kelelawar.

“Area yang ditanami sekitar satu hektar. Pemilihan jenis ini sesuai indikator biologis lokasi itu,” kata Yakob Botutihe, staf lapangan Perkumpulan Kelola. 

Perlu pemukiman

Hutan mangrove di Desa Deaga termasuk dalam Hutan lindung Kombot. Luasan hutan mencapai 800 hektar, melingkupi tiga kecamatan yaitu, Pinolosian, Pinolosian Tengah dan Pinolosian Timur.

Meski termasuk hutan lindung, warga Deaga perlu pemukiman karena wilayah mereka tidak mencukupi. Maxi Limbat, Kepala Dinas Kehutanan Bolsel, menyatakan, berusaha mengkomunikasikan keinginan ini kepada kementerian. “Kesempatan perubahan RTRW itu lima tahun, jadi kemungkinan tiga tahun kedepan sudah bisa kami ajukan.”

“Ada kemungkinan. Tergantung kebutuhan. Kalau memang vital, sudah tidak ada pilihan lain. Namun kementerian meminimalisir alih fungsi lahan.”

Kondisi hutan mangrove di Bolsel, relatif baik. Sebagian besar masyarakat peduli dengan mangrove berkat kerja sama antara pemerintah, LSM dan masyarakat.

“Hutan mangrove tidak cuma di Deaga, ada lebih 1.000 hektar di Bolsel. Apalagi, mangrove di Bolsel relatif baik dibanding daerah-daerah lain,” katanya. “Kita harus pertahankan agar kerusakan bisa ditekan. Pemerintah kabupaten akan buat perda mangrove agar perlindungan bukan cuma di desa tetapi di Bolsel.”

Sumber : Klik di sini

Share Button