Menanam Merupakan Komitmen Badan Litbang dan Inovasi

“Kegiatan menanam ini sudah sejak tiga tahun lalu dilakukan dan akan tetap diteruskan tiap kali melakukan kegiatan Rakornis (Rapat Kordinasi Teknis), ini merupakan komitmen”, demikian dikatakan Ir. Tri Joko Mulyono, MM., Sekretaris Badan Litbang Kehutanan (Sekbadan) dalam sambutannya pada acara penanaman di KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Samboja, Jumat (12/06).

Lebih lanjut Sekbadan  juga mengatakan : “Kita tidak menghitung berapa jumlah pohon yang kita tanam, tapi kita ingin memberikan gambaran pada semua pihak, bahwa setiap kegiatan litbang kita akan terus menanam dan menanam, sehingga lingkungan akan terjaga dengan baik.”

Pada kesempatan tersebut, Sekbadan juga memohon maaf  karena  sedianya kegiatan ini akan dihadiri oleh Prof. San Afri Awang, M.Sc. dan Kabadan Litbang dan Inovasi Dr. Henry Bastaman, namun karena ada tugas lain sehingga beliau tidak dapat hadir dan ikut bergabung. Walaupun demikian, hal itu tidak menyurutkan antusias peserta untuk tetap menanam.

Diakhir sambutan, Sekbadan tak lupa mengucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak dan mengajak seluruh peserta yang hadir untuk menanam.

“Selamat menanam, walaupun sebatang, semoga kita meninggalkan sesuatu di KHDTK Samboja ini.” harap Sekbadan.

Ekskursi ke Samboja ini adalah akhir rangkaian Rakornis Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian LHK Tahun 2015. Kegiatan ekskursi dilaksanakan dengan penanaman masal dan dilanjutkan dengan menyusuri trek Wartono Kadri di KHDTK Samboja.

Kegiatan penanaman ini tidak hanya dihadiri oleh pegawai Badan Litbang dan Inovasi saja, ada beberapa tamu undangan juga hadir, antara lain pihak pemerintah daerah yg diwakili oleh lurah setempat, perwakilan UPT lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, peserta ladies program dan juga para tamu undangan.

Dalam kegiatan menanam ini telah disediakan sebanyak 200 lubang tanam dengan pohon yang siap ditanam, sehingga para peserta dapat seluruhnya ikut berpartisipasi menanam di KHDTK Samboja..***LSG

Sumber : forda-mof.org

Share Button

Litbang Harus Berperan Strategis Dalam Kebijakan LHK

Dr. Henry Bastaman, M.ES., Kepala Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, berjanji akan berupaya membawa hasil-hasil litbang ke arus utama kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Hal ini diungkapkan pada saat memberikan arahan pada acara Rakornis di Hotel Novotel, Balikpapan (Rabu, 10/06/2015).

“Hal tersebut sangat penting. Jangan sampai kita mempunyai kebijakan dengan presisi yang rendah. Tidak ada lagi kebijakan melulu pertimbangan politik atau kepentingan tertentu. Tetapi Scientific judgement  harus kuat betul. Arus pemikiran kita sudah harus kesana,” kata Kabadan yang optimis bahwa hal itu bisa dilakukan.

Kabadan menyadari bahwa hal tersebut membutuhkan usaha yang sangat keras dan kuat. Banyak hasil litbang yang telah dihasilkan tetapi belum ada formula atau kemasan yang pas untuk membawa hasil litbang tersebut mempunyai arti penting dan strategis dalam satu kebijakan.

“Tentunya kita harus membedakan yang kita lakukan disini bukan penelitian di Perguruan Tinggi (PT), tetapi penelitian yang mendukung kebijakan khususnya lingkup Kementerian LHK,”tegas Kabadan. Oleh karena itu, Kabadan mengajak kepada seluruh pegawai Badan Litbang dan Inovasi LHK untuk mulai berpikir cara yang paling efektif untuk mengemas hasil litbang dan memanfaatkan networking atau jaringan yang ada.

“Forum ini kita manfaatkan untuk mensinergikan berbagai kegiatan yang kita lakukan dan menjadi satu kekuatan yang signifikan untuk merubah pola-pola kebijakan yang jauh dari sempurna menggunakan hasil-hasil penelitian apalagi ada aspek inovasinya,”kata Kabadan.

Disadari bahwa tema Rakornis Badan Litbang dan Inovasi LHK Tahun 2015 adalah“Penguatan Peran Strategis Badan Litbang dan Inovasi Lingkungan HIdup dan Kehutanan untuk  pencapaian sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan”.

Tema tersebut selaras dengan komitmen Kabadan untuk mengangkat Litbang sebagai salah satu hal yang sangat penting dalam konteks kebijakan LHK ke depan. Selain itu, tema tersebut juga merefleksikan tantangan strategis Badan Litbang dan Inovasi LHK untuk menyiapkan Iptek dari hulu sampai hilir dan hampir disetiap aspek kehidupan masyarakat.

Disisi lain, Drs. Suryanto Ibrahim, MM., Kepala Balai Hidup Lingkungan Hidup (KBLH) Kota Balikpapan menyatakan bahwa litbang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan karena litbang berperan untuk membuat program-program strategis 5-25 tahun untuk pengembangan satu sektor tertentu. Oleh karena itu, Suryanto tidak setuju bahwa litbang tidak penting dan hanya merupakan tempat pembuangan.

Non sense. litbang tidak ada hasilnya. Ketika litbang ditinggalkan, maka program tidak tercapai,” kata  Suryanto.

Disadari bahwa pembangunan nasional yang berhasil harus memperhatikan aspek aspek ekonomi, sosial maupun ekologi serta didukung dengan akan baik pada IPTEK yang valid, terkini dan dihasilkan dari kegiatan penelitian dan pengembangan. Sedangkan khusus untuk Balikpapan, peranan litbang sangat diharapkan dapat mendukung komitmen Pemerintah Kota Balikpapan dalam menjaga lingkungan hidup terpadu. Diketahui bahwa Balikpapan mempunyai dua komitmen tinggi dalam pembangunan yaitu: a). Pembangunan berasaskan tata ruang 5248, dimana 52% untuk lingkungan hidup dan 48% untuk pembanguna; dan b). Masyarakat diharamkan untuk melakukan penambangan batubara di kota Balikpapan, meskipun 60% potensi  Balikpapan adalah batubara.

Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan H.M. Rizal Effendi, SE., Walikota Balikpapan yang mengatakan bahwa Balikpapan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berani tidak memberikan izin penambangan batubara.

“Bahkan saya telah berkirim surat kepada Menteri ESDM untuk menghapuskan potensi batubara di kota Balikpapan,”kata Effendi.

Selain itu, Effendi menyatakan untuk menjaga lingkungan hidup terpadu, Balikpapan juga melakukan penghijuan dan pengelolaan kawasan hutan serta kebijakan pembangunan green corridor serta pembangunan hutan kota. Diketahui bahwa Kota Balikpapan mempunyai dua Hutan lindung, yaitu Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) dan Hutan Lindung DAS Manggar. Kedua jenis hutan tropis tersebut merupakan jenis hutan tropis basah dan terdapat berbagai jenis tanaman lokal yang wajib dilindungi dan dikembangkan karena proses penambangan dahulu.

Oleh karena itu, Effendi sangat berharap Badan Litbang dan Inovasi LHK bisa membantu Balikpapan untuk menyelamatkan flora dan fauna yang ada di Balikpapan, seperti Beruang Madu yang bisa dijadikan sebagai maskot Balikpapan dan berbagai jenis tanaman hutan tanaman tropis basah.

“Saya yakin bahwa penelitian hutan tropis basah yang intensif akan berguna untuk anak cucu kita,” kata Effendi.

Menganggap hal tersebut, Ir. Tri Joko Mulyono, MM., Sekretaris Badan Litbang, Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Sekbadan) menegaskan bahwa 30% anggaran Badan Litbang dan Inovasi adalah untuk memenuhi kebutuhan daerah. “Disamping itu, setiap UPT untuk segera mengusulkan kegiatan-kegiatan unggulan daerah,”kata Sekbadan.

Disadari bahwa mayoritas atau sebanyak 15 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang dan Inovasi berada di daerah. Untuk itu, diharapkan bahwa setiap unit kerja tersebut dapat berpartisipasi untuk membangun daerah yang ada di lokasi mereka berada.

Usulan kegiatan penelitian tersebut bisa dilaksanakan dengan inisiatif UPT sendiri yang tahu masalah yang dihadapi oleh wilayahnya atau usulan dari pemerintah kota wilayah UPT tersebut.

“Apabila Balikpapan perlu, maka bisa meminta UPT kami terkait judul penelitian yang diperlukan oleh Kota Balikpapan,”kata Sekbadan. Lebih lanjut, Sekbadan juga menjelaskan bahwa usaha tersebut merupakan satu langkah yang dilakukan oleh Badan Litbang dan Inovasi untuk lebih mengenalkan dan meningkatkan kerjasama litbang dengan pemerintah daerah maupun rakyat.

Pelaksanaan kegiatan Rakornis Badan Litbang dan Inovasi Tahun 2015 pada hari pertama tersebut,  diawali dengan pelaksanaan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU antara Badan Litbang dan Inovasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dengan Pemerintah Kota Balikpapan. Dimana secara simbolis, Badan Litbang dan Inovasi LHK diwakili oleh Ir. Tri Joko Mulyono, MM., Sekretaris Badan. Sedangkan Pemerintah Kota Balikpapan ditandatangani oleh H.M. Rizal Effendi, SE., selaku Wali Kota Balikpapan. Nota kesepahaman atau kerjasama tersebut berkaitan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Dimana kerjasama tersebut lebih menfokuskan pada 3 lokasi kawasana hutan di Kota Balikpapan, yaitu Kebun Raya Balikpapan, kawasan hutan yang ada Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) serta Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup.

Sumber : forda-mof.org

Share Button

Apakah Produk yang Anda Gunakan Bersahabat dengan Bumi?

“Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, semua produk yang kita gunakan mengandung kelapa sawit.” ujar Davina Veronica, salah satu champion kampanye #BeliYangBaik. Tak dipungkiri kehadiran minyak sawit dalam kehidupan kita begitu lekat. Sabun, shampoo, dan alat kosmetik lainnya, serta minyak goreng, biskuit, dan minuman yang biasa terpajang rapih di rak supermarket, siapa yang tak pernah membeli dan menggunakannya?

Indonesia adalah negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Hingga tahun 2015, produksi kelapa sawit di tanah air mencapai 9,7 juta ton dari 12,65 juta ton yang ada di dunia. Persentase 51% telah membuktikan bahwa Indonesia telah memberikan sumbangsih terbesar bagi kebutuhan dunia. Namun, bagaimana proses berjuta-juta ton minyak tersebut dihasilkan adalah yang menjadi tanda tanya besar bagi kita selama ini.

Menurut data Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) hanya 60 dari 400 perusahaan yang mau memproduksi minyak sawit secara bertanggung jawab. “Hanya anggota dari RSPO yang menanam dan memanen sawit dengan memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan. Selain itu, mereka (perusahaan) masih lakukan pembakaran dan penggundulan.” ujar Desi Kusumadewi, Direktur RSPO Indonesia.

Keprihatinan ini membawa RSPO pada sebuah komitmen untuk menjaga Indonesia sebagai ladang pencaharian hingga generasi mendatang dengan gencarkan program sustainable palm oil atau minyak sawit yang berkelanjutan. Seluruh anggota RSPO sepakat untuk memperhatikan kaidah lingkungan, sosial, dan ekonomi secara seimbang. Dari segi lingkungan, kelapa sawit ditanam di tanah yang legal dengan regenerasi standar, kemudian para petani lokal diberdayakan untuk mengawal pertumbuhan sawit hingga menjadi hasil.

Proses panjang ini juga menjadi rangkaian seleksi dari perusahaan untuk dapatkan sertifikasi RSPO. “Ada badan terpisah yang akan mengaudit dan memberikan sertifikasi pada produk mereka, dan sertifikasi itu tidak dipungut biaya.” tegas Dewi.

Sayangnya, di Indonesia produk-produk yang memiliki sertifikasi dan label RSPO dapat dihitung dengan jari. “Selain jarang, produknya mahal!” tukas Davina sambil terbahak saat ditemui di Kembang Goela, Jakarta (10/6).

Menurut Edi Suhardi selaku Koordinator Anggota Perusahaan RSPO, tingginya harga produk dengan minyak sawit berlabel RSPO disebabkan oleh biaya eksternal  dan renten selama masa produksi. “Kita bersyukur di Indonesia biaya produksi minyak sawit itu paling rendah loh, hanya 300 juta US dollar. Sedangkan di India bisa mencapai dua kali lipatnya.” Jelasnya.

Sampai detik ini RSPO masih berusaha meningkatkan target perusahaan untuk bergabung dalam RSPO dan menciptakan komoditas produksi minyak sawit yang berkelanjutan. “Kita butuh demand yaitu dukungan dari Anda semua untuk membeli yang baik. Tinggalkan produk yang tidak bertanggungjawab untuk bumi kita yang lebih sehat.”

Sumber : klik di sini

Share Button

Pemain Besar Jaringan Perdagangan Paruh Rangkong Aceh Tertangkap

Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, Minggu (14/6/15), berhasil menangkap tangan dua pelaku penjual paruh rangkong (enggang). Pelaku ditangkap saat akan menjual 12 paruh burung dilindungi UU itu.

Andi Basrul, Kepala BBTNGL, saat diwawancarai Mongabay di Medan, mengatakan, penangkapan mereka setelah pengembangan kasus lain yang sudah terungkap. Dari pengembangan kasus pada sejumlah dinas di beberapa daerah di Indonesia, itu menyebutkan paruh rangkong diambil dari hutan Aceh, terutama di Taman Nasional Gunung Leuser.

Dari penyidikan, berhasil mendapat informasi akurat pelaku bernama, Zamaas (38), berada di Sumatera Utara untuk mengumpulkan paruh ini. Pelaku bagian jaringan internasional perdagangan paruh rangkong. Setelah dua hari pengintaian, berhasil menemukan pelaku lain, Alba (28), pernah kuliah di Pekanbaru.

Tiga petugas menyamar sebagai pembeli.“Kedua tersangka terpancing, dan membawa 12 paruh rangkong. Setelah barang bukti ditunjukkan, delapan petugas ini langsung menggerebek dua tersangka di Desa Namo Tongan, Kutambaru, Langkat bersama dua telepon seluler, dan timbangan,” kata Basrul.

BBTNGL juga mengamankan dua senjata api laras panjang rakitan. Senjata ini diduga untuk memburu rangkong.

Dari pemeriksaan awal, diketahui Zamaas warga Riau, akan menjual barang ke sejumlah negara, yaitu Tiongkok, Malaysia, Singapur, dan Bangkok, melalui jaringan lain yang belum tertangkap.

Menurut dia, paruh rangkong ini dijual per gram di pasaran gelap Rp90.000. Dari hitungan berat, 12 paruh diperkirakan 1.341 gram, satu paru sekitar 100 gram.

BBTNGL, katanya,  akan mengembangkan kasus dengan mengorek siapa jaringan lain yang menampung barang seludupan dari Leuser ini.

Hingga Minggu malam, kedua tersangka masih diperiksa. Alba mengatakan, alasan membeli paruh rangkong, hanya membantu ekonomi masyarakat yang membutuhkan uang, dengan membeli Rp50.000 per gram.

Selama ini, barang didapat dari Blang Kejaren, Aceh. Setidaknya,  ada 10 orang jaringan bertugas memburu di hutan, ataupun mencari dari masyarakat yang tidak sengaja menemukan burung hidup.

Sedang Zamaas mengaku, barang bukti dijual kepada jaringan lain di Jakarta kemudian diseludupkan ke luar negeri. Selama setahun, sudah 100 paruh lebih dijual.

“Semua barang bukti dari Blang Kejeren, Aceh. Ini mata pencarian warga yang memburu enggang.”

Irma Hermawati, Legal Advisor Wildlife Crime Unit- Wildlife Conservationa Society (WCS), mengatakan, catatan mereka, pelaku sudah beraksi belasan tahun, dan mengakomodir sekitar 30 pemburu di TNGL baik Sumut maupun Aceh.

Pelaku pemain besar, karena sebelumnya telah mengaku menjual 24 paruh. Dia berharap, PPNS, jaksa, dan hakim, memberikan tuntutan hingga putusan maksimal.

Sumber : klik di sini

Share Button

Para Mahasiswa Ini Sulap Cangkang Kerang dan Kulit Telur jadi Obat

Para penikmat seafood tentu tidak asing dengan kerang darah (Anadara granosa). Ia banyak disajikan sebagai menu utama di berbagai restoran. Ternyata, tak hanya isi yang bermanfaat, cangkang kerang bisa jadi obat dan berkalsium tinggi. Selama ini cangkang kerang hanya menjadi limbah rumah makan.

Berawal dari situlah, lima mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) dan Farmasi  yaitu Nabila Syarifah Jamilah, Istianah Maryam Jamilah, Aprilia Maharani, Pras Setya, dan Ariska Devy mengolah limbah cangkang menjadi sumber kalsium untuk terapi alternatif osteoporosis.

Nabila mengatakan, proses pembuatan sederhana, cangkang kerang dari sejumlah rumah makan dioven pada suhu 110 derajat Celcius selama delapan jam. “Lalu dihaluskan menjadi bentuk serbuk.”

Serbuk ini diujikan pada tulang femur tikus Sprague Dawley. Hasilnya, dari pemberian serbuk selama dua bulan menunjukkan densitas tulang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol dilihat dari intensitas sinar X yang diserap tulang.

Hasil pembacaan radiografi juga menunjukkan tikus yang diinduksi osteoporosis diberi serbuk cangkang kerang ada penyembuhan dari osteoporosis yang sangat baik.

Aprilia menambahkan, adan kajian pre-klinis pada tikus  ini membuktikan, kalsium cangkang kerang dapat diserap dan membantu mengurangi risiko osteoporosis dengan sumber kalsium alternatif. Kendati begitu, katanya, masih perlu penelitian lanjutan yakni  scanning electron microscope (SEM) untuk melihat trabekula femur.

“Harapannya nanti bisa membantu para penderita osteoporosis dengan mendapatkan sumber kalsium alternatif yang mudah, murah dan efisien,” katanya.

Kulit telur obati gigi

Tak hanya cangkang kerang, kulit telur bebek pun bisa jadi obat. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UGM yaitu Bina Rizka Maulinda, Risa Widya Iswara, Novaria, Rika Ayu Putri Virawati, dan Veri Anggara Saputri berupaya mengolah membran cangkang (kulit) telur menjadi ekstrak obat antiradang. Obat ini untuk anti radang sakit gigi dinamai dengan “ExEllen” (extract of eggshell membrane).

“Dalam cangkang telur bebek terdapat membran mengandung zat aktif yang mampu menekan peradangan. Selama ini cangkang hanya dibuang dan menumpuk menjadi sampah,” kata Rizka.

Dalam membran cangkang telur mengandung sejumlah zat aktif seperti kondroitin sulfat, glukosamin, dan asam hyaluronat. Ini memiliki efek antiradang, hingga membran berpotensi mengatasi peradangan pada gigi atau reversible pulpitis.

Prevalensi reversible pulpitis cukup tinggi di Indonesia. Data Profil Kesehatan Indonesia 2010,  menunjukkan penyakit pulpa menduduki urutan ketujuh dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit dengan kunjungan 163.211 pasien.

“Karenanya kami tergerak menemukan bahan alami sebagai obat peradangan gigi tanpa menimbulkan efek samping berbahaya.”

Rika Ayu mengatakan, pembuatan obat dengan memisahkan membran dari cangkang. Membran dibuat menjadi ekstrak menggunakan metode maerasi dengan pelarut etanol 70%. Proses ini membutuhkan waktu empat minggu.  “Dengan memanfaatkan limbah telur bebek juga membantu mengurangi polusi lingkungan,” ucap Rika.

Sumber : klik di sini

Share Button

Racun Laba-Laba dan Kelabang Dapat Membantu Kita Melawan Penyakit dan Kanker

Laba-laba dan kelabang tertentu — meskipun dipisahkan oleh lebih dari 500 juta tahun —secara mandiri telah berevolusi jenis racun dari hormon insulin-like yang sama. Penemuan terkini, racun tersebut dapat menjadi insektisida baru serta berpotensi membantu melawan penyakit kronis dan kanker.

Bisa biasanya berkembang dari protein yang pernah diproduksi untuk tujuan yang berbeda. Laba-laba, misalnya, telah mampu mengubah protein insulin-like menjadi racun yang kuat berkat penggandaan gen hormon. Namun para peneliti baru saja mulai mencari tahu bagaimana duplikat ini berubah menjadi beracun.

Glenn King terutama terkesan oleh protein racun insulin-like yang dibuat oleh laba-laba Hobo, yang dapat membunuh beberapa ulat perusak tanaman. Selama 20 tahun, ahli biokimia di University of Queensland, St. Lucia  di Australia ini telah berburu insektisida baru dengan survei spider dan racun lain dari antropoda. Baru-baru ini, dia dan kolaborator dari Tiongkok menemukan sebuah racun turunan dari hormon pada kelabang. Mereka juga mencari tahu bagaimana hal serupa terjadi pada laba-laba Hobo. Mereka melakukan analisis kimia pada rincian struktur protein pada kedua hewan tersebut.

Pada laba-laba lain, versi racun ini protein memiliki lima lipatan spiral yang disebuthelices, dalam strukturnya. Tapi racun kelabang dan laba-laba Hobo hanya memiliki empat dari helices ini. King dan rekan-rekannya melaporkan hal ini secara online padaStructure. Selain itu, racun Laba-laba Hobo dan Kelabang mempunyai lebih banyak hubungan antara lipatan protein.

Perbedaan tersebut membuat racun lebih stabil daripada racun pada laba-laba spesies lain yang belum ditunjukkan untuk menjadi racun. Mereka juga membuat racun yang dapat larut dalam air, sehingga dapat memperluas penerapan yang potensial untuk keperluan lain.

“Racun ini bisa menjadi insektisida sangat efektif,” kata Jessica Garb, seorang ahli biologi evolusioner di University of Massachusetts, Lowell.  “Orang-orang telah mengusulkan mereka bisa insektisida terbaru.”

Sebuah perusahaan di Michigan, Vestaron Corp, telah menindaklanjuti racun temuan King sebelumnya dan telah mendapat lampu hijau dari pemerintah AS untuk menjual insektisida turunan racun laba-laba. Dan sekarang, King tengah memodifikasi protein laba-laba kelabang Hobo untuk penggunaan baru, misalnya  melawan penyakit kronis dan kanker atau menghancurkan hama serangga.

Sumber : klik di sini

Share Button