ASOF Meeting: Meningkatkan Pengelolaan dan Pemberdayaan Hutan di ASEAN

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Prop. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), R. Sutarto, berharap bahwa pertemuan tahunan ASEAN Senior of Official on Forestry (ASOF) dapat meningkatkan pengelolaan dan pemberdayaan hutan di negara-negara anggota ASEAN. Hal ini dikemukakannya pada saat memberikan sambutan pada acara The 18th Meeting of the ASEAN Senior Official on Forestry (ASOF) di Ruang Rapat Sadewa, Hotel Inna Garuda, Yogyakarta (Kamis, 8/6/2015).

“Melalui forum ini akan terjalin jejaring yang kuat antar negara-negara ASEAN, khususnya dalam pengelolaan dan pemberdayaan hutan, serta dalam rangka meningkatkan hasil-hasil ekonomi dan lingkungan dalam koridor lanskap kehutanan,” kata Sutarto.

Selain itu, Sutarto juga berharap bahwa pertemuan ASOF ke-18 ini bisa menghasilkan beberapa masukan bagi perumusan kebijakan sektor kehutanan pada level berikutnya yang lebih tinggi, sehingga akan tercipta pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya hutan yang berkelanjutan dan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat di sekitar hutan.

Disadari bahwa sektor kehutanan menjadi tulang punggung ekonomi bagi sebagian besar negara berkembang, terutama di wilayah negara Asia Tenggara. Oleh karena itu, keberlanjutan kontribusi ekonomi dari sektor kehutanan harus bisa dipertahankan dengan menjaga keseimbangan antara aspek lingkungan dan pembangunan yang selalu merupakan tantangan di suatu wilayah ataupun global.

“Salah satu tantangan yang paling sulit adalah pertumbuhan penduduk. Dimana ini akan meningkatkan kebutuhan pangan, air dan energi termasuk juga kebutuhan akan jasa dan produk kehutanan akan meningkat secara signifikan. Bahkan demografi dan preferensi konsumsi mereka telah mengubah struktur permintaan terhadap jasa lingkungan dan produk kehutanan,”kata Dr. Henry Bastaman, M.ES., Kepala Badan Litbang dan Inovasi, KLHK.

Lebih lanjut, Henry menyatakan bahwa solusi untuk menghadapi tantangan tersebut dalam sektor kehutanan adalah mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari yang bisa menghasilkan produk dan jasa secara berkesinambungan dan seimbang serta dapat menjamin perlindungan dan konservasi keanekaragaman hayati dan juga memaksimalkan penggunaanya dan selaras dengan keberlanjutan sosial dan ekologi.

“Untuk mencapai tujuan tersebut, harus dikembangkan suatu rencana aksi strategis. Dimana satu aspek penting yang harus ada dalam pengembangan rencana aksi strategis tersebut adalah keselarasan dalam program untuk mencegah terjadinya overlapping dan untuk efisiensi penggunaan sumber daya alam,”kata Henry.

Diketahui bahwa ASEAN sudah membuat rencana aksi strategis yang disebut Strategic Plan Action (SPA). Dimana SPA tahun 2010-2015 akan berakhir pada Desember 2015. Dan sudah membuat SPA (2016-2025) yang disusun sejalan dengan rencana strategis nasional di setiap negara anggota.

Sementara itu, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DIY menyatakan bahwa hutan di Yogyakarta mempunyai peranan penting, terutama dalam penyediaan jasa lingkungan atau air bagi masyarakat sekitar. Hal ini terlihat pada saat peristiwa gempa (2006) dan juga meletusnya gunung merapi (2010). Dimana menyebabkan terjadinya kekurangan air, dan juga kerusakan infrastruktur. Oleh karena itu, Sri Sultan berkomitmen untuk selalu menjaga hutan dan lingkungan.

Dalam mengelola hutan dan lingkungan, Sri Sultan mengingatkan kepada negara-negara anggota ASEAN yang hadir dalam pertemuan ASOF ke-18 tersebut untuk memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan, Dimana sebagian besar masyarakat masih tergantung pada produk dan jasa hutan.

“Kalau masalah produk kehutanan, sebagai negara berkembang, pemerintah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tidak seperti negara maju. Kemungkinan di masa lampau illegal logging dan perambahan juga terjadi di negara mereka. Yang penting kondisi keberlanjutan hutan harus tetap dijaga,”kata Sri Sultan.***THS

Share Button

Pengelolaan Hutan Lestari: Untuk Kesejahteraan Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim

Tidak diragukan lagi bahwa hutan, masyarakat dan perubahan iklim mempunyai hubungan yang tidak bisa dipisahkan dan saling berpengaruh. Dalam kaitan tersebut, Dr. Henry Bastaman, M.Es., Kepala Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berharap bahwa hutan harus dapat dikelola secara lestari dan arif. Hal tersebut disampaikan Kabadan pada saat membuka acara seminar ke-16 tentang isu internasional terkait hutan dan hasil hutan di Ruang Rapat Sadewa, Hotel Inna Garuda, Yogyakarta (Rabu/05/08).

“Sebagai negara berkembang, peningkatan pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja diprioritaskan. Tetapi untuk mencapai tujuan ini kita tidak akan mengorbankan hutan kita. Sebaliknya kita harus mengelola sumber daya hutan kita secara berkelanjutan,”kata Kabadan.

Lebih lanjut, Kabadan menyatakan bahwa pengelolaan hutan yang berkelanjutan diharapkan nantinya dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengatasi permsalahan perubahan iklim. Dimana 1/5 emisi karbon berasal dari sektor kehutanan.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari baik untuk kesejahteraan masyarakat maupun perubahan iklim, antara lain pengembangan hutan rakyat, komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi karbon sebanyak 26% pada tahun 2020 di sektor Kehutanan, kerjasama dengan negara lain dalam proyek perubahan iklim, serta keberhasilan peneliti dalam menemukan beberapa benih unggul dan juga sistem INCAS (Indonesian National Carbon Accounting System) sebagai salah satu Monitoring and Reporting System yang layak sesuai dengan standar UNFCCC.

Namun demikian, Kabadan merasa bahwa apabila Indonesia melakukan sendiri maka tidak akan mampu dan berhasil dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, Kabadan mengajak negara-negara anggota ASEAN untuk lebih memperkuat kolaborasi dan kerjasama dengan cara berbagi informasi, pembelajaran dan peningkatan kapasitas SDM.

“Kolaborasi harus dipertahankan dan dipelihara ke depan untuk mengembangkan kerangka kebijakan perubahan iklim dan juga meningkatkan proses pengambilan keputusan bagi masing-masing negara anggota dalam mengelola sumber daya alam dan ekosistemnya secara lestari,”kata Kabadan.

Seminar yang bertemakan “Kelestarian Hutan dan Perubahan Iklim” ini dihadiri oleh beberapa peserta dari negara-negara ASEAN, seperti Indonesia, Malaysia, Laos, Myanmar, Kamboja, Thailand, Filipina, Brunai dan Vietnam.

Pada acara seminar tersebut menghadirkan keynote speech, Dr.Ir. Nur Masripatin, M.For.Sc, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim dan 8 narasumber lainnya yaitu Dr. Grace Wong (CIFOR), Dr. Rina Laksmi Hendrati (Badan Litbang dan Inovasi), Chair of ASFN (Myanmar), Mr. Ronakan Triraganon (RECOFTC), Dr. Agus Justianto (SAM  Sumber Daya Ekonomi), Ms. Aimi Lee Abdullah (EU-FLEGT Facility), Mr. Htain Lin (AFoCo) dan Mr. Hang Sutra dari Kamboja.

Selain itu, pada acara tersebut juga dilaksanakan serah terima beberapa bibit unggul hasil penelitian Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan kepada masyarakat sebagai tanda bahwa sektor kehutanan juga berperan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bibit unggul yang diserah terimakan tersebut yaitu: a).Acacia mangium  generasi ketiga kepada Dishut Pacitan; b). Acacia auriculiformis  kepada KPHP Yapen Papua, dan c). Melaleuca cajuputi Clonal  kepada KPHP Biak.

Materi terkait:

  1. Forest, and Climte Change : Shaping Agenda beyond 2015
  2. Species Adaptation to Climate Change
  3. Bringing Regional amd International Agenda on Forestry to Lacal Community
  4. Investing for Local Communities
  5. Sustainable Forest Management and Climate Change in Cambodia
  6. Implementing Forest Law Enforcement Governance and Trade (FLEGT) : Experience from Indonesia
  7. Progressing FLEGT in Southeast Asia through ASEAN Cooperation in Forestry
  8. ASEAN-ROK Forest Cooperation: Driving towards a greener Asia

Sumber : klik di sini

Share Button

160 Satwa Terancam Punah di Wajah Empire State

Gambar-gambar tersebut dapat dilihat khalayak umum dari kejauhan karena ditampilkan pada bagian eksterior gedung saat malam hari.

Karena dipajang di bagian luar gedung, ukurannya tentu raksasa. Gambar Cecil sang singa yang dibunuh di Zimbabwe awal bulan ini, misalnya, dipamerkan dengan ukuran 106 meter.

Selain Cecil, penyelenggara turut menampilkan gambar macan salju, harimau, berbagai mamalia laut, serta serangga. Secara keseluruhan, terdapat 160 spesies yang dipamerkan.150802174024_empire_state_extinction_amnimales_640x360_afp

Pameran terbuka itu berlangsung selama delapan menit yang diulangi dari awal setiap 15 menit sekali pada pukul 21.00 hingga 24.00 waktu setempat.

Sebanyak 40 proyektor besar digunakan untuk memancarkan gambar itu pada gedung setinggi 381 meter tersebut.

Publik Manhattan tampak terpikat dengan pameran itu. Tidak sedikit di antara mereka yang berhenti dan menatap gambar hewan-hewan lalu mengabadikannya dengan kamera.

sumber : klik di sini & di sini

Share Button

Informasi Taman Nasional di Indonesia

Berkaitan dengan informasi 51 Taman Nasional di Indonesia, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem telah membuat website yang berisikan informasi.
Informasi tersebut dapat dilihat pada tautan dibawah ini:
Share Button

Hari Konservasi Alam Nasional 2015 (HKAN 2015)

Peringatan Hari Konservasi Alam yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Agustus merupakan momen strategis sebagai ajang penyadartahuan masyarakat tentang pentingnya konservasi alam bagi kesejahteraan masyarakat. Melalui peringatan HKAN ini diharapkan kesadaran pentingnya konservasi alam semakin meningkat, menggalang semangat, memotivasi masyarakat Indonesia untuk memahami pentingnya menyelamatkan ekosistem alam dengan tidak melakukan kerusakan terhadap kawasan-kawasan konservasi, tidak membuang sampah sembarangan, menanam jenis-jenis tanaman endemik dan jenis langka, melepas satwa liar yang dilindungi ke habitat alamnya, menghindari penggunaan barang-barang yang tidak terurai seperti plastik, tidak melakukan pembakaran lahan tanpa terkendali, turut berpartisipasi mencegah pembalakan liar dan perdagangannya termasuk perdagangan satwa dan flora yang dilindungi.
Maksud dilaksanakannya Peringatan Hari Konservasi Alam Tahun 2015 adalah sebagai momentum untuk terus memasyarakatkan konservasi alam sebagai komitmen, sikap hidup dan budaya seluruh unsur bangsa.
Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi alam dan kelestarian kenakeragaman hayati beserta ekosistemnya bagi kesejahteraan masyarakat;
Tema Peringatan Hari Konservasi Alam Tahun 2015 adalah : “Keberlanjutan Konservasi Alam untuk Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan”.
Peringatan Hari Konservasi Alam Tahun 2015 ini dilaksanakan melalui serangkaian acara yang dimulai sejak tanggal 7 – 18 Agustus 2015, yaitu :
  • Jambore Konservasi Alam Nasional, tanggal 8-10 Agustus 2015 di Daerah Penyangga TN Ujung Kulon
  • Talkshow Konservasi Alam, tanggal 8 Agustus 2015 di Daerah Penyangga TN Ujung Kulon
  • Deklarasi Gerakan Nasional Penyelamatan Biodiversitas, tanggal 8 Agustus 2015 di Daerah Penyangga TN Ujung Kulon
  • Sarasehan Wana Lestari, tanggal 14 – 18 Agustus 2015 di Jakarta
  • Talkshow “Save Our Littoral Life”, tanggal 16 Agustus 2015 di Jakarta
  • Launching “Indonesia Biodiversity Strategic Action Plan” tanggal 18 Agustus 2015 di Jakarta
  • Penandatanganan Kerjasama Bidang Konservasi, tanggal 18 Agustus 2015 di Jakarta
Ayo kita ikut berpartisipasi dan semarakkan acara HKAN tahun 2015 untuk konservasi alam konservasi kehidupan.
Berikut Poster dan Slide Banner
Sumber : klik di sini
Share Button

Pelatihan Budidaya Lebah Madu Trigona

“Usaha-usaha untuk menggali pengembangan ekonomi hijau yang ramah lingkungan sangat penting dilakukan sebagai salah satu upaya mengantisipasi dan menanggulangi serta meningkatkan kemampuan masyarakat di Kecamatan Samboja,” ungkap Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si., Kepala Balitek KSDA, dalam sambutannya mengawali Pelatihan Budidaya Lebah Madu yang dilaksanakan selama dua hari dari tanggal 4 s.d. 5 Agustus 2015.

Kegiatan yang dibuka oleh Ir. Djohan Utama Perbatasari, M.M. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan ini dihadiri oleh 50 peserta dari perwakilan kelompok tani maupun masyarakat di Kelurahan Sungai Merdeka. Mengambil tempat di Aula Kantor Kelurahan Sungai Merdeka, Kec. Samboja, Kalimantan Timur, kegiatan ini merupakan kerjasama ASEAN-Korea Forest Cooperation (AFoCo) dengan Puslitbang Hutan, Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam, Kecamatan Samboja dan Kelurahan Sungai Merdeka.

1 2“Pelatihan dengan tema budidaya lebah madu ini dipilih selain memiliki prospek ekonomi yang sangat bagus, juga sangat ramah lingkungan serta sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat di daerah sekitar hutan,” kata Djohan. Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pengembangan lebah madu antara lain dapat meningkatkan pendapatan dan mutu gizi masyarakat dari hasil-hasil lebah seperti madu, tepung sari, royal jelly, lilin lebah, propolis. “Dalam hal pelestarian sumber daya alam, lebah madu berperan penting dalam membantu proses penyerbukan tanaman” ujar Djohan. Selain itu, menurut beliau kegiatan perlebahan dapat juga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian alam.

“Pemilihan budidaya jenis Trigona sp. ini dengan pertimbangan selain prospek pasar yang masih sangat baik, juga budidaya dari jenis ini memiliki beberapa kemudahan diantaranya tidak perlu dipelihara, tidak perlu digembala, tidak perlu peralatan khusus, tidak perlu takut disengat, kemudahan pengembangan koloni, produktivitas propolis lebih tinggi, tahan hama penyakit, serta dapat dipanen sepanjang waktu,” kata Dr. Ishak Yassir selaku moderator pelatihan ini.

Narasumber yang dihadirkan dalam pelatihan ini adalah Paimin Ponijan (Peternak Lebah dari Luwu Utara, Sulawesi Selatan), Nanang (Peternak Lebah dari Panajam Paser, Kalimantan Timur), Tarigan dan Farida (Tenaga Ahli dari Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya Lau Kawar, Kelurahan Sungai Merdeka).

Pelatihan hari kedua dilakukan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya Lau Kawar, Kelurahan Sungai Merdeka dengan materi penjelasan budidaya lebah madu dan teori pembuatan kotak tempat lebah.  Setelah itu kegiatan dilanjutkan di KHDTK Samboja dengan melakukan praktek pembuatan kotak, pemindahan lebah dari kotak yang ada isi lebah ke kotak baru. Pada akhir praktek seluruh peserta mencicipi madu lebah Trigona sp. yang telah disiapkan oleh panitia.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan pelatihan ini selain meningkatnya pengetahuan masyarakat di Kelurahan Sungai Merdeka didalam pengembangan budidaya lebah jenis Trigona sp., juga akan meningkatnya kesadaran dan pemahaman serta pengetahuan masyarakat tentang bagaimana mengelola hutan dan lahan yang seimbang dan berkelanjutan.

Selain itu, diharapkan dari pelatihan ini masyarakat di Kelurahan Sungai Merdeka, Kecamatan Samboja memahami dan mampu mengantisipasi terhadap dampak perubahan iklim, memiliki komitmen dan pengetahuan untuk mengelola hutan dan lahan secara lestari, serta bersedia menjaga kelestarian hutan sebagai sumber penghidupannya. Pada akhir pelatihan dibagikan koloni lebah Trigona sp. kepada 3 kelompok agar dapat dimanfaatkan tiap kelompok untuk dibudidaya dan ditutup dengan pembagian sertifikat kepada setiap peserta pelatihan.***ADS

3 4 5 6 7 8 9 10 11

Share Button