300 jenis tanaman obat di Jakarta

Meski menjadi ibukota Indonesia dengan lahan terbuka dan ruang terbuka hijau (RTH) yang sangat minim, Jakarta ternyata memiliki potensi keanekaragaman hayati, terutama tanaman obat yang tinggi. Tercatat ada lebih dari 80 jenis tanaman obat yang ada di wilayah Jakarta Selatan saja.

“Hasil penelitian yang dilakukan, untuk wilayah Jakarta Selatan saja terdapat sekitar 80 jenis tanaman obat. Seluruh DKI Jakarta saya optimis bisa hingga 200-300 jenis tanaman obat. Tanaman obat sangat multifungsi, ada yang bisa menjadi tanaman hias, rempah-rempah untuk memasak sekaligus menyembuhkan berbagai penyakit,” kata pakar keanekaragaman hayati tanaman obat dari Universitas Nasional, Prof.Dr. Ernawati Sinaga, M.S, Apt.

Akan tetapi dengan tingkat pembangunan dan begitu banyaknya penduduk di Jakarta, maka mungkin sudah banyak tanaman obat yang hilang. “Oleh karena itu, kami tertarik untuk mengetahui apakah masih ada tanaman obat di Jakarta. Penelitian baru di wilayah Jakarta Selatan saja sudah ada lebih dari 80 tanaman obat, seperti yang ditemukan di tanam kota, bantaran kali, hutan kota dan tanaman peneduh di pinggir jalan,” kata Ernawati yang dihubungi Mongabay, Kamis kemarin (12/11/2015).

Ia mencontohkan kembang sepatu yang daunnya apabila dihancurkan dapat digunakan untuk meredakan demam. Bunga melati dan mawar, lanjutnya, dapat digunakan sebagai kosmetik serta rempah-rempah seperti jahe, temulawak, dan lainnya selain dapat digunakan untuk memasak juga dapat berfungsi sebagai obat untuk batuk atau meningkatkan nafsu makan anak.

Oleh karena itu, dia mengatakan pihaknya akan menyelesaikan penelitian menginventarisasi tanaman obat di seluruh wilayah Jakarta, termasuk Kepulauan Seribu. “Setelah itu, kami akan meneliti ke kota lain. Kalau keanekaragaman tanaman obat banyak di satu tempat, artinya lingkungan itu masih cocok untuk tumbuhnya tanaman obat,” ucapnya.

Dia melihat pemerintah perlu kembali menggalakkan gerakan tanaman obat keluarga (toga) dengan mengajak masyarakat untuk gemar menanam di lingkungannya. Gerakan ini di kota Jakarta juga sebagai penghijauan.

Setelah selesai melakukan inventarisasi tanaman obat di Jakarta, mereka akan membuat laporan dan merekomendasikan kepada Pemprov DKI Jakarta, termasuk bagaimana desain tanaman obat di Jakarta seperti penanaman empon-empon di bantaran kali.

Menurutnya, pihak Pemprov DKI perlu membuat kelompok kecil untuk membuat masyarakat gemar menanam dan peduli lingkungan. Perguruan tinggi sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi juga bisa dilibatkan untuk membuat panduannya.

“Kepedulian terhadap keanekaragaman hayati di perkotaan perlu ditingkatkan. Meski ruang terbuka hijau di perkotaan terbatas, masyarakat bisa berkontribusi dengan gemar menanam meskipun bermedia non-tanah atau pot,” katanya.

Ernawati mendorong masyarakat untuk dapat memanfaatkan lahan rumah untuk menjaga keanekaragaman hayati tanaman obat. ‘’Keanekaragaman hayati apabila dijaga dengan benar, dapat menjadi salah satu solusi untuk penyakit-penyakit yang ada di perkotaan dan membangun keharmonisan antara manusia dan alam. Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat, pemerintah harus membangun komunitas-komunitas kecil untuk seperti yang dilakukan di Jepang,’’ ungkapnya.

Dalam seminar tersebut, Deputi Gubernur DKI Jakarta, Sutanto Soehodo mengatakan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah telah berwawasan lingkungan. Meski demikian, ia mengaku bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada saat ini memang belum ideal, karena baru mencapai 12-13 % dari angka ideal 30 % dari lahan yang ada. Untuk itu, saat ini pemerintah juga tengah giat untuk membeli lahan untuk dijadikan green space.

Sumber berita

Share Button

Restorasi 2-3 Juta Hektar Lahan Gambut Dalam Lima Tahun

Pemerintah mengakui terjadi kesalahan tata kelola pada masa lalu membuat alam rusak hingga terjadi kebakaran hutan dan lahan berulang, termasuk tahun ini yang berdampak pada puluhan juta orang. Perbaikan tata kelola dilakukan terutama di lahan gambut. Pemerintah pun berencana merestorasi lahan gambut, seluas dua sampai tiga juta hektar dalam lima tahun ini.

“Jadi lima tahun ke depan, kita akan kembalikan sebagian besar hutan gambut yang rusak jadi lebih baik. Kita tak jamin kebakaran hutan habis tapi berkurang,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla, dalam diskusi ahli internasional soal tata kelola lahan gambut pasca kebakaran yang diadakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, UNDP dan Pemerintah Norwegia, di Jakarta, Jumat (13/11/15).

Menangani restorasi gambut ini, katanya, pemerintah akan membuat badan khusus untuk menyelesaikan tugas selama lima tahun. Indonesia memiliki laham gambut sekitar 30 juta hektar dan yang rusak harus direstorasi. Dalam lima tahun itu, ucap JK, pemerintah menargetkan khusus gambut sekitar dua atau tiga juta hektar harus direstorasi.

Untuk itu, perlu diadakan pertemuan ahli ini guna mendapatkan pandangan, pengetahuan, sistem dan praktik-praktik serta pengalaman terbaik dari para ahli agar tak salah langkah dan bermanfaat bagi semua. Dia mencontoh, rehabilitasi Aceh dari tsunami yang selesai dalam tiga tahun. “Kondisi jadi lebih baik dan kerangka cepat serta kerja sama semua pihak.”

Pertemuan ini, katanya, untuk mencari solusi dan metodologi terbaik berdasarkan pengalaman di berbagai negara yang ada lahan gambut. Dari sini, diharapkan ada hasil kerangka (teknis) kerja bukan hanya bahasan di atas kertas.

Untuk pelaksanaan, pemerintah tentu akan mengalokasikan anggaran tetapi juga perlu kerja sama dalam mendanai program ini.

“Pemerintah akan beri anggaran sesuai, ada dana REDD+, World Bank, COP. Harap terapkan bersama-sama. Kita akan minta korporasi bersama rehabilitasi lahan-lahan masing-masing agar tanggung jawab lingkungan jadi tanggung jawab bersama,” katanya.

Kesalahan tata kelola

Wapres mengatakan, selama ini sudah terjadi banyak kesalahan dalam tata kelola hutan. Setidaknya, kata JK, ada tiga kesalahan, pertama, pada tahun 1970-an, izin-izin penebangan hutan diberikan pemerintah ke berbagai perusahaan di dunia. “Hutan-hutan dinikmati banyak negara di dunia. Kursi-kursi di Jepang, Korea, Amerika, dan dunia sebagian dari hutan Indonesia. Karena berlebihan, hutan Indonesia gundul, timbullah bencana seperti ini.”

Kedua, keliru dalam membuat perencanaan sejuta hektar sawah hingga timbulkan masalah. Ketiga, banyak terjadi perkebunan salah memanfaatkan gambut dan hutan. Atas kesalahan dan kekeliruan ini, kata JK,  harus ada restorasi yang dilakukan bersama-sama karena yang memanfaatkan juga bersama-sama.

“Terima kasih kepada UN dan negara-negara sahabat yang sejak lama ingin berpartisipasi. Seluruh NGO (organisasi masyarakat sipil) yang selalu memperingatkan, kita berterima kasih atas segala perhatian dan teguran yang kadang tak diperhatikan dan bikin dampak serius. Jadi bagaimana langkah kita (ke depan) setelah belajar masalah ini.”

Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, berharap, sebelum COP 21 di Paris, badan restorasi gambut sudah terbentuk. “Bisa di bawah Presiden, bisa juga di bawah koordinasi kementerian koordinator. Belum tahu.” Namun, katanya, pembentukan badan ini diatur dalam peraturan Presiden.

Restorasi, katanya, memerlukan anggaran besar. “Kalau pekerjaan fisik lapangan, misal kontruksi, software system dan lain-lain, drainase, blok kanal, revegetasi, itu yang dikatakan Wapres ada dukungan internasional.”

Beberapa negara, katanya, juga sudah menunjukkan keinginan membantu, salah satu Amerika Serikat yang berkomitmen mengalokasikan US$2,9 juta. “Tugas kami, kementerian menindaklanjuti dengan rencana yang baik,” katanya.

Untuk pencegahan kebakaran ke depan, pemerintah juga menyiapkan legal aspek berupa regulasi dan sistem. Terlebih, katanya, dari prediksi pada Februari 2016, minggu ketiga akan memasuki musim kering kembali dan berarti akan muncul lagi titik api. “Rekomendasi diskusi ini akan jadi masukan penting. Akan ada zonasi, akan tingkatkan early warning system, yang belum sinergi akan ditingkatkan, juga pemahaman daerah dan masyarakat,” kata Siti.

Tak terintegrasi

Luhut B Pandjaitan, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan juga bicara. Menurut dia, terjadi masalah kebakaran hutan dan lahan selama puluhan tahun karena penanganan tak terintegrasi.

Dengan pemberikan izin penguasaan lahan gambut besar pada tahun-tahun lalu, menjadi salah satu masalah. Bertahun-tahun, katanya, tak ada tindakan jelas dan tegas kepada pemilik perkebunan, maupun HTI. Belum lagi ada aturan rakyat boleh membakar. “Dikombinasi dengan El-Nino hingga timbulkan masalah besar. Penanganan sulit kalau tak terintegrasi.”

Saat ini, katanya, pemerintah berusaha bekerja dengan terintegrasi termasuk bekerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi, seperti Universitas Gadjah Mada, dan universitas di daerah kebakaran seperti Palangkaraya, Riau. Salah satu kerjasama untuk memetakan lahan-lahan gambut yang harus dilindungi, seperti di kubah. “Berangkat dari itu, kita akan bisa meminimalkan dampak kebakaran. Kalau harap gakkebakaran tahun depan, gak mungkin,” katanya.

Endah Murningtyas, Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Bappenas juga menyatakan, di lapangan, Indonesia belum memiliki instrumen-instrumen yang mencukupi menyangkut rencana maupun pelaksanaan cepat pemadaman, pencegahan dan restorasi. “Yang penting di tingkat tapak. Karena kalau dicegah di tingkat tapak, tak akan meluas,” katanya.

Tak hanya itu. Juga ada soal kemampuan sumber daya manusia dan sarana maupun prasarana. “Seperti apa kapasitas yang harus ada di lapangan, di pemerintah, yang lakukan koordinasi dan komando hingga bisa sampaikan peringatan dini sebelum kebakaran meluas.”

Duta Besar Norwegia, Stig Traavik menilai, terlihat jelas komitmen Presiden Indonesia, untuk memperbaiki kondisi ini. Salah satu, Presiden memerintahkan menghentikan pemberian izin di lahan gambut. Pertemuan ini, katanya, guna menindaklanjuti komitmen itu.

Norwegia, akan terus mendukung Indonesia dalam memperbaiki tata kelola hutan, seperti yang telah dilakukan sejak beberapa tahun belakangan ini. “Kami menanti rencana yang akan dibuat, kami siap dukung selalu,” katanya.

Dia juga mengingatkan, jangan sampai upaya perlindungan gambut dilakukan tetapi di sisi lain tebang-tebang hutan terus berjalan.

Kebakaran hutan dan gambut, kata Traavik, membuat puluhan jutaan orang terdampak dan menimbulkan kerugian besar.

Dia menyadari, menyelesaikan masalah ini tak mudah, banyak tantangan dengan agenda yang begitu komplek. “Penting, perlu pemimpin yang kuat untuk tindak lanjut ini,” katanya.

Traavik juga menekankan, pentingnya transparansi dan kerja sama semua pihak dari pemerintah, organisasi masyarakat sipil, swasta dan masyarakat. “Banyak negara juga akan ikut mendukung memperbaiki keadaan ini, termasuk Norwegia.”

Sumber berita

Share Button

Rumusan Seminar Hasil-Hasil Penelitian “Pengelolaan Satwaliar sebagai Upaya Pelestarian Sumber Daya Alam”

Seminar Hasil-Hasil Penelitian dengan tema “Pengelolaan Satwaliar sebagai Upaya Pelestarian Sumber Daya Alam” dilaksanakan pada tanggal 5 November 2015 di Mirror ballroom Hotel Gran Senyiur, Balikpapan.  Dengan mempertimbangkan sambutan Kepala Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Kehutanan, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kalimantan Timur, Laporan Kepala Balitek KSDA, pemaparan dari dua keynote speaker, tujuh makalah utama dan jalannya diskusi yang berlangsung, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Strategi konservasi keanekaragaman hayati, khususnya satwaliar perlu ditingkatkan dan diimplementasikan secara optimal. Kegiatan konservasi tidak hanya perlindungan dan pelestarian saja, namun, pemanfaatan secara bijak perlu ditingkatkan. Tiga skenario pemanfaatan yang diharapkan mendukung manajemen konservasi adalah melalui ekowisata, bioprospecting, dan perdagangan karbon.
  2. IPTEK adalah tumpuan utama dalam melakukan kegiatan konservasi. Pola konservasi keanekaragaman satwaliar perlu didukung dengan bantuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan seperti teknologi konservasi eksitu dengan penangkaran, konservasi insitu melalui pembinaan habitat dan populasi, teknologi rekayasa genetika, teknologi kultur jaringan, teknologi penangkaran, dan teknologi pengelolaan kawasan.
  3. Habitat orangutan dan bekantan sebagian besar berada di luar kawasan konservasi. Kondisi orangutan dan bekantan tersebut sangat rentan terhadap  kepunahan karena habitat kedua primata tersebut terfragmentasi menjadi habitat yang sempit dan terpisah-pisah.
  4. Sebaran orangutan di luar kawasan konservasi diantaranya berada di areal perkebunan kelapa sawit, pertambangan batubara, hutan tanaman industri dan permukiman. Upaya pelestarian orangutan di areal perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan merancang dan menetapkan sebagian kawasan menjadi areal konservasi. Dalam kondisi tertentu orangutan di areal perkebunan kelapa sawit perlu direlokasi ke habitat yang lebih baik. Untuk itu perlu dibentuk satgas relokasi orangutan yang terlatih dan penting untuk menjaga stabilitas habitat.
  5. Keberadaan satgas orangutan memerlukan Standard Operational Procedure (SOP) yang tepat dan dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan, sehingga relokasi dapat berjalan dengan baik. Tahapan translokasi orangutan meliputi identifikasi kondisi lanskap, blocking, pembiusan, pengangkutan ke kandang transit, relokasi orangutan dan pelaporan.
  6. Habitat orangutan yang terfragmentasi perlu dikembalikan konektivitas lanskapnya dengan membangun koridor orangutan. Kriteria pembangunan koridor orangutan disusun untuk mengetahui kelayakan kantong habitat.
  7. Untuk mengimplementasikan hasil penelitian perlu kerjasama stakeholder terkait.
  8. Satwaliar mempunyai peran, fungsi dan manfaat yang penting, baik secara ekologis maupun ekonomis bagi kehidupan manusia.
  • Bekantan mempunyai potensi ekonomi yang tinggi melalui pengembangan objek ekowisata.
  • Pemanfaatan secara lestari jenis labi-labi (Amycda cartilaginae) dapat dilakukan melalui pembangunan penangkaran.
  • Satwaliar secara umum mempunyai peranan sebagai agen pemencar biji, pengendali populasi serangga di lahan reklamasi tambang batubara, serta dapat menjadi objek pendidikan konservasi lingkungan.

Samboja, 5 Nopember 2015

Tim Perumus,

  1. Prof. Dr. Hadi S. Alikodra
  2. Prof. Dr. M. Bismark
  3. Dr. Chandradewana Boer
  4. Dr. R. Garsetiasih
  5. Dr. Ishak Yassir
  6. Ir. Neil Makinuddin, MA
  7. Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut., M.Si.
  8. Tri Atmoko, S.Hut., M.Si.
Share Button

Hutan Kalimantan Rusak, Satwaliar Terancam

Kerusakan hutan di Kalimantan sebagai pulau terbesar di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Padahal hutan sebagai habitat satwaliar adalah faktor terpenting bagi kelangsungan hidup satwaliar itu sendiri. Karena itu, perlu dukungan berbagai pihak/stakeholders untuk menyelamatkan hutan, terutama di Kalimantan.

Untuk mewujudkan upaya penyelamatan hutan dan satwaliar tersebut, Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) Samboja menggelar seminar hasil-hasil penelitian dengan tema ‘’Pengelolaan Satwaliar sebagai Upaya Pelestarian Sumber Daya Alam’’ di Hotel Grand Senyiur, Balikpapan pada Kamis, 5 November 2015 mendatang mulai pukul 08.00 WITA s/d selesai.

Seminar ini menjadi sangat penting karena telah banyak hasil penelitian tentang upaya penyelamatan satwaliar, terutama dengan menjaga kelestarian hutan yang belum terpublikasikan, apalagi dimanfaatkan oleh berbagai pihak, terutama pengampu kebijakan di Kalimantan.

Ketua Panitia Ir IGN Oka Suparta mengungkapkan, seminar menargetkan 100 peserta yang terdiri atas peneliti, akademisi, pengambil kebijakan, pihak swasta, dan LSM. Dengan demikian, seminar menjadi ajang diskusi dan saling bertukar informasi antara para peneliti, akademisi, pengambil kebijakan, pihak swasta dan LSM terkait pengelolaan pengelolaan satwaliar secara lestari. Tujuan lebih lanjut, agar hasil-hasil penelitian tentang upaya penyelamatan satwa liar terpublikasikan, diketahui, dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak.

Menurut Oka, berbagai upaya pelestarian sumber daya alam, khususnya satwa, secara terpadu dan bersama-sama oleh berbagai pihak secara arif dan bijak sangat diperlukan. Selanjutnya berbagai upaya pengembangan, konservasi ek-situ dan in-situ juga harus digalakkan untuk menjaga kelestarian dan kemanfaatan satwa liar tersebut.

‘’Jika hal ini terwujud, maka upaya menjaga pelestarian satwaliar Indonesia, terutama Kalimantan lewat kerja sama berbagai pihak akan terwujud,’’ tandasnya.

Terlebih, Kalimantan memiliki 558 spesies burung, 225 jenis mamalia, 166 ular, 100 amphibi, dan 350 jenis ikan air tawar yang keberadaannya mulai terancam akibat konversi hutan menjadi fungsi lain, seperti perkebunan dan tambang yang kurang memperhatikan kelangsungan hidup satwaliar.

Seminar ini akan menghadirkan narasumber utama Guru Besar Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra dengan topik “Status Keanekaragaman dan Pemanfaatan Satwaliar di Indonesia”, dosen Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman Dr. Ir. Candra Dewana Boer yang mengangkat “Strategi Pengelolaan dan Potensi Pemanfaatan Satwaliar di Kalimantan” dan Dr. Yaya Rayadin dengan topik (Konservasi Orangutan di Kalimantan). Pembicara lainnya, para peneliti Balitek KSDA Samboja, yaitu  Amir Ma’ruf  (Standart Operating Procedure (SOP) Translokasi Orangutan), Tri Atmoko (State Of The Art Penelitian dan Upaya Konservasi Bekantan (Nasalis larvatus) di Kalimantan, Teguh Muslim (Pengelolaan Labi-labi (Amyda cartilaginea) di Kalimantan Timur, Ishak Yassir (Peran Satwaliar sebagai Agen Pemencar Biji dan Pengendali Populasi Serangga di Lahan Pasca Tambang Batubara), Mukhlisi (Perumusan Kriteria Pembangunan Koridor Orangutan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi), Ike Mediawati (Satwaliar sebagai Obyek Pendidikan Konservasi Lingkungan di Wartono Kadri.

Bagi pihak-pihak yang berminat dan ingin mengetahui informasi lebih lanjut terkait seminar, dapat menghubungi Panitia, Eka Purnamawati / Hari Hadiwibowo via telp  081346620410 / 0081347743734 atau email  eka.purnama@yahoo.com, atau hhadiwibowo@gmail.com.

Share Button

Pengumuman PUPNS untuk Pegawai Balitek KSDA

# Untuk yg belum selesai memperbaiki data PUPNS silahkan diperbaiki dan dikirim ulang paling lambat hari senin, tgl 02 Nov 2015

# bagi yang sudah menyelesaikan pengisian data PUPNS dengan benar, silahkan mencetak bukti pendataan (pengisian) dan bukti register

# adapun ketentuan mengenai penyerahan berkas pendukung, format surat pernyataan dan jenis dokumen yang digunakan sebagai bahan pendukung adalah sebagaimana terlampir

# berkas dibuat dalam 3 rangkap, masing-masing dimasukkan dalam map plastik dengan spesifikasi dan warna sesuai ketentuan

# penyerahan berkas dengan benar dan lengkap paling lambat hari jumat, tgl 06 Nov 2015

# jika ada kesulitan maupun pertanyaan, silahkan hubungi bagian kepegawaian

# mohon bantuan dan kerjasamanya, terimakasih

ketentuan_penyerahan_dokumen.pdf · versi 1

contoh_surat_pernyataan_klhk.doc · versi 1

Share Button

Peneliti yang Tanggap mendorong BLI menjadi Terdepan

Dr. Henry Bastaman, M.ES, Kepala Badan Litbang dan Inovasi sangat yakin apabila peneliti di BLI tanggap terhadap lingkungan serta permasalahan sekitar akan bisa mendorong Badan Litbang dan Inovasi (BLI) menjadi leading the way atau terdepan. Hal ini dikemukakakn beliau pada acara Gala Dinner yang merupakan bagian acara INAFOR ke-3 di Ballroom IPB International Convention Center, Bogor, Rabu (21/10).

“Kita harus mengubah setting pemikiran kita. Pola pikir kita sekarang haruslah global. Bisakah dari litbang dan inovasi, setting penelitian kita untuk melihat fenomena yang terjadi. Ini bukan hal yang sederhana, “kata Kabadan.

Kabadan sangat merasa prihatin terhadap kejadian kebakaran dan bencana asap yang melanda wilayah Sumatera dan Kalimantan. Bahkan beliau merasa sangat sedih melihat kejadian kebakaran yang melanda Papua.

“Kalau Papua tidak bisa kita pertahankan maka kita akan habis. Tidak ada Pulau di Indonesia yang bisa kita pertahankan. Tidak ada pesan dalam situasi krisis, semua bingung dan asap menjadi masalah, kata Kabadan.

Beliau juga merasa sedih melihat fenomena di masyarakat Papua yang menganggap hal biasa adanya kebakaran alang-alang tersebut. Mereka tidak tahu akan akibatnya apabila fenomena tersebut dibiarkan bisa menjadi masalah besar di kemudian hari seperti di Kalimantan dan Sumatera.

“Saya harap mulai sekarang, kita melihat secara serius fenomena yang terjadi untuk satu langkah ke depan. Dan saya yakin 500an peneliti dan seluruh jajaran untuk mulai memikirkan itu, “kata Kabadan.

Lebih lanjut, Kabadan menyatakan ada dua hal utama yang harus diperhatikan sehingga bisa membuat BLI menjadi terdepan. Kedua hal tersebut adalah:

  1. Adanya fenomena yang sangat baru dan harus bisa kita telusuri apa yang terjadi. Kemudian buat prioritas atas permasalahan tersebut untuk diselesaikan
  2. Fenomena lama yang ada, tetapi kita belum berhasil menyelesaikan sedangkan tekanan terhadap fenomena tersebut juga semakin meningkat. Contohnya adalah konsumsi kita akan sumber daya hutan yang semakin meningkta tetapi produksi hutan masih tetap bahkan berkurang.

“Kita sekarang harus mulai untuk berpikir jangka panjang atas kebijakan pembangunan sekarang. Bagaimana kita harus menyiapkan 5 tahun ke depan, pemikiran tersebut sangat dibutuhkan. Sebelum dicision maker, kita harus satu langkah ke depan, “kata Kabadan.

Selain itu, Kabadan juga mengajak peneliti dan manajemen untuk mulai berpikir ulang atau memformat penelitian-penelitian mana yang diprioritaskan sesuai dengan fenomena sekitar dan betul-betul harus diselesaikan.

Dalam acara tersebut, juga dipresentasikan hasil kerjasama BLI dengan FCPF dan CIFOR. Dimana kedua lembaga tersebut juga menjadi sponsor dalam kegiatan INAFOR ke-3 ini. Selain itu, dalam acara gala dinner yang diikuti oleh seluruh peserta INAFOR ke-3 juga diumumkan pemenang lomba riset dengan tema Food, Energi, Medicine and Others.

Adapun pemenang lomba foto riset tersebut adalah:

  1. Foto Favorit :Judul: ”Julang Sumba Siap Mendarat”, by Oki Hidayat, BPK Kupang
  2. Juara kategori Food: Judul : Emydura subglobosa by Richard Gatot  Nugr oho, BPK Manokwari
  3. Juara Kategori Energy : Judul: “Wood Pellets” by Deden Nurhayadi, Puslitbang Hasil Hutan
  4. Juara Kategori Medicine: Judul: “Uder cup jamur (Filoboletus manipularis) by Andi Nopriansyah – BPK Palembang
  5. Juara Kategori Others : Judul: “Lawan Aku” Bekantan Sungai Hitam, by Ishak Yassir

Sumber : forda-mof.org

Share Button