Peresmian Trek Tri Joko Mulyono di KHDTK Hutan Penelitian Samboja

“Plot Tumbuhan Berkhasiat Obat (TBO) di KHDTK Hutan Penelitian Samboja kami dedikasikan kepada Bapak Sekretaris Badan Litbang dan Inovasi”, kata Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si kepala Balitek KSDA dalam sambutan peresmian Trek Tri Joko Mulyono Senin (5/12). Trek Tri Joko Mulyono memiliki panjang + 300 m dan terletak di plot TBO di KHDTK Hutan Penelitian Samboja. Peresmian trek ini dilakukan dengan pemotongan pita dan penyusuran trek oleh Tri Joko Mulyono didampingi pegawai Balitek KSDA.

“Plot TBO di KHDTK Hutan Penelitian Samboja ini memiliki luas 5,6 ha. Termasuk Plot pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) dengan luas 1 ha. Jenis tumbuhan yang ada di sekitar trek Tri Joko Mulyono + 60 jenis. Sebagian besar (hampir 50 jenis) merupakan tumbuhan asli di lokasi tersebut dan sebagian kecil lainnya ditanam atau introduksi”, kata Yusub Wibisono teknisi Litkayasa Penyelia Balitek KSDA yang ikut mendampingi sekbadan dalam penyusuran trek tersebut.

9Dalam penyusuran trek, sekbadan terlihat sangat menikmati perjalanan sambil menanyakan manfaat jenis-jenis TBO yang ada di plot kepada Septina Asih Widuri, S.Si salah satu tim peneliti TBO Balitek KSDA maupun tim KHDTK Samboja.

“Saya berharap trek dan plot TBO ini bisa memberikan manfaat bagi penelitian TBO khususnya di Kalimantan dan menjadi salah satu upaya konservasi yang bisa kita lakukan”, kata sekbadan. Selain itu beliau berharap bahwa trek ini bisa menjadi tempat belajar bagi siswa dan mahasiswa.

Dalam peresmian trek ini, sekbadan dan rombongan melakukan penanaman pohon THBO pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack), akar kuning jenis Coscinium fenestratum dan Fibraurea tinctoria.
Selain meresmikan trek, sekbadan juga meresmikan Herbarium Wanariset pasca renovasi dan fumigasi. Pemotongan pita disambut meriah oleh seluruh pegawai Balitek SDA yang hadir pada acara peresmian tersebut.

“Herbarium Wanariset ini merupakan perpustakaan koleksi tumbuhan hutan yang akan bermanfaat dulu, sekarang maupun masa yang akan datang. Herbarium ini merupakan warisan yang tak ternilai bagi kita semua”, kata Tri Joko.

Selain melihat koleksi herbarium, sekbadan juga berpesan untuk memelihara dengan baik koleksi yang sudah ada 1sebagai warisan anak cucu kedepannya.  Sekbadan juga berharap pengelolaan herbarium wanariset dapat lebih ditingkatkan lagi kedepannya. “Herbarium Wanariset harus bisa menjadi herbarium “digital”, imbuhnya.  Pengadaan alat-alat yang mendukung seperti scanner khusus sampel herbarium bisa diadakan kedepannya.

Dalam kunjungan kali ini sekbadan juga melakukan pembinaan pegawai Balitek KSDA. Sekbadan mengajak seluruh pegawai untuk bekerja keras, cerdas dan ikhlas. Sekbadan berpesan kepada seluruh pegawai untuk mengambil peran masing-masing, bekerja sebaik mungkin dan terus meningkatkan kapasitas masing-masing untuk Balitek KSDA yang lebih solid.

***ADS

Share Button

Kunjungan Pendidikan SDIT AL-AULIA 2 Balikpapan di Balitek KSDA

Siswa-siswi SDIT Al-Aulia 2 Balikpapan mengadakan kunjungan pendidikan di Balitek KSDA pada Sabtu (01/11). Kunjungan pendidikan ini diikuti oleh 143 peserta yang terdiri dari 135 siswa kelas IV dan 8 guru pendamping.

Kunjungan kali ini disambut hangat oleh kepala balai Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si di halaman kantor Balitek KSDA. Dalam sambutannya Gadang mempersilahkan siswa-siswi SDIT Al-Aulia 2 untuk belajar tentang apa saja di Balitek KSDA. Mulai dari penelitian, Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Penelitian Samboja, Herbarium Wanariset, persemaian, dan penangkaran rusa.

Siswa-siswi SDIT Al-Aulia 2 pada rencana awal akan melakukan tracking di Rintis Wartono Kadri. Namun karena hujan pada pagi hari sebelum kegiatan sehingga kondisi tidak memungkinkan, maka kegiatan dialihkan dengan materi dan kunjungan persemaian, penangkaran rusa sambar dan herbarium wanariset yang letaknya di seputar kantor Balitek KSDA.

2Kegiatan pertama dilakukan dengan materi “Pengenalan Hutan” yang dipresentasikan oleh Tri Atmoko, S.Hut, M.Si. Dalam materi ini juga disampaikan tentang regenerasi hutan (siklus hara) dan siklus energi.

“Siapa yang tahu buah ulin?”, tanya Tri. “Saya tau pak. Kayunya warnanya hitam”, teriak salah siswa. Sembari mencoba mengenalkan ciri-ciri maupun manfaat kayu Ulin kepada siswa-siswi ini, Tri memperlihatkan sampel buah ulin yang memiliki berbagai bentuk dan ukuran. Selain itu peserta diajak untuk mengenal sampel berbagai buah hutan antara lain buah keruing, meranti dan kapur yang dikoleksi Balitek KSDA.

Kegiatan diselingi dengan pembagian doorprize bertemakan konservasi berupa T-shirt, buku agenda, pin dan gantungan kunci.

Selanjutnya peserta diajak untuk berkunjung ke persemaian yang dikelola dibawah KHDTK Hutan Penelitian Samboja. Peserta diajak untuk mengenal jenis-jenis tumbuhan yang ada di persemaian antara lain gaharu, ulin, meranti, kapur dll. Kali ini peserta didampingi oleh Mardi Tofani Rengku, Deny Adi Putra, dan Ulfa Karmila Sari, S.Hut.

Setelah mengunjungi persemaian, peserta diajak untuk melihat penangkaran rusa sambar yang terletak di belakang aula Balitek KSDA dan didampingi oleh drh. Amir Ma’ruf, M.Hum.
Setelah itu siswa-siswi menikmati makan siang di aula Balitek KSDA sembari menyaksikan film konservasi tentang Bekantan di Kalimantan.

8Setelah istirahat siang, siswa-siswi diajak untuk melihat koleksi herbarium di Herbarium Wanariset yang merupakan penutup rangkaian kegiatan kunjungan pendidikan SDIT AL-AULIA 2 Balikpapan. Sambil mendengarkan penjelasan dari tim pemateri herbarium Mira Kumalaningsih, Priyono, Nanda Farhazakia dan Dwi Wahyu Mentari terlihat siswa-siswi bertanya tentang jenis-jenis tanaman yang ada, tempat mengambil koleksi, jumlah koleksi dan cara pembuatannya.

Semoga kunjungan pendidikan ini dapat memotivasi anak-anak untuk lebih mencintai hutan dan keanekaragaman hayati Indonesia.***ADS

Share Button

Gubernur Kaltim Mengapresiasi Foto Keindahan KHDTK Samboja

Keindahan hutan KHDTK Samboja yang terbingkai elok mendapatkan apresiasi positif dari Gubernur Kalimantan Timur Dr. H. Awang Faroek Ishak pada acara Sosialisasi dan Ekspose tentang Pohon Jabon, Daerah Aliran Sungai (DAS) serta Rapat Koordinasi (RAKORDA) Kelitbangan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 dan Arahan Bapak Gubernur Kepada Peneliti Se-Kalimantan Timur di Lamin Etam, Samarinda (2/11/2016).1

Foto dengan judul “Heavenly Morning in KHDTK Samboja” merupakan foto yang diabadikan Agustina DS di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Penelitian Samboja di Km. 9. Foto tersebut diserahkan kepada Gubernur Kalimantan Timur oleh Kepala Balitek KSDA, Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si dalam awal rangkaian acara tersebut untuk lebih mengenalkan keindahan hutan yang dikelola Balitek KSDA.

Sebelumnya, foto tersebut merupakan foto pesanan Awang pada saat pertemuan terdahulu di Kantor Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda (11/10/2016).

6“Saya sangat senang melihat foto lanscape hutan ini. Hal seperti ini tentu saja dapat menjadi sesuatu yang bisa kita tunjukkan kepada dunia luar selain sisi lain Kalimantan Timur yang memiliki bekas tambang batubara banyak menganga”, kata Awang saat itu.  Awang berharap bisa menunjukkan kepada tamu yang datang ke kantor provinsi tentang  keindahan hutan yang masih tersisa di Kalimantan Timur ini.

Keindahan bentang alam KHDTK Samboja terangkai indah dengan sebuah puisi yang juga disajikan bersama foto tersebut:

Satu rekaman keindahan panorama sudut KHDTK Samboja,

kala semburat mentari mulai menyambangi pucuk-pucuk meranti,

dan bulir-bulir embun masih anggun menggantung di daun-daun.

 

Di sana, di sela hamparan kabut menyelimut lembah dan gemunung,

bala satwa terjaga, seketika riuh, semakin gaduh, bersahutan mensyukuri datangnya hari baru.

 

Dan bangsa burung pun lantang memekikkan pesan sepanjang zaman,

“Hai, manusia! Jaga! Jagalah zamrud kita! Jaga! Jagalah amanah sebagai khalifah!”

(Topik & Eka)

 

Terdengar tepuk tangan yang sangat meriah dari tamu undangan mengiringi penyerahan foto tersebut. ***ADS

Share Button

Gubernur Kalimantan Timur Mengagumi Foto-foto Hasil Karya Balitek KSDA

Gubernur Kalimantan Timur, Drs. H. Awang Faroek Ishak, MM., MSi. sangat mengapresiasi foto-foto hasil karya Balitek KSDA. Kekaguman tersebut disampaikan Awang saat foto-foto disajikan di ruang kerjanya, kantor provinsi Kalimantan Timur di Samarinda pada Senin (11/10).

Kunjungan kerja ini dilakukan oleh Kepala Balitek KSDA Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si,  Kepala Dinas Provinsi Kalimantan Timur Ir. H. Wahyu Widhi Hernata, MP. dan Kepala BPDASHL Mahakam Berau Dr. Ir. M. Zainal Arifin, S.Hut, M.Si.

Foto-foto yang disajikan merupakan foto hasil penelitian maupun hunting foto yang dilakukan Peneliti, Teknisi maupun Staf Balitek KSDA yang gemar fotografi.

“Saya sangat senang melihat foto-foto ini. Foto orangutan, bekantan, dan landscape hutan tentu saja dapat menjadi sesuatu yang bisa kita tunjukkan kepada dunia luar selain sisi lain Kalimantan Timur memiliki bekas tambang batubara banyak menganga”, kata Awang.

Awang Faroek mengagumi foto bekantan yang diambil di Sungai Hitam Samboja. Menurut Awang foto seperti ini mampu memperlihatkan sebuah “harapan”. Harapan tentang keberadaan keanekaragaman hayati Kalimantan Timur ditengah ancaman yang selalu membayangi.

“Ini foto orangutan dimana?”, tanya Awang. Kepala Balitek KSDA Ahmad Gadang Pamungkas menjelaskan bahwa orangutan yang kita dokumentasikan ini merupakan orangutan di alam liar. “Foto orangutan pertama memperlihatkan aktifitas sekelompok orangutan di BOSF Samboja Lestari salah satu tempat yang yayasan yang aktif bergerak melestarikan orangutan”, kata Gadang. “Foto yang kedua merupakan foto orangutan yang diambil Hutan Lindung Gunung Beratus”, imbuhnya.

Selain terlihat menikmati foto-foto yang disajikan, Awang juga mengapresiasi apa yang telah dilakukan Balitek KSDA sebagai lembaga penelitian untuk terus melakukan penelitian yang mampu memberikan manfaat bagi kehutanan Indonesia.

Selain itu ia juga menegaskan bahwa hasil penelitian tidak boleh sampai hanya sekedar buku maupun laporan saja namun akan lebih baik jika dapat dipublikasikan sebagai e-book dan informasi yang dishare di website sehingga mampu mendunia.

foto-5ok“Buku-buku Balitek KSDA ini dikemas dengan bagus, jangan sampai hanya berakhir di buku saja”, tegas Awang.

Awang juga menyarankan bahwa e-book yang diterbitkan Balitek KSDA dapat diupload di “iKaltim”  agar menambah informasi terutama dalam bidang kehutanan. “iKaltim” merupakan aplikasi perpustakaan digital persembahan Badan Perpustakaan Provinsi Kalimantan Timur.

Selain itu Awang menegaskan bahwa ingin menyebarluaskan foto-foto karya Balitek KSDA terutama foto yang mencerminkan biodiversitas endemik Kalimantan sebagai gift untuk tamu-tamu baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

Pada kesempatan ini juga disampaikan beberapa desain Forest Corner yang akan dipasang di Ruang VVIP Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan.

Forest Corner ini nantinya akan menampung publikasi maupun informasi kehutanan dalam bentuk buku, leaflet, poster, foto, film dsb”, kata Wahyu Kepala dinas Provinsi Kaltim yang juga ikut menjadi pencetus forest corner dan pendamping dan pertemuan kali ini***ADS

Share Button

Lima Puluh Persen Jenis Obat Mengandung Senyawa Aktif dari Hutan Tropis

-Orasi Ilmiah Kepala Balitek KSDA pada Wisuda Akademi Farmasi-

Perkembangan industri obat sebagian besar berasal dari pengetahuan pengobatan tradisional. Studi Cifor tahun 2007 terhadap 150 jenis obat beresep di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50%  nya mengandung senyawa aktif yang bersumber dari hutan tropis.

farData tersebut dipaparkan oleh Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA), Ahmad Gadang Pamungkas, dalam orasi ilmiah pada acara Wisuda Angkatan XIII Akademi Farmasi Samarinda di Hotel Bumi Senyiur Samarinda, Kamis (15/9/2016).

Lebih lanjut, Gadang menjelaskan bahwa perkembangan industri obat yang sangat pesat ternyata tidak membawa dampak yang baik bagi pengetahuan pengobatan tradisional dan kelestarian tumbuhan obat hutan tropis. “Industri obat didominasi oleh perusahaan multi nasional. Apresiasi terhadap pengetahuan lokal, termasuk dalam hal profit sharing sangat rendah. Dan setengah dari 20.000 jenis tumbuhan obat di hutan tropis terancam punah,” ungkapnya.

Dalam wisuda yang dihadiri pula oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur, Kepala Dinas Provinsi Kalimantan Timur, serta perwakilan Kementerian Kesehatan tersebut, Gadang mengajak para wisudawan untuk mengambil peran dalam pengembangan industri obat Indonesia ke depan. “Pelayanan kesehatan sama pentingnya dengan penyediakan pelayan obat untuk yang sakit. Keinginan manusia untuk hidup sehat menjadi poin penting kita untuk ikut ambil peran dalam industri ini. Jangan biarkan pengetahuan dan kekayaan genetik kita dibawa keluar. Kita harus menjadi yang terdepan. Peluang itu terbuka pada segmen tumbuhan obat,” tegasnya.

Mengutip riset Aditam (2014), Gadang menyampaikan bahwa pasar herbal dunia pada tahun 2008 adalah sekitar US$ 60 milyar. Nilai pasar tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga US$ 150 milyar pada tahun 2020. Omzet penjualan produk herbal Indonesia baru mencapai US$ 100 juta per tahun atau hanya sebesar 0,22% pangsa dunia.

Menurut Gadang, untuk meningkatkan produk herbal Indonesia perlu membangun sinergi serta menyusun strategi yang mempertimbangkan aspek konservasi. Dalam perspektif ini, upaya penggalian dan pemanfaatan berkelanjutan tumbuhan obat tidak terlepas dari karakter dan status konservasi tumbuhan tersebut.

Kerumitan selalu muncul apabila jenis tumbuhan obat yang dikembangkan merupakan jenis yang berasosiasi erat dengan habitat hutan, endemik dan atau dilindungi. Contohnya adalah kasus yang terjadi pada pasak bumi dan bidara laut. Pengaruh kapital menyebabkan para pemburu  mengeksploitasi jenis tersebut secara berlebihan di hutan alam.

Penyebab lain adalah minimnya pengetahuan tentang teknik dan konsep panen yang ramah lingkungan, seperti yang terjadi pada Dragon Blood (Rotan Jerenang). Di habitat alaminya, tingkat regenerasi rotan jerenang menurun drastis.

Mengakhiri orasinya, Gadang mengingatkan para pihak perlunya kehati-hatian mempublikasikan temuan jenis tumbuhan obat baru. “Terutama jenis-jenis yang berpotensi diproduksi secara massal dengan teknologi yang tinggi.  Publisitas dalam hal ini perlu mempertimbangkan status ancaman di masa depan.  Apalagi bila jenis-jenis tersebut memiliki asosiasi kuat dengan habitat hutan,” pungkasnya.

Mengapresiasi orasi ilmiah tersebut, Supomo, Direktur Akademi Farmasi Samarinda menjelaskan bahwa Akademi Farmasi Samarinda akan bekerja sama dengan Balitek KSDA untuk melakukan penelitian, pengembangan, dan peningkatan kualitas pendidikan dalam bidang tumbuhan obat. Kerja sama tersebut diharapkan dapat memajukan tumbuhan obat Indonesia, terutama di Kalimantan Timur.***(Sur/Emilf.).

Share Button

Petkuq Mehuey – Kelompok Penjaga Hutan Lindung Wehea

Petkuq Mehuey memiliki arti sekelompok penjaga hutan (Bahasa Dayak Wehea). Kelompok penjaga hutan lindung Wehea ini dibentuk oleh Badan Pengelola Hutan Lindung Wehea bekerjasama dengan Lembaga Adat Dayak Wehea. Saat ini jumlahnya 35 orang dan diketuai oleh Fransiskus Leiji Ding (etnis Dayak Wehea).

Petkuq Mehuey bertugas melakukan monitoring terhadap semua kegiatan yang terjadi di dalam kawasan hutan lindung.  Mereka bukan hanya mengamankan hutan dari para pemburu, penebang illegal, dan kebakaran hutan namun juga bertugas untuk menginventarisasi satwa serta tumbuhan yang ada di hutan”, kata Ulfah Karmila Sari, S.Hut peneliti pertama Balitek KSDA dalam tulisannya di Majalah Swara Samboja Vol IV No. 2 Th 2015.

Anggota Petkuq Mehuey akan bergantian dalam berpatroli keliling Hutan Lindung Wehea sesuai shiftnya. Selain melakukan monitoring kawasan, mereka bertugas membuat jalur maupun merawat jalur-jalur wisata di Hutan Lindung Wehea. Satu shift adalah satu atau dua bulan. Apabila shift satunya telah berakhir maka akan digantikan dengan tim lainnya yang telah disiapkan.

Menurut Ulfah, selain memiliki tugas menjaga hutan, mereka juga bertugas memandu wisatawan maupun peneliti yang akan masuk ke area Hutan Lindung Wehea.

Sejak ditetapkan sebagai Hutan Lindung Wehea yang dijaga oleh anggota PM, pembalakan dan perburuan liar menurun drastis.  Para penjaga hutan ini membuktikan hasil kerja keras mereka dalam melakukan tugas sebagai “ranger” Hutan Lindung Wehea.

2Masyarakat Dayak Wehea disini juga membuktikan bahwa hidup selaras dengan alam mampu menjaga kelestarian hutan tempat mereka bergantung.  Karena mereka meyakini hutan bagian dari kehidupan mereka yang bisa diwariskan untuk anak cucu mereka.

Adanya dukungan dari pihak terkait, pemerintah setempat melalui Badan Pengelola Hutan Lindung Wehea, dan dari pihak swasta, maka kelestarian hutan Lindung Wehea bisa dijaga.  Apalagi dengan adanya berbagai penghargaan di bidang lingkungan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, ini membuktikan bahwa keberhasilan dalam mengelola hutan tersebut tercapai.  Dan yang penting adalah bukti bahwa masih saja ada masyarakat yang peduli akan hutan.

“Melalui Petkuq Mehuey, warga membuat persemaian di desa Nehas Liah Bing yang di beri nama Persemaian Letap Hiq. Persemaian tersebut berisi semai jenis pohon lokal, seperti meranti merah (Shorea sp.), kapur (Drybalanops sp.), agatis (Agathis borneonsis), dan karet (Hevea brasiliensis). Bibit-bibit tersebut di jual ke perusahaan kehutanan dan perusahaan kelapa sawit untuk merehabilitasi kawasan sekitar desa”, imbuh Ulfah.

Untuk diketahui, Hutan Lindung Wehea adalah hutan lindung yang berada di dalam areal kawasan adat dan dijaga oleh Suku Dayak Wehea.  Areal tersebut terletak di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur dan merupakan bekas areal HPH PT. Gruti III yang memiliki luas areal 38.000 hektar (Pemkab, Kutim 2005) yang memiliki berbagai macam potensi keanekaragaman jenis flora dan fauna. Tujuan khusus adanya Hutan Lindung Wehea adalah sebagai perlindungan habitat Orangutan (Pongo pygmaeus).

Selain itu Hutan Lindung Wehea merupakan penyangga tiga Sub-DAS penting di wilayah Muara Wahau seperti Sub-DAS Seleq, Sub-DAS Melenyiu dan Sub-DAS Skung yang bermuara di sungai Mahakam.

Pada tanggal 27 Oktober 2005 melalui Surat Keputusan Bupati Kutai Timur No. 44/02.188.45/HK/II/2005 membentuk Badan Pengelola Hutan Lindung Wehea dibawah pengawasan Pemerintah Kabupaten.  Dengan demikian, hutan seluas 38.000 ha yang terletak di Muara Wahau tersebut resmi menjadi kawasan hutan lindung yang dijaga secara adat oleh masyarakat Dayak Wehea***ADS

Share Button