“Bersih-bersih Sampah Bersama Masyarakat di KHDTK Samboja”

Dalam rangka memperingati hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2017, Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) Samboja dan masyarakat mengadakan kegiatan “Bersih-bersih Sampah Bersama Masyarakat di Km 1 s.d. 3 KHDTK Samboja.

Kegiatan yang dimulai pukul 08.00 WITA ini diikuti 100 orang terdiri dari pegawai Balitek KSDA, Kelurahan Sei Merdeka, Yayasan Jejak Pulang, Fans for Nature, Forum Pemuda 38, masyarakat sekitar kantor Balitek KSDA, Pelajar SMK 1 Penajam Paser Utara, serta Pelajar SMK Nusantara yang sedang magang di Balitek KSDA.

“Balitek KSDA ingin mengajak masyarakat untuk sadar dan peduli dalam menjaga kebersihan lingkungan dan hutan Samboja. Sampai Saat ini masih banyak dijumpai masyarakat yang membuang sampah rumah tangga ke kawasan KHDTK Samboja”, kata Taufiqurrohman, S.Hut, MPA, Pengelola KHDTK Hutan Penelitian Samboja.

Untuk kedepannya, Balitek KSDA akan bekerjasama dengan perusahaan tambang sekitar kawasan KHDTK Samboja untuk membuatkan tempat sampah yang bisa dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat pembuangan sampah sementara, imbuh Taufiq.

Sedangkan Didik perwakilan Forum Pemuda 38 menyatakan forum berkeinginan untuk membantu mengumpulkan dan mengelola sampah dari warga supaya lebih tertib namun juga dapat memberikan nilai ekonomi. Dengan upaya ini diharapkan hutan KHDTK Samboja akan terbebas dari sampah kedepannya.***ADS

Share Button

Satwa Liar di Objek Wisata Alam Bekantan Sungai Hitam-Samboja

Balitek KSDA kembali menerbitkan sebuah buku mengenai konservasi satwa liar. Kali ini buku yang diterbitkan berjudul “Satwa Liar di Objek Wisata Alam Bekantan Sungai Hitam Samboja. Buku ini diterbitkan dalam upaya mempromosikan salah satu objek wisata alam bekantan Sungai Hitam di Kecamatan Samboja, Kab. Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Drs. Tri Bangun Laksana  Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan sangat mendukung terbitnya buku Balitek KSDA ini.  “Saya berharap hadirnya buku ini dapat dipergunakan sebagai bahan promosi dan panduan wisatawan di objek wisata alam bekantan Sungai Hitam”, kata Sony panggilan akrab Beliau dalam sambutannya.

Sedangkan Ahmad Gadang Pamungkas, kepala Balitek KSDA menegaskan pengembangan sektor ekowisata  diharapkan tidak hanya akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat namun juga akan meningkatkan produktivitas serta kelestarian dari objek wisata alam tersebut.

“Objek wisata alam bekantan Sungai Hitam merupakan habitat alami dari salah satu primata endemik Kalimantan yaitu bekantan (Nasalis larvatus). Keunikan objek wisata ini adalah pengunjung dapat dengan mudah melihat secara langsung kehadiran bekantan liar di habitat alaminya. Cukup dengan naik perahu dan menelusuri sungai, beberapa kelompok bekantan dapat dijumpai beraktivitas di atas pepohonan mangrove yang ada di Sungai Hitam”, imbuh Gadang.

Sedangkan Dr. Ishak Yassir penulis buku ini menegaskan bahwa dengan adanya buku ini diharapkan dapat membantu meningkatkan data dan informasi dalam rangka pengembangan potensi alam bekantan di Sungai Hitam baik oleh masyarakat, pemerintah kabupaten Kutai Kartanegara maupun pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

BAB I buku ini menjelaskan Habitat Bekantan di Sungai Hitam (letak dan aksesibilitas, daya tarik, flora dan fauna, fasilitas dan pengelolaan).  Sedangkan Satwa Liar di Sungai Hitam ditampilkan pada BAB II dengan menampilkan jenis-jenis satwa liar sesuai kelompoknya. Mulai dari kelompok Mamalia (famili Cercopithecidae dan Sciuridae), kelompok Aves  (famili Acanthizidae, Accipitridae, Aegithinidae, Alcedinidae, Anhingidae, Ardeidae, Artamidae, Campephagidae, Caprimulgidae, Cisticolidae dst). Sedangkan untuk kelompok Reptil (famili  agamidae, geoemudidae, scincidae, dan varanidae).

Tak lupa, buku setebal 100 halaman ini menampilkan koleksi foto yang “ciamik” karya penulis  dan pegawai Balitek KSDA yang akan menggiring pembaca  ikut berwisata menikmati keindahan alam dan berkenalan dengan satwa liar yang ada di Objek Wisata Alam Bekantan Sungai Hitam Samboja**ADS

 

Share Button

Judul kegiatan Badan Litbang dan Inovasi Tahun 2017

Judul kegiatan penelitian tahun 2017 penelitian tematik Unit Pelaksana Teknis Badan Litbang dan Inovasi LHK

Share Button

Kunjungan Tim Balitek KSDA ke Areal Konservasi PT. CUS

Perusahaan PT. Cipta Usaha Sejati (CUS) adalah salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit yang memiliki komitmen terhadap kelestarian lingkungan. Hal tersebut diwujudkan dengan pengalokasian hampir 25% areal HGU nya sebagai areal konservasi. Sebagian areal berada di sempadan sungai Matan dialokasikan sebagai habitat primata dilindungi, bekantan.

Dalam rangka penjajagan kerjasama, Tim Balitek KSDA yang terdiri dari Ahmad Gadang Pamungkas (kepala Balitek KSDA), Tri Atmoko (Peneliti), dan Ismed Syahbani (Staf Program, Anggaran dan Kerjasama) melakukan kunjungan ke PT. CUS, 25-25 November 2016. Pelaksanaan kunjungan tersebut didasari oleh arahan Direktur Jenderal KSDAE, Bapak Dr. Tahrir Fathoni, untuk meninjau kondisi dan pengelolaan areal konservasi di areal PT. CUS, group PT. PAS (Pasifik Agro Sentosa) yang ada di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.

Kunjungan diterima langsung oleh Rohyat Sufrajat, selaku General Manager PT. CUS. Pada entry metting setelah sesi perkenalan dilanjutkan dengan pemaparan profil perusahaan dan penjelasan terkait progress pengelolaan areal konservasi PT. CUS.

Dalam sambutannya, Rohyat menyatakan bahwa perusahaan mempunyai komitmen yang kuat dalam hal konservasi, dimana sekitar 10 % dari total arealnya ditetapkan sebagai areal konservasi. Termasuk di sempadan sungainya dipertahankan sebagai areal lindung dan sebagai habitat bekantan.

Selanjutnya dilakukan presentasi profil Balitek KSDA oleh Kepala Balitek KSDA, Ahmad Gadang Pamungkas, terkait tupoksi dan berbagai kegiatan kerjasama dan penguatan yang telah dilakukan dengan beberapa perusahaan di Kalimantan Timur. “Kunjungan kami dari Balitek KSDA adalah untuk melihat seberapa jauh kegiatan pengelolaan areal konservasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dan menjajagi penguatan apa yang mungkin bisa dilakukan oleh Balitek KSDA dalam pengelolaannya” lanjut Gadang.

Beberapa kegiatan telah dilakukan oleh PT. CUS di areal konservasinya. Salah satunya adalah kegiatan inventarisasi flora dan fauna. Kegiatan tersebut dilakukan dengan dukungan dari FFI dan IAR. Menurut Tri Atmoko, berdasarkan beberapa laporan hasil inventarisasi flora dan fauna yang telah dilakukan, sejauh ini sudah cukup baik memberikan gambaran kondisi potensi flora dan fauna yang ada. “Adanya kehadiran dari NGO seperti FFI dan IAR sudah sangat membantu dalam mendukung dalam penguatan penilaian potensi di  areal konservasi PT. CUS”, lanjut Tri.

Pada akhir presentasi dilakukan penyerahan beberapa publikasi dari Balitek KSDA kepada management perusahaan dan penyerahan kenang-kenangan dari perusahaan.

Selanjutnya dilakukan kunjungan lapangan di habitat bekantan di sepanjang sungai Matan. Selain itu juga dilakukan kunjungan ke danau konservasi, dan persemaian. Pada kesempatan tersebut Kepala Balitek melakukan penanaman pohon di areal penanaman tamu.

Terkait dengan pengelolaan bekantan dan habitatnya, Tri Atmoko menyatakan bahwa masih perlu dilakukan perhitungan populasi dan monitoring secara berkala terhadap bekantan yang ada di sempadan sungai di areal PT. CUS. “Beberapa lokasi habitat bekantan juga masih perlu dilakukan pengkayaan jenis tumbuhan pakan menggunakan jenis-jenis alami yang ada, seperti dungun (Heritiera littoralis) dan laban (Vitex pinnata)” lanjut Tri. ***sbj

Share Button

Survei Kehati di Huliwa oleh Balitek KSDA

Sebagai upaya untuk memperkaya informasi keanekarahgaman hayati (Kehati) di Huliwa (Hutan Lindung Wehea), maka tim peneliti Balitek KSDA bekerjasama dengan The Nature Conservancy (TNC) melakukan survei kehati di daerah Sekung, Huliwa. Kegiatan dilaksanakan  selama sepuluh hari mulai tanggal 9 s/d 19 desember 2016.

Menurut Tri Atmoko, Peneliti Balitek KSDA, kegiatan survei yang dilakukan meliputi survei dan identifikasi jenis mamalia, burung, herpetofauna dan potensi flora. Pemilihan lokasi di sekitar Sungai Sekung dilakukan karena di lokasi tersebut belum pernah dilakukan inventarisasi potensi keharinya. “Kegiatan ini adalah lanjutan dari kegiatan sebelumnya yang dilakukan di sekitar camp riset Hutan Lindung Wehea dan areal konservasi PT. Nusaraya Agro Sawit pada bulan November sebelumnya” lanjut Tri.

Ahmad Gadang Pamungkas, Kepala Balitek KSDA, berkomitmen agar hasil kegiatan ini dapat memperkaya data dan informasi potensi kehati bagai Badan Pengelola dalam upaya pengembangan Huliwa ke depannya. Selain itu, diharapkan agar dapat terbangun kerjasama antara Balitek KSDA dengan Badan Pengelola, terkait kegiatan konservasi lainnya di Huliwa

Sebagai penghargaan atas komitmen tersebut, pada kunjungan sebelumnya, Kepala Balitek mendapat kehormatan topi adat dari masyarakat adat Dayak Wehea. Topi adat tersebut diserahkan langsung oleh Bapak Ingdom selaku perwakilan dari masyarakat Nehas Leah Bing.

Hutan lindung Wehea adalah bagian dari bentang alam Wehea-Kelay yang direncanakan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE). Kawasan tersebut merupakan habitat yang penting bagi habitat orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus morio).

Menurut Amir Maruf, kegiatan ini juga bertujuan untuk melihat potensi Huliwa sebagai areal pembangunan sanctuary orangutan. “Kami juga melakukan servei sarang orangutan untuk memastikan keberadaan orangutan di daerah sekitar sungai Sekung, selain itu survei flora juga dapat memberikan informasi daya dukung potensi pakan bagi orangutan” ungkap Amir.

Kawasan bentang alam Wehea-Kelay meliputi berbagai fungsi kawasan dan penggunaan lahan, seperti kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi dan areal perkebunan kelapa sawit.

Menurut Edi Sudiono, Manager Kemitraan TNC, kegiatan ini akan terus berlanjut di areal yang lainya untuk melengkapi data dan informasi keanekaragaman hayati yang ada di dalam kawasan bentang alam Wehea-Kelay. ***Sbj

Share Button

Para Pihak Berkomitmen Lestarikan Hutan Samboja : Lokakarya Hutan Samboja Warisan Tak Ternilai

Kurang lebih tujuh puluh orang yang berasal dari instansi pemerintah, swasta, LSM, dan tokoh masyarakat menandatangani komitmen untuk melindungi Hutan Samboja dalam lokakarya yang diselenggarakan di Hotel Platinum, Balikpapan (6/12). Komitmen tersebut merupakan wujud kepedulian para pihak untuk melestarikan kekayaan alam luar biasa yang terdapat di hutan yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara.

foto-lokakarya-5Dalam lokakarya tersebut, para pihak mengidentifikasi potensi dan ancaman Hutan Samboja bagi pembangunan. Ishak Yassir, salah satu pemateri dari Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) menjelaskan peran penting Hutan Samboja dalam pembangunan Kecamatan Samboja.

“Hutan Samboja merupakan hutan primer yang memiliki kekayaan jenis tertinggi kedua di Indonesia. Selain berfungsi sebagai daerah tangkapan air penting, kawasan ini memiliki setidaknya lima belas objek wisata menarik. Kekayaan lainnya adalah adanya sumber benih bersertifikat serta wadah penelitian dan pendidikan lingkungan bagi generasi muda. Potensi tersebut bila dikelola dengan baik akan mendukung pembangunan, khususnya di Kecamatan Samboja,” katanya.

“Sayangnya, potensi yang luar biasa tersebut terancam oleh perambahan hutan, illegal logging, kebakaran hutan dan lahan, perburuan satwa liar, serta tambang batu dan batubara,” lanjut Ishak.

Pemateri lainnya, Tri Atmoko memaparkan potensi yang terdapat di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja. “Setidaknya ada 15 ribu jenis tumbuhan, 3 ribu pohon, 200 anggrek, 1000 pakis, 222 mamalia, 522 burung, 166 ular, 100 amfibi, 394 ikan, dan 40 jenis kupu-kupu terdapat di KHDTK Samboja,” ungkapnya.

Selanjutnya Suryanto memaparkan rencana pengelolaan kolaboratif KHDTK Samboja dengan segala potensinya. Program bertajuk ‘Green Responsibility’ tersebut akan memadukan penelitian dan konservasi, pendidikan, serta wisata dan petualangan. Melalui program tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi yang mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar.

Pemaparan para pemateri tersebut ditanggapi oleh para pihak, baik pemerintah daerah maupun tokoh-tokoh masyarakat. Nurkhairi, salah satu ketua RT di sekitar KHDTK Samboja mengapresiasi langkah-langkah yang ditempuh Balitek KSDA. “Bila air panas dikelola bersama masyarakat, tentu ada warga yang menjadi tenaga kerja. Dengan demikian warga pasti akan ikut menjaga hutan. Warga akan marah bila ada yang merusak hutan,” katanya. Ia berharap, lokakarya tidak hanya berakhir sebagai wacana. Namun, hasilnya benar-benar dijalankan dan dapat memecahkan berbagai persoalan, termasuk sosial ekonomi.

foto-lokakarya-2Menanggapi harapan para peserta, Kepala Balitek KSDA, Ahmad Gadang Pamungkas menjelaskan bahwa lokakarya merupakan langkah awal untuk membangun silaturahmi, saling percaya, dan saling menghargai. Kedepannya akan dilakukan diskusi-diskusi lebih mendalam bersama para pihak mengenai pengelolaan kolaboratif KHDTK Samboja.

Pada akhir lokakarya, para pihak membuat kesepakatan bersama yang berbunyi: ‘Kami peserta lokakarya Hutan Samboja bersepakat untuk melindungi kawasan hutan Samboja menjadi kawasan lestari demi kesejahteraan masyarakat’. ***emilf

Share Button