Launching buku “Generic Names of Plant Species Stored at Herbarium Wanariset”

Masih dalam serangkaian presstour Badan Litbang dan Inovasi di Balitek KSDA Samboja, Kepala BLI Dr. Henry Bastaman, MES juga melakukan launching buku berjudul “Generic Names of Plant Species Stored at Herbarium Wanariset (WAN) East Kalimantan Indonesia” (5/10/2017).

Buku ini diterbitkan atas kerjasama Balitek KSDA, Environmental Leadership & Training Initiative (ELTI) dan Hortus Botanicus Leiden. Buku ini disusun oleh Arbainsyah (taksonom ELTI), Zainal Arifin (pengenal jenis tumbuhan Balitek KSDA), & Paul J.A. Keßler (taksonom Universitas Kaiserslautern dan Universitas Hamburg).

Kepala Balitek KSDA Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si menjelaskan bahwa spesies tumbuhan yang ada di Herbarium Wanariset belum diperbarui sejak tahun 1999 dan jumlah spesies yang lebih dari 1.510 spesies telah ditambahkan ke dalam koleksi. Untuk itu ratusan nama telah dirubah sehubungan dengan reklasifikasi yang dihasilkan dari analisis molekuler spesies tumbuhan tersebut.

“Nama generik spesies tumbuhan akan menjadi sumber berharga bagi ahli taksonomi. Hal ini untuk mengetahui spesimen apa yang disimpan di Herbarium”, kata Arbainsyah. Selain itu data dapat digunakan peneliti dan praktisi lapangan yang perlu mengidentifikasi spesies tanaman untuk proyek penelitian mereka.

Buku ini menampilkan Table: List of Localities and Number of Specimens Collected There, Names of Plant Species Stored at Herbarium Wanariset dan Index of Generic Names.

Tak lupa buku ini juga menampilkan line drawing dari maestro botanical line drawing kebanggaan Balitek KSDA, Priyono.

Publikasi ini merupakan simbol penting revitalisasi Herbarium. Herbarium, yang didirikan pada tahun 1989 sebagai bagian dari Proyek Kementerian Kehutanan-Tropenbos sampai saat ini tetap mendapat dukungan dari herbarium Hortus Botanicus Leiden**ADS

Buku dapat di download di sini

Share Button

Presstour BLI di Pusat Penelitian Orangutan Samboja

Presstour Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi (BLI) kali ini diadakan di Sekolah Hutan yang terletak di km 6 KHDTK Hutan Penelitian Samboja yang dikelola Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA). Acara ini dilaksanakan dalam rangka memperkenalkan Pusat Penelitian Orangutan (Orangutan Research Center (ORC)) pada Kamis (5/10/2017).

Kegiatan ini diikuti oleh Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta wartawan dari Net TV, Elshinta, Media Indonesia, Kompas.com, RCTI, Inilah.com, Koran Tempo, dan Republika.

Pusat Penelitian Orangutan merupakan pusat rehabilitasi dan reintroduksi yang diinisiasi oleh pemerintah cq. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA), Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur (BKSDA Kaltim) dan Yayasan Jejak Pulang.

Kegiatan presstour diawali dengan sambutan selamat datang dari Kepala Balitek KSDA Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si dengan presentasi Profil Balitek KSDA dan Yayasan Jejak Pulang. Selanjutnya pemutaran film salah satu orangutan bernama Gonda. Presentasi selanjutnya adalah tentang Pusat Penelitian Orangutan yang disampaikan oleh Tri Sayektiningsih, S.Hut, M.Sc serta dilanjutkan arahan kepala BLI Dr. Henry Bastaman, MES.

“Pusat Penelitian Orangutan ini dibangun sebagai media pembelajaran tentang bagaimana cara yang paling tepat untuk mengembalikan satwa-satwa yang dilindungi ke alam. Kegiatan penelitian yang akan dilakukan di Pusat Penelitian Orangutan ini diharapkan mampu memastikan bahwa orangutan memiliki daya tahan yang baik sehingga bisa survive di alam setelah dilepasliarkan”, kata Dr. Henry Bastaman, MES.

Henry juga berharap Pusat Penelitan Orangutan ini juga dapat berkontribusi dalam penyusunan regulasi dan kebijakan program rehabilitasi dan reintroduksi orangutan.

Selanjutnya Kepala Balai Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si menjelaskan pada wartawan bahwa orangutan yang saat ini berada di Pusat Penelitian Orangutan berjumlah 6 individu yang dinamakan Robin, Amalia, Eska, Tegar, Cantik, dan Gonda. Individu orangutan berumur 8 bulan s.d. 8 tahun. Fokus saat ini adalah bagaimana mengenalkan mereka hidup di alam.

Dr. Signe Preuschoft pembina dari Yayasan Jejak Pulang menjelaskan bahwa individu orangutan yang saat ini yang sedang diasuh oleh pengasuh di sekolah hutan adalah Gonda dan Tegar. Sedangkan empat orangutan lainnya sedang dikarantina karena terlalu lama dirawat manusia.

Selain itu Kepala BKSDA Kaltim Ir. Sunandar Trigunajasa menegaskan bahwa public figur diharapkan tidak memberikan contoh yang kurang baik bagi masyarakat. “Public figur seharusnya memberikan contoh yang baik dengan tidak mengekspos foto bersama orangutan”, kata Sunandar.

Presstour ini dihadiri oleh Sekretaris BLI Dr. Sylvana Ratina, Kapuslithutan BLI Dr. Krisfianti Ginoga, Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan Drs. Tri Bangun Laksana, Kepala Balai Besar Litbang Ekosistem Hutan Dipterokarpa Ir. Ahmad Saerozi dan perwakilan Polsek Samboja.

Dalam kegiatan presstour ini juga diadakan Launching Buku “Generic Names of Plant Species Stored at Herbarium Wanariset (WAN) East Kalimantan, Indonesia”, Kunjungan ke Herbarium Wanariset, treking di Trek Wartono Kadri dan penanaman yang dilakukan oleh rekan-rekan media di Trek Henry Bastaman***ADS.

Share Button

Perkenalkan Wisata Tubing di Karnaval HUT RI 2017

Untuk kedua kalinya Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) ikut serta dalam karnaval HUT RI ke 72 yang diadakan Pemerintah Kecamatan Samboja (15/8). Acara tahunan tersebut diikuti oleh siswa seluruh sekolah, instansi pemerintah dan berbagai komunitas masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan Samboja. Pada event kali ini, Balitek KSDA mengusung tema Relax Tubing in KHDTK Samboja.

“Wisata baru menyusuri sungai Saka Kanan yang melintas di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Penelitian Samboja ini mulai kami perkenalkan kepada masyarakat Samboja”, kata Drinus Arruan, S.Hut Kepala Seksi Data dan Informasi Balitek KSDA. Dengan perkenalan wisata ini diharapkan dapat menjadi acuan wisata baru khususnya bagi peminat wisata susur sungai sekaligus menikmati pesona hutan tropis di Kalimantan Timur.

Untuk mendukung tema kali ini, visual yang dibuat untuk mobil karnaval adalah ban tubing, pelampung safety, dayung dan lain-lainnya. Selain itu dilakukan atraksi dayung di atas ban yang terpasang di bak mobil oleh Tim KHDTK Samboja Frans Paginta, S.Hut, Rudimin Akbar, S.Hut dan anak-anak pegawai Balitek KSDA.

Mulai pukul 08.00 WITA, ratusan peserta pawai dan berbagai mobil hias tampak beriringan dari Kuala Samboja menuju kantor Kecamatan Samboja yang berjarak sekitar 5 km. Rombongan peserta tampak antusias mengikuti acara yang diadakan dalam rangka memperingati HUT Republik Indonesia ke 72.

Mobil karnaval kali ini dikreasikan oleh pegawai Balitek KSDA secara gotong royong selama 1 hari. Konsep wisata alam ini mencuri perhatian peserta karnaval dan menjadi objek foto masyarakat yang menikmati pawai.***ADS

Share Button

Kunjungan Pendidikan SDN 017 Samboja di Balitek KSDA

Siswa-siswi SDN 017 Samboja melakukan kunjungan pendidikan di Balitek KSDA Samboja pada Jumat (20/7). Kunjungan pendidikan ini diikuti oleh 59 peserta yang terdiri dari 44 siswa kelas enam, dua orang guru pendamping dan 13 orang mahasiswa KKN Universitas Mulawarman 43 Sei Merdeka.

Kunjungan kali ini diawali dengan sesi materi yang diadakan di Aula Balitek KSDA Samboja. Acara yang dimulai pukul 08.00 pagi ini diikuti oleh siswa siswi yang sebagian besar belum pernah berwisata ke Rintis Wartono Kadri.

Materi yang disampaikan adalah Pengenalan Hutan oleh kak Ahdiat salah satu mahasiswa KKN Unmul. Menyusul materi kedua tentang Manfaat Hutan yang disampaikan oleh kak Sandi. Selain itu siswa-siswi diajak juga untuk melihat video tentang Dampak Penggundulan Hutan dan Manfaat Hutan.

Selanjutnya presentasi tentang Herbarium Wanariset disampaikan oleh Adit dan Dwi Wahyu Mentari. Dalam kesempatan ini dijelaskan mengenai sejarah Herbarium Wanariset, fungsi, koleksi dan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh tim saat melakukan eksplorasi di lapangan.

“Sampel herbarium seperti ini adik-adik,” kata Dwi. Terlihat anak-anak sangat antusias melihat sampel herbarium yang ditunjukkan Dwi. Sebagian besar siswa memang belum pernah melihat sampel herbarium secara langsung. Dwi selanjutnya menjelaskan lebih detail mengenai bagaimana cara membuat sampel herbarium tersebut mulai dari pengambilan tanaman sampai dengan penyimpanan.

Setelah sesi materi, siswa-siswi diajak untuk tracking di Rintis Wartono Kadri. Sebelum melakukan perjalanan siswa-siswi diberi arahan oleh Taufiqurrohman, S.Hut, MPA, Pengelola KHDTK Hutan Penelitian Samboja menegaskan bahwa selama di dalam track Wartono Kadri, siswa-siswi diharapkan menjaga kebersihan untuk tidak membuang sampah makanan yang mereka bawa. “Silahkan semua siswa untuk bertanya pada kakak pemandu dari Balitek KSDA apabila ditengah jalan ingin menanyakan jenis-jenis pohon, jamur maupun satwa yang sekiranya nanti dijumpai”, tambah Taufiq.

Salama perjalanan terlihat anak-anak asyik berinteraksi dengan pembimbing dari Balitek KSDA antara lain Mardi T. Rengku, Mira Kumala Ningsih, Taufiqurahman, Dwi Wahyu Mentari, Deny Adiputra dan Nanda Farha Nadia. Balitek KSDA dan Tim KKN Unmul berharap kegiatan ini dapat menggugah minat siswa-siwi Sekolah Dasar untuk mencintai hutan dan beraneka flora fauna di dalamnya.***ADS

Share Button

Mengenal Budaya Masyarakat Dayak Benuaq dan Potensi Flora Hutan Lembonah

Masih satu seri dengan buku “Satwa Liar di Hutan Lembonah” buku terbitan Balitek KSDA ini berjudul “Budaya Masyarakat Dayak Benuaq dan Potensi Flora Hutan Lembonah”. Buku ini merupakan hasil dokumentasi studi yang dilakukan oleh tim peneliti Balitek KSDA dan PT. Borneo Surya Mining Jaya (BSMJ) tentang sisi budaya dan kearifan lokal masyarakat Dayak Benuaq di Kampung Lembonah beserta dengan potensi pemanfaatan flora yang ada di Hutan Lembonah.

Menurut Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si, Kepala Balitek KSDA, hutan Lembonah adalah areal HCVF (High Conservation Value Forest) yang disisakand i sekitar areal perkebunan kelapa sawit PT. Borneo Surya Mining Jaya (PT. BSMJ) sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan hidup.

“Hutan Lembonah memiliki nilai sosial budaya yang kuat dari kearifan lokal masyarakat adat Dayaq Benuaq di Kampung  Lembonah.  Masyarakat sejak lama telah menggunakan lahan di sekitar hutan Lembonah sebagai lembo (kebun), serta sumber keragaman flora yang dimanfaatkan untuk berbagai  keperluan seperti obat tradisional, pangan, kerajinan, kayu pertukangan dll.”,  kata Tri Atmoko salah satu tim penulis.

Untuk itu diperlukan strategi pengelolaan potensi hutan Lembonah secara lebih baik. Langkah Strategi pengelolaan kawasan hutan Lembonah sebagai destinasi ekowisata, pendidikan konservasi dan lingkungan hidup patut mendapat apresiasi dan dukungan penuh.

Dukungan Balitek KSDA dengan menyediakan tenaga ahli dalam merancang pengembangan hutan Lembonah sebagai objek pendidikan konservasi dan lingkungan hidup, termasuk di dalamnya survei keragaman flora dan kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar Lembonah.

“Hutan Lembonah dinilai masih memiliki keragaman jenis flora dan fauna yang cukup beragam. Selain itu kehidupan masyarakat Dayaq Benuaq yang ada di sekitarnya juga merupakan kekayaan budaya yang wajib untuk  dilestarikan”, kata Ir. M. Zaenal, Direktur PT. Borneo Surya Mining Jaya.

Buku ini berisi Pendahuluan, Seni Budaya Masyarakat Lembonah,dan Potensi Flora Hutan Lembonah.  Tim penulis buku ini adalah Tri Atmoko, Wawan Gunawan, Fransisca Emilia, Mukhlisi, Angga Prayana, Zainal Arifin dan Editor Dr. Sutedjo.

Buku setebal 104 halam ini juga menampilkan beragam koleksi foto bertema seni budaya masyarakat Dayak Benuaq dan potensi flora yang ada di hutan Lembonah. Selamat Membaca!***ADS

Share Button

Keragaman Satwa Liar di Hutan Lembonah

Balitek KSDA kembali menerbitkan sebuah buku mengenai konservasi satwa liar di Tahun 2016. Kali ini buku yang diterbitkan berjudul “Satwa Liar di Hutan Lembonah”.  Buku ini merupakan hasil dokumentasi studi yang dilakukan oleh tim peneliti Balitek KSDA dan PT. Borneo Surya Mining Jaya (BSMJ) terhadap kondisi keragaman satwa liar di Hutan Lembonah.

Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si Kepala Balitek KSDA menyambut dengan antusias terbitnya buku ini.  “Komoditas perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor yang mampu menggerakkan roda perekonomian nasional. Namun dilain pihak, kegiatan pengembangan kebun kelapa sawit yang bersifat monokultur dan cenderung membutuhkan lahan begitu luas, memilki resiko terhadap perubahan keragaman hayati dan kondisi sosial budaya masyarakat di sekitarnya.  Untuk itu perlu upaya untuk meminimalisir dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan”, kata Gadang.

Selain itu Gadang  juga berharap buku ini dapat memberikan informasi  terutama bagi manajemen PT. BSMJ dan mendorong dalam pengelolaan kawasan kedepannya. Selain itu juga dapat digunakan sebagai referensi bagi pembaca terutama yang ingin mengoptimalkan pengeloaan areal HCVF agar memiliki nilai lebih terhadap lingkungan.

“Hutan lembonah adalah salah satu areal hutan yang sengaja disisakan di sekitar areal perkebunan kelapa sawait PT. Borneo Surya Mining Jaya (PT. BSMJ) sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan hidup dalam bentuk HCVF (High Conservation Value Forest). Hutan Lembonah menjadi kantong terakhir bagi kehidupan satwa liar, terutama setelah areal di sekitarnya berubah menjadi kebun kelapa sawit”, kata Ir. M.Zaenal, Direktur PT. Borneo Surya Mining Jaya.

Menurut Tri Atmoko, salah satu tim penelitan ini menyatakan bahwa buku ini berusaha merekam keanekaragaman satwa liar yang ada di hutan Lembonah, mulai dari mamalia, burung dan serangga. “Hutan Lembonah dapat diibaratkan sebagai  kantor  habitat satwa liar yang tersisa di areal perkebunan sawit. Satwa liar yang awalnya menyebar di areal hutan yang luas, saat ini menjadi terkonsentrasi pada petak hutan yang tersisa di Hutan Lembonah”, kata Tri.

Buku Satwa Liar di Hutan Lembonah ini berisi Pendahuluan (BAB I), Peranan Satwa Liar dalam Komunitas Hutan Lembonah (BAB II), Jenis dan Status Perlindungan Mamalia di Hutan Lembonah (BAB III), Status Perlindungan dan Feeding Guild Burung-burung di Hutan Lembonah (BAB IV),  dan Warna-warni  Serangga di Hutan Lembonah (BAB V). Tim penulis buku ini adalah Tri Atmoko, Mukhlisi, Ike Mediawati, Suryanto, Angga Prayana, Mardi T. Rengku, dan Editor Dr. Chandradewana Boer.

Tak lupa, buku setebal 118 halaman ini menampilkan koleksi foto longshoot dan makro karya penulis  di lapangan yang akan menggiring pembaca untuk berkenalan dengan satwa liar yang ada di Hutan Lembonah. Selamat Membaca**ADS

Silahkan download, klik di sini
Share Button