Rekomendasi Balitek KSDA tentang Kebijakan Rayon Wisata Alam disambut baik Direktorat PJLHK

Balitek KSDA (Samboja, 11/1)_ Evaluasi untuk penetapan baru Rayon baik di Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam maupun Taman Buru Bidang Pariwisata Alam perlu segera dilakukan. Demikian ditegaskan oleh Suryanto, S.Hut., M.Si, peneliti dan analis kebijakan Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) Samboja dalam diskusi Pembahasan Tarif, Tata cara penetapan Rayon dan Penetapan Rayon Wisata Alam di ruang rapat Direktorat Jenderal Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Rabu (9/1).  Acara diskusi yang diiniasikan oleh Balitek KSDA Samboja mendapatkan apresiasi positif Direktorat PJLHK.  “Selama ini Direktorat PJLHK belum banyak melibatkan secara nyata pihak Litbang dalam penentuan dan perumusan kebijakan terkait Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam (PJLWA)” kata Widada, Plh Dit. PJLHK dalam salah satu sambutannya.  Ahmad Gadang Pamungkas selaku Kepala Balitek KSDA Samboja meresponnya dengan menyarankan agar Direktorat PJLHK dapat bersurat ke BLI (Balitek KSDA) terkait kebutuhan penelitian PJLHK.  “Dengan demikian, Badan Litbang dan Inovasi lebih dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan eselon I lainnnya di lingkup KLHK.  Namun sebaliknya, BLI juga harus lebih peka tentang kebutuhan-kebutuhan tersebut.  Apa yang akan disampaikan oleh peneliti kami ini adalah satu bentuk kepekaan Litbang dalam meng-identifikasi masalah dan merekomendasi beberapa alternatif untuk kita diskusikan” kata Gadang.

Balitek memaparkan bahwa berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor 113 Tahun 2014 tentang penetapan Rayon,  tidak ada satu pun dari total 293 Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di TN, Tahura, TWA dan Taman Buru yang masuk dalam Rayon I, sementara hanya 19 ODTWA dalam Rayon II dan sisanya dalam Rayon III.   Khususnya Taman Nasional (TN), hanya 2 Taman Nasional dalam Rayon II, yaitu TN Bromo Tengger Semeru dan TN Bali Barat. Selain keduanya dikatagorikan ke dalam Rayon III.  “Intensi awal kami adalah adanya kontradiksi, dimana Pemerintah telah menetapkan 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), 4 di antaranya KSPN Labuan Bajo yang merupakan bagian dari TN Komodo, KSPN/TN Bromo Tengger Semeru, KSPN/TN Wakatobi dan KSPN/TN Kepulauan Seribu. Sangat janggal bila TN Komodo, yang juga diakui sebagai salah satu dari 7 Keajaiban Dunia  dan 10 Warisan Alam Dunia ternyata masuk dalam Rayon terendah” jelas Suryanto.  Lebih lanjut, Suryanto menjelaskan pasca diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 12/2014, terdapat kecenderungan untuk mengarahkan semua Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) ke dalam kategori Rayon III.  Hal ini dicirikan dengan penetapan kriteria, indikator, metode pembobotan dan penilaian yang sulit dipenuhi dan mekanisme dan tata waktu penilaian dari tingkat tapak hingga penetapan Rayon yang singkat.  “Dua hal tersebut mengarahkan dugaan bahwa ada kebijaksanaan tertentu untuk memasukkan sebanyak-banyaknya ODTWA ke terendah, yaitu Rayon III” pungkas Suryanto.   “Perdebatan dan kekuatiran adanya effect shocking karena penetapan tarif yang terlanjur tinggi dalam PP 36/2014 serta differensiasi Willingness To Pay (WTP) yang sangat beragam antar ODTWA, secara psikologis mempengaruhi lahirnya kebijaksanaan untuk mengarahkan semua ODTWA ke Rayon III” penjelasan Asep Sugiharta, yang pada waktu itu ikut dalam proses perumusan Permen 36/2014 dan SK Dirjen PHKA No. 113/2014.

Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, Balitek KSDA Samboja mengajukan rekomendasi utama untuk melakukan evaluasi Rayon yang sesuai dengan tata cara dan tata waktu evaluasi (Pasal 12 dan 16 Permen No. 36/2014).  “Berdasarkan hasil kajian, kami mencoba memberikan rekomendasi agar PJLHK melakukan penilaian dan penetapan Rayon per ODTWA sehingga membuka peluang beberapa ODTWA untuk naik kelas, yang otomatis meningkatkan PNBP. Sebagai contoh TN Bantimurung-Bulusarauang (Babul), dari 5 ODTWA atau pintu masuk yang ada, berdasarkan simulasi kami, 1 diantaranya, yaitu ODTWA Air Terjun Bantimurung adalah masuk dalam Rayon II.  Simulasi lanjutan yang kami lakukan menggunakan data kunjungan tahun 2017, peningkatan Rayon pada salah satu ODTWA-nya menghasilkan proyeksi peningkatkan jumlah PNBP penjualan tiket  TN Babul dari Rp. 2,34 milyar menjadi Rp. 4,39 milyar” jelas Suryanto.

Evaluasi dapat dilakukan dengan tiga alternatif, yaitu 1). Menggunakan mekanisme, kriteria dan indikator yang sama seperti yang ditetapkan berdasarkan Permen No. 36/2014.  Saran teknis untuk alternatif ini adalah perlunya penguatan kompetensi dan sertifikasi tim penilai UPT dan Pusat, 2). Melakukan evaluasi terhadap besaran tarif PJLWA yang di tetapkan dalam PP 12/2014.  Differensiasi daya tarik dan WTP yang sangat beragam membuka opsi Rayon dibagi dalam rentang yang lebih lebar (5, 6 atau 7 Rayon). Alternatif ini secara otomatis memiliki konsekuensi perubahan Permen No. 36/2014 dan SK Dirjen PHKA No. 113/2014, dan c) Evaluasi terhadap Permen No. 36/2014 dengan sasaran perubahan isi dan lampiran Permen No. 36/2014.  Saran teknis untuk alternatif ini adalah perlu dilakukannya proses pembahasan ulang terhadap pasal-pasal tentang kriteria penilaian dan tata cara penetapan Rayon. 

Mengapresiasi paparan hasil litbang Balitek KSDA, melalui Plh. Direktorat PJLHK, Ir. Widada akan mengagendakan beberapa langkah tindak lanjut.  “Saya sangat mengapresiasi paparan dari Balitek KSDA Samboja, segera kami akan agendakan beberapa hal antara lain menyusunan resume dari hasil pertemuan ini untuk disampaikan ke Direktur PJLHK dan Dirjen KSDAE, kemudian mengkoordinasikan rencana tindak lanjut pertemuan, terutama fasilitasi untuk FGD dalam rapat pertemuan internal Direktorat Jenderal PJLHK, mengkoordinasi hasil penelitian dengan kegiatan revisi Rayonisasi yang dilakukan oleh Direktorat jenderal PJLHK dan menjalin komunikasi yang lebih intens dengan Badan Litbang dan Inovasi, terutama Balitek KSDA Samboja terkait penelitian ekowisatanya” pungkas Widada.

Dalam pertemuan tersebut, turut hadir Kepala Balitek KSDA, Ir. Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si., Kepala Seksi Program dan Evaluasi Balitek KSDA, Tresina, S.Hut. MP., Kepala Seksi Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam Kawasan Pelestarian Alam, Chandra Putra dan beberapa staf dari PJLHK.

Share Button

LOKAKARYA PEMANTAPAN ISU ISU STRATEGIS UNTUK PENYUSUNAN RENSTRA BALITEK KSDA

Setelah melaksanakan workshop penggalian isu-isu strategis bersama pihak LSM dan swasta seminggu sebelumnya (03/05/2018), Balitek KSDA kembali melaksanakan Lokakarya Pemantapan Isu-Isu Strategis Untuk Penyusunan Renstra dengan mengundang para pihak dari pemerintah dan akademisi. Acara yang difasilitasi oleh The Nature Conservancy (TNC) Indonesia digelar di Hotel Selyca Mulia Samarinda pada Rabu, 9 Mei 2018.

Kepala Balitek KSDA terlebih dulu menyampaikan monitoring dan evaluasi capaian Renstra Balitek KSDA 2015-2019 serta rencana tahapan penyusunan Renstra Balitek KSDA 2020-2024. “Kegiatan ini merupakan kegiatan kedua setelah minggu lalu kami mengadakan workshop dengan mitra dari LSM dan swasta. Harapannya pertemuan hari ini lebih memantapkan isu-isu yang sudah muncul minggu lalu disinkronkan dengan arah kebijakan pemerintah.”

Hadir sebagai narasumber pada acara lokakarya kali ini yaitu Drs. Johny Holbert Panjaitan, M.Sc, Kabag Program Badan Litbang Inovasi LHK menyampaikan paparan terkait arahan kebijakan litbang dan inovasi periode 2020-2024. Dalam arahannya, Johny menyampaikan skema dukungan kebijakan pemerintah dalam Prinas dan RKP yang bersifat dinamis, serta sinkronisasi RPPI sebagai induk setiap kegiatan litbang UPT di daerah. Johny juga mengapresiasi inisiatif Balitek KSDA menyelenggarakan pertemuan ini. “Kegiatan ini sangat bagus untuk menjaring isu dan permasalahan di lapangan. Sehingga penyusunan renstra balai maupun BLI tidak hanya secara top down tapi juga bottom up.”

Narasumber lainnya Wiwied Widodo, S.Hut., M.Si dari Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati menyampaikan paparan  Arah kebijakan KSDAE periode 2020-2024. Lebih jauh Wiwied menyoroti tentang kekayaan sumberdaya genetik hutan Indonesia serta beberapa contoh pemanfaatannya. “Banyak sekali potensi sumberdaya genetic yang kita miliki yang belum kita ketahui manfaatnya. Bahkan banyak negara lain yang menginginkan mendapatkan material sampel dari negara kita untuk kegiatan penelitian.”

Hadir dalam lokakarya kali ini Dinas Kehutanan Propinsi Kaltim, P3E Kalimantan, UPT Kementerian LHK dan para KPH. Selain itu juga diundang kembali perwakilan pihak swasta, LSM, forum Lembaga dan akademisi. Beberapa isu yang mengemuka dalam lokakarya kali ini di antaranya terkait penelitian kehati, FEM (food, energy, and medicine), kebijakan konservasi, kajian social ekonomi, kuota ekspor satwa, database dan knowledge management, konflik SDA, dan lokus penelitian di Taman Nasional.

“Usulan-usulan bapak ibu akan kami kolaborasikan dengan rencana penelitian yang kompatibel dengan sumberdaya yang ada di Balitek KSDA. Ini menjadi satu proses yang penting dan membantu sekali dalam proses penyusunan rencana penelitian kami ke depan.” kata Ahmad Gadang di akhir acara lokakarya.

Share Button

Workshop Sehari “Penggalian Isu Strategis Untuk Penyusunan Renstra Balitek KSDA 2020-2024”

Balitek KSDA difasilitasi oleh The Nature Conservancy (TNC) Indonesia menyelenggarakan workshop  sehari bertajuk “Penggalian Isu-isu Strategis untuk Penyusunan Renstra Balitek KSDA 2020-2024 (Kamis 03/05/18). Workshop ini sebagai upaya persiapan penyusunan Renstra Balitek KSDA periode 2020-2024 serta menjaring peluang kerjasama penelitian dengan para pihak di lingkup Kalimantan. Acara yang digelar di Hotel Selyca Mulia Samarinda ini dihadiri 24 orang peserta dari kalangan LSM, perusahaan swasta, dan forum lembaga lingkup Kalimantan.

“Hasil litbang selalu dikatakan penting untuk menjawab berbagai isu dan permasalahan. Namun realitanya dukungan penyediaan sumberdaya bagi kegiatan instansi litbang masih dinomorakhirkan. Bicara soal penelitian paling tidak diperlukan tiga sumberdaya yaitu personil peneliti, pendanaan dan waktu. Hal terakhir (waktu) merupakan variable yang paling berharga dan tidak bisa diulang. Dan oleh karenanya, workshop ini kami selenggarakan untuk mendapatkan masukan terkait isu-isu strategis terkini sehingga nantinya kegiatan penelitian yang kami lakukan benar-benar mampu menjawab kondisi permasalahan faktual di lapangan,” kata Kepala Balitek KSDA, Ahmad Gadang Pamungkas dalam sambutan pembukaannya.

Pada sesi pertama, diskusi dipandu oleh moderator dari TNC Indonesia Dr Neil Makinuddin dan sesi kedua dipandu oleh moderator Kepala Balitek KSDA. Neil menyampaikan “Paling tidak ada beberapa tema yang masih aktual sampai saat ini yaitu keanekaragamanhayati, perubahan iklim, ekonomi hijau, konflik sumberdaya alam, serta ekosistem danau dan sungai (pengelolaan DAS).”

Para pihak yang diundang terdiri dari lembaga maupun asosiasi lembaga. Adapun beberapa lembaga yang diundang dan hadir pada acara workshop kali ini antara lain : The Nature Conservancy Indonesia, World Wildlife Fund (WWF), The Wildlife Conservation Society (WCS), Global Green Growth Institute (GGGI), Ecositrop, Yayasan Konservasi Khatulistiwa (Yasiwa), Yayasan Palung, LSM Biosfer Manusia (Bioma), PT Pertamina RU V Balikpapan, PLN Kaltimra, PT Surya Hutani Jaya, PT Gunung Gajah Abadi, dll. Sedangkan peserta perwakilan  forum lembaga antara lain Forum Orangutan Indonesia (FORINA), Forum DAS Kaltim, Forum APHI, dan Forum Kepala Teknik Tambang (FKTT) Kaltim.

Ada beberapa isu penting yang muncul dalam workshop kali ini. Isu yang muncul di workshop ini beberapa di antaranya terkait dengan kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan Balitek KSDA, yaitu isu orang utan, bekantan, buaya siam dan buaya badas hitam, reklamasi pasca tambang, serta pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial.

Sedangkan isu lain yang mengemuka dari para peserta workshop antara lain penelitian satwa gajah di Kalimantan, pesut Mahakam, dinamika kehati dan perubahan iklim, pengembangbiakan Badak Sumatera di Kaltim, ekonomi hijau, konsep perhutanan sosial dalam IPPKH tambang batubara, serta penanganan konflik sumberdaya alam.

Kegiatan ini merupakan workshop pertama dari rangkaian acara yang direncanakan dilaksanakan beberapa tahap. “Acara ini merupakan acara pertama dari rangkaian persiapan penyusunan Renstra Balitek KSDA. Minggu depan kita akan lanjutkan dengan pemantapan isu-isu yang sudah diperoleh hari ini dengan kembali mengundang  para pihak dari lingkup instansi pemerintah” ucap Tresina, S.Hut., M.Si, Kasi Program Evaluasi dan Kerjasama mengakhiri pembacaan rumusan workshop.

 

 

 

 

 

 

Share Button

216 Siswa SD Muhammadiyah 2 Samarinda Berkunjung ke Balitek KSDA

Balitek KSDA kembali menjadi tempat tujuan wisata edukasi bagi pelajar SD Muhammadiyah 2 Samarinda. Sebanyak 216 siswa kelas 6 SD Muhammadiyah 2 Samarinda didampingi guru dan perwakilan wali murid berkunjung ke Balitek KSDA pada Kamis (15/02). Tujuan kunjungan ini untuk mengenalkan hutan dan memperdalam pemahaman para peserta didik terhadap pelajaran yang sudah mereka peroleh di sekolah khususnya IPA (sains), seperti disampaikan Baharil, Wakasek Bidang Kurikulum dalam sambutannya. Kunjungan pembelajaran di luar sekolah semacam ini merupakan agenda tahunan SD Muhammadiyah 2 Samarinda.

“Kami senang sekali adik-adik datang jauh dari Samarinda ke sini untuk belajar. Kami berupaya berbagi pengalaman dan memberikan wawasan kepada adik-adik sebagai generasi penerus supaya mencintai lingkungan dan alam, khususnya hutan Kalimantan.” kata Kepala Seksi Data Informasi dan Sarana Penelitian, Taufiqurrohman pada saat menyampaikan sambutan selamat datang. Menurut Taufiq, kunjungan SD Muhammadiyah 2 Samarinda sejauh ini adalah kunjungan ke Balitek KSDA dengan peserta terbanyak.

Sebelum berkunjung ke lapangan seluruh siswa mendapatkan pembekalan di Aula Balitek KSDA. Adapun materi kelas yang disampaikan kepada para siswa antara lain Profil Balitek KSDA, KHDTK Samboja, Herbarium Wanariset, dan Manfaat Hutan. Para siswa juga diajak untuk menyaksikan pemutaran video mengenai lingkungan, bermain games, serta acara pembagian doorprize.

Pada kesempatan ini, Balitek KSDA juga memilih dua orang siswa dari SD Muhammadiyah 2 sebagai Duta Konservasi Hutan Samboja. “Tugas Duta Konservasi Hutan Samboja adalah membantu menyebarkan dan menyampaikan informasi ke teman-teman di sekolah asal mereka tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan.” kata Suryanto, peneliti Balitek KSDA sekaligus penggagas Duta Konservasi ini.

Seusai mendapatkan materi dalam ruang, peserta dibagi menjadi enam kelompok menuju lokasi masing-masing. Di setiap lokasi para peserta diberikan materi berbeda yang dipandu oleh peneliti dan teknisi Balitek KSDA sesuai kepakarannya. Keenam materi tersebut antara lain pembuatan specimen di Herbarium, pembuatan bibit di Persemaian dan Arboretum, pengenalan tumbuhan berkhasiat obat Kalimantan di Trek Tri Joko Mulyono, pengenalan hutan alam di Trek Wartono Kadri, pengenalan hutan tanaman dan sumber benih di KM 7, serta pengenalan rehabilitasi orang utan di Sekolah Hutan Orangutan Research Center. Dengan pembagian kelompok ini, setiap siswa diharapkan mempunyai pengalaman yang berbeda dan bisa saling berbagi informasi di antara mereka. Acara diakhiri dengan penutupan dan foto bersama di Aula Balitek KSDA Samboja.

Share Button

Balitek KSDA ajak Mitra Bersih-bersih Sampah di KHDTK Samboja

Dalam rangka memperingati hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2018, Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) Samboja dan mitra mengadakan kegiatan “Bersih-bersih Sampah di Km 1 s.d. 3 KHDTK Samboja” pada Jumat (23/02/18).

Kegiatan yang dimulai pukul 08.00 WITA ini diikuti oleh pegawai Balitek KSDA, Yayasan Jejak Pulang, Forest Ranger, Penanggulangan Sampah Kelurahan Sungai Merdeka (Pussaka), Pelajar SMK Negeri I Samboja, dan Pelajar SMK I Penajam Paser Utara yang sedang magang di Balitek KSDA.

“Balitek KSDA ingin menggandeng mitra untuk ikut serta melakukan bersih-bersih sampah di KHDTK Samboja. Sampai Saat ini masih banyak dijumpai masyarakat yang membuang sampah rumah tangga ke kawasan KHDTK Samboja”, kata Pranoto, B.Sc. F, S.Hut Kasubbag Tata Usaha Balitek KSDA.

Selain itu Pranoto menjelaskan bahwa kegiatan ini dilakukan untuk membantu menjaga kebersihan hutan di KHDTK Samboja yang selama ini dilakukan oleh tim dari KHDTK Samboja.

Pada kegiatan ini tim Pussaka membantu dengan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan untuk kemudian ditampung di Lokasi Rencana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Samboja yang merupakan lahan bekas tambang batubara Bukit Raya Coal Mining (BRCM) yang berlokasi di km 5 Jl. Samboja-Sepaku***ADS

 

 

Share Button

Menelisik Potensi KHDTK Samboja

Majalah Swara Samboja Vol VI/No. 3/Th. 2017 ini sengaja dikemas sebagai edisi khusus untuk mendokumentasikan keindahan KHDTK Samboja dan segala potensinya kepada para pembaca dengan tema “Menelisik Potensi KHDTK Samboja”.

Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Penelitian Samboja dengan luas 3054 hektar  menyimpan berbagai macam keanekaragaman hayati dan potensi wisata  di dalamnya.

Saat ini, wisata kekinian tengah menjadi trend di beberapa daerah di Indonesia. Tak mau ketinggalan, KHDTK Samboja juga tengah berbenah menggali potensi wisata yang dapat dikembangkan tanpa menghilangkan kelestarian hutan dan segala  isinya. Pembaca ingin tahu apa saja wisata kekinian yang ada di KHDTK Samboja?

Mengawali tema khusus ini pembaca diajak menelusuri keindahan KHDTK Samboja dalam tulisan pembuka “Wisata Kekinian di KHDTK Samboja” yang dipaparkan secara apik oleh Ulfah Karmila Sari, S.Hut  dan Ike Mediawati, S.Si.

Selanjutnya Tri Atmoko, S.Hut, M.Si akan menyajikan jenis satwa primata yang secara alami telah ada di KHDTK Samboja (owa kelawat, lutung merah, lutung kelabu, monyet beruk, monyet ekor panjang, bekantan), jenis yang dilepasliarkan (kukang) dan yang direhabilitasi (orangutan Kalimantan). Selengkapnya pembaca dapat menyimaknya dalam tulisan berjudul “Daya Tarik dan Jenis-jenis Satwa Primata di KHDTK Samboja”.

Berdasarkan penelitian Fitra Alhani, S.Hut, keanekaragaman jenis vegetasi pohon di KHDTK Samboja ditemukan 342 jenis dari 57 famili. Naskah selengkapnya dapat anda baca pada tulisannya yang berjudul  “Keanekaragaman Jenis Vegetasi Pohon di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja”.

Selanjutnya Syamsu E. Rinaldi, S.Hut dan Widyawati, S.Hut akan memaparkan serangkaian upaya-upaya pendekatan sosial terhadap masyarakat sekitar KHDTK Samboja dalam judul tulisan “Pengelolaan KHDTK Samboja: Pendekatan Masyarakat melalui Sosialisasi”.

“Persepsi Pelajar dan Para Pemangku Kepentingan terhadap Pengembangan KHDTK Samboja” yang ditulis Adi Surya, S.Hut, M.Si dan Suryanto, S.Hut, M.Si menjadi tulisan pamungkas edisi kali ini.

Pada rubrik Klik dapat kita simak pohon dan buah Dryobalanops lanceolata Burck yang didokumentasikan oleh Deny Adiputra, S.Hut.

Rubrik Sisipan menampilkan profil enam orangutan “siswa” sekolah hutan Samboja yang dikelola di Orangutan Research Center (ORC) kerjasama Balitek KSDA dengan BKSDA Kaltim dan Yayasan Jejak Pulang.

Rubrik Lintas Peristiwa kali ini menyajikan kegiatan Balitek KSDA antara lain “Pengukuhan Forest Ranger”, “Burung Hasil Selundupan Dilepasliarkan di KHDTK Hutan Penelitian Samboja”, “Sosialisasi Pencegahan Konflik antara Manusia dan Buaya Muara” dan “Balitek KSDA Dukung Rencana YAD Bangun Suaka Orangutan yang Tidak Dapat Dilepasliarkan di Alam Bebas”. Selamat Membaca!

Download majalah di sini

Share Button