Majalah Swara Samboja Vol X No 1 Th 2021

Salam Konservasi,

Selama kurun waktu 2018 s.d 2020 sebanyak 40 individu penyu ditemui terdampar di perairan pesisir Balikpapan dan sebagian besar telah dirilis kembali ke alam. Hal ini merupakan salah satu upaya penyelamatan penyu di Balikpapan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Topik tentang Penyu ini akan menjadi Tajuk Utama Majalah Swara Samboja kali ini yang disampaikan Heri Seputro dan Mukhlisi dalam artikel berjudul Keberadaan Penyu (Cheloniidae) di Perairan Pesisir Balikpapan: Resiko Keterancaman dan Tantangan Konservasi di Masa Depan.

Selanjutnya di rubrik Artikel, Teguh Muslim, akan membahas konflik antara buaya dan manusia serta upaya pencegahannya dalam tulisan berjudul Populasi Buaya Muara Meningkat atau Rusaknya Habitat? Menelisik Konflik Buaya dan Manusia Yang Makin Tinggi.

Mengenal Spathodea campanulata Jenis Invasif Penting di KHDTK Samboja yang ditulis Bina Swasta Sitepu menjadi sajian berikutnya. Dalam artikel ini dibahas temuan jenis  S. campanulata di  KHDTK Samboja pada tingkat pohon dengan dominansi yang cukup tinggi dan perlu mendapatkan perhatian khusus.

Selanjutnya, Noorcahyati dan Sulton Afifudin akan membagikan tulisan berjudul Menyuling Wangi, Mendulang Harapan di Sungai Hitam. Artikel ini membahas potensi pemanfaatan pohon kayu putih (Melaleuca cajuputi) di Sungai Hitam Samboja menjadi minyak kayu putih dan berbagai produk lainnya dengan tetap memperhatikan kelestarian habitat bekantan.

Sebagai penutup pada edisi kali ini, Mira Kumala Ningsih dkk. membahas tentang pencampuran limbah organik dari rumah tangga dengan kotoran rusa menjadi pupuk organik dan ujicoba untuk tanaman kehutanan dalam tulisan berjudul Pemanfaatan Limbah Organik sebagai Pupuk Tanaman Kehutanan di Persemaian.

Pada edisi ini, Swara Samboja mengetengahkan sosok inspiratif Prof. Dr. Tukirin Partomihardjo. Beliau dikenal sebagai “Raja Krakatau”, Profesor penelitian di bidang biologi dengan salah satu karya besarnya adalah perihal ekologi suksesi ekosistem di Gunung Krakatau.

Selamat Membaca!!!

Link: Majalah Swara Samboja Vol X No 1 Th 2021

Share Button

Balitek KSDA Meninjau Areal Usulan Taman Kehati Kelurahan Sotek

Sebagai upaya perlindungan jenis pohon buah dan kayu lokal, masyarakat Kelurahan Sotek, Kec. Penajam, Kab. Penajam Paser Utara mengusulkan areal kebun buah mereka dijadikan Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati). Mendukung gagasan tersebut, Balitek KSDA menurunkan tim peneliti untuk melakukan identifikasi jenis tumbuhan lokal di lokasi sebagai salah satu tahapan dalam upaya pengusulan Taman Kehati.

Tim peneliti yang diawaki oleh Tri Atmoko, Bina Swasta Sitepu, dan Teguh melakukan peninjauan dan pemetaan areal usulan dengan terlebih dulu berkoordinasi dengan Lurah Sotek, M. Harianto, perwakilan masyarakat adat pemilik lahan, dan staf Kelurahan Sotek. Berdasarkan diskusi yang dilakukan, diperoleh informasi terkait sejarah dan aspirasi masyarakat pemilik lahan terhadap rencana pembangunan taman kehati sebagaimana dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan.

“Lokasi calon Taman Kehati tersebut adalah bekas daerah permukiman yang menjadi asal muasal Kelurahan Sotek”, ungkap M. Harianto yang dibenarkan Abbas selaku tetua adat. Para pemilik lahan juga menyadari bahwa areal tersebut memiliki nilai historis khusus bagi mereka dan masyarakat Sotek pada umumnya. Pengelolaan Taman Kehati nantinya diharapkan berbasis budaya lokal, dilengkapi miniatur rumah adat suku Paser sebagai tempat menyimpan berbagai benda-benda bernilai budaya dan sejarah yang dimiliki masyarakat. Selain itu, di dalam hutan tersebut diketahui masih terdapat berbagai jenis tumbuhan sebagai perlengkapan upacara adat.

“Hasil survei di areal calon Taman Kehati ini telah dapat dipetakan jalan-jalan setapak dan kondisi jaringan sungai yang ada di dalam kawasan. Informasi tersebut penting sebagai dasar merencanakan jalur observasi selanjutnya”, ujar Tri Atmoko, Peneliti Madya Balitek KSDA yang memimpin tim dalam melakukan peninjauan awal di areal seluas 10,26 ha tersebut.

“Areal Taman Kehati saat ini didominansi oleh pohon durian, manggis, mangga, cempedak, dan beberapa jenis buah-buahan lainnya” terang Bina Swasta Sitepu. Jenis tumbuhan lainnya adalah beberapa jenis bambu, rotan, pulai, dll. Selain itu, beberapa blok areal sudah ditanami oleh pemilik lahan dengan karet, kelapa sawit, dan gaharu.

Sebagai tindak lanjut kegiatan ini, akan dilakukan inventarisasi jenis tumbuhan lokal yang ada di dalam kawasan sehingga dapat dibuat daftar keanekaragaman jenis serta diperkaya dengan informasi pemanfaatannya oleh masyarakat. Selain itu, dapat direncanakan areal untuk memperkaya keragaman jenis tumbuhan dengan jenis lokal lainnya yang dahulu pernah ada namun saat ini tidak ditemukan lagi. Salah satu contohnya adalah jenis ulin, yang saat ini hanya tinggal ditemui tunggul-tunggulnya saja.

Share Button

INVENTARISASI TUMBUHAN POTENSIAL SEBAGAI PENGHASIL MINYAK ATSIRI DI KHDTK HUTAN PENELITIAN SAMBOJA

KHDTK Samboja memiliki keanekaragaman flora yang tinggi dengan berbagai tipe tutupan kawasan dan habitat. Keanekaragaman jenis flora ini diikuti dengan potensi jenis-jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil pangan, minyak nabati, obat, maupun minyak atsiri. Informasi potensi pemanfaatan di atas belum didukung dengan informasi  keanekaragaman jenis tumbuhan berdasarkan kelompok pemanfaatan serta potensi tegakan di lapangan.

“Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi jenis-jenis tumbuhan berpotensi sebagai pengasil minyak atsiri di KHDTK Samboja serta potensi tegakan yang dapat digunakan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan selanjutnya terkait teknologi pemanfaatan maupun usaha budidaya”, kata Taufiqurrohman, Kepala Seksi Data Informasi dan Sarana Penelitian Balitek KSDA.

Inventarisasi tumbuhan potensial sebagai penghasil minyak atsiri di KHDTK Hutan Penelitian Samboja dilakukan pada 4 s.d. 12 Agustus 2021. “Eksplorasi pengamatan pohon induk berpotensi sebagai pengasil minyak atsiri dilakukan dengan melakukan survey pada jalur pejalan dan penelitian yang ada di kawasan KHDTK Samboja, termasuk areal-areal berhutan yang ditengarai memiliki potensi tegakan penghasil minyak atsiri,” terang Bina Swasta Sitepu, peneliti bidang flora yang memimpin survey ini.

Kegiatan ini diawali dengan dilakukan penelusuran pustaka terhadap jenis-jenis tumbuhan hutan yang diketahui memiliki kandungan minyak atsiri, seperti: Cananga odorata, Melicope spp., Litsea spp., Cratoxylum spp., Myristica spp., Knema spp., Syzygium spp., dll. “Setiap tumbuhan  yang ditemukan   dicatat nama jenis, bagian yang berpotensi mengandung minyak atsiri, ukuran fisik berupa diameter dan tinggi, serta koordinat lokasi penemuan tegakan untuk memudahkan dalam pengamatan dan eksplorasi selanjutnya,” imbuh Bina.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari pengamatan pohon induk pada tahun 2020 yang fokus pada pohon dari genus Baccaurea dan Durio sebagai penghasil pangan dan obat. Informasi ini akan digunakan sebagai data pendukung  keanekearagaman hayati , khususnya flora, di KHDTSamboja, serta potensi pengembangan pemanfaatan hasil hutan nonkayu untuk kegiatan penelitian dan pengembangan.

Share Button

Dharma Wanita Persatuan Balitek KSDA dan SMA Al Hayat Ikuti Webinar Edukasi Mangrove

Anggota Dharma Wanita Persatuan Balitek KSDA bersama 20 orang siswa SMA Al Hayat Samboja mengikuti acara webinar “Edukasi Restorasi Ekosistem Mangrove” secara terpisah di Ruang Rapat dan Taman Kreasi Pongo Kantor Balitek KSDA pada Kamis, 24 Juni 2021 lalu. Webinar ini digelar oleh BLI Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkolaborasi dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP) BLI KLH, dalam rangka menyemarakkan peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) 2021.

Acara webinar ini bertujuan memberikan edukasi kepada kalangan ibu dan kaum muda sebagai elemen masyarakat yang dapat berperan penting dalam mendukung upaya konservasi mangrove saat ini dan ke depan. Edukasi adalah jalan strategis untuk meningkatkan pemahaman pada masyarakat tentang pentingnya ekosistem hutan mangrove.

Peran Ibu dan Generasi Muda dalam Konservasi Mangrove

Peran ibu dalam konteks konservasi mangrove, selain memainkan peran memberikan pendidikan langsung kepada anak-anaknya di rumah, mereka juga mempunyai kesempatan dalam memberikan edukasi tentang mangrove melalui bidang pekerjaan yang digeluti (tenaga pendidik, konservasi, peneliti, pemerintahan, dll), termasuk melalui gerakan dari berbagai komunitas, seperti kelompok tani, PKK, dharma wanita, dan sebagainya.

“Sosok ibu, merupakan pendidik pertama dalam kehidupan anak, selain tentunya sebagai orang yang paling dekat dengan anak-anaknya. Apabila memiliki pemahaman tentang pentingnya menjaga hutan tetap baik, ibu akan menjadi garda terdepan dalam pembentukan karakter cinta alam pada generasi muda,” jelas Dr. Agus Justianto, Kepala Badan Litbang dan Inovasi (BLI), saat membuka webinar.

Agus juga menekankan bahwa pembentukan karakter sangat penting bagi generasi muda. Upaya membangun karakter cinta alam bagi generasi muda dapat dilakukan melalui strategi internalisasi pendidikan lingkungan dalam materi pendidikan di sekolah.

Selamatkan Mangrove Kita 

Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia, 3,31 juta hektar atau ±20% luas mangrove dunia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan terdapat 637 ribu hektar lahan mangrove yang kritis di Indonesia.

“Kerusakan Mangrove disebabkan konversi mangrove menjadi tambak, pertanian, pemukiman, infrastruktur. Pertambahan jumlah penduduk juga menyebabkan tekanan pada mangrove semakin tinggi, termasuk pengembangan industri di daerah pesisir, eksploitasi air tanah, reklamasi pantai, dan juga sampah-sampah yang dibuang ke laut,” ungkap Dr. Virni Budi Arifanti, peneliti BLI KLHK yang menjadi narasumber dalam webinar ini.

Virni mengungkapkan, dampak negatif dari kerusakan mangrove terhadap kawasan pesisir beragam, seperti pemukiman ambles dan tergenang air. Daerah pesisir yang tidak mempunyai mangrove juga beresiko lebih tinggi terhadap ancaman terjangan gelombang tsunami.

Untuk menyelamatkan mangrove, Indonesia, pemerintah berkomitmen untuk mengimplementasikan secara nyata pemulihan dan perlindungan mangrove. Dari luas lahan kritis 637 ribu hektar, sudah dilakukan rehabilitasi seluas 17 ribu hektar pada 2020 lalu. Adapun sasaran indikatif rehabilitasi hingga tahun 2024 yaitu 620 ribu hektar.

Pengalaman Rehabilitasi Mangrove 

Merehabilitasi mangrove bukanlah pekerjaan yang mudah.  Koordinator relawan mangrove SMA Negeri  8 Kota Balikpapan, Rugun Parhusip, S.Pd, mengisahkan pengalaman tim relawannya selama 14 tahun terakhir sejak 2007 silam, dalam webinar ini.

Tim relawan mangrove terdiri atas 4 orang guru serta beranggotakan 100 siswa SMAN 8 yang dididik bergantian setiap penerimaan siswa baru.

“Mulai dari 2007 sampai sekarang, tim ini solid bersama-sama, bahu membahu bagaimana kita untuk mengembalikan atau mengijaukan hutan mangrove di Kelurahan Margomulyo,”ungkap Rugun.

Kegiatan relawan menjadi kegiatan ekstra kurikuler SMAN 8, yang dilaksanakan satu kali dalam satu minggu setiap hari Jumat. Aktivitas yang dilakukan relawan adalah pemilihan bibit, pembibitan, penanaman/penyulaman, pembersihan /perawatan, dan pemaanfaatan buah mangrove. Selain itu juga dilakukan kunjungan ke lokasi mangrove yang lain untuk identifikasi beberapa jenis mangrove dan membuat herbarium.

Kini, relawan mangrove SMAN 8 Balikpapan mampu membibit ratusan propagule. Di sana juga tersedia rumah bibit yang mampu menampung kurang lebih tiga ribu bibit.

Upaya tersebut membuahkan hasil, hutan mangrove rusak di belakang sekolah mereka kini sudah menghijau. Bahkan, bekantan pun sudah muncul, sehingga kawasan mangrove tersebut mampui menjadi kawasan ekowisata yang menarik dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Kiprah Generasi Muda dalam Restorasi Mangrove

Salah satu generasi muda yang inspiratif dan juga telah berkiprah dalam rehabilitasi dan pemanfaatan mangrove, ikut membagikan pengalamannya sejak zaman kuliah, dalam webinar ini.

“Sepengalaman saya, peran dari generasi muda sangat vital, karena walau pun pionirnya itu para orang tua, tapi jika tidak diteruskan oleh generasi muda, itu akan percuma, akan tinggal menjadi kenangan saja,”ujar Cahyadi Kurniawan, S,Kel., M.Si., CEO Batik Bakau, pembicara dari generasi muda dalam seminar ini.

Untuk itu menurut Cahyadi, sangat diperlukan penyampaian informasi tentang mangrove kepada generasi muda. Dalam paparannya, Cahyadi menjelaskan kenapa mangrove harus direstorasi, prosesnya (kesesuaian zonasi, persiapan areal tanam, pembibitan dan penamaman, hama dan penyakit, serta monitoring dan evaluasi), siapa yang terlibat, proses keselamatan kerja dalam restorasi, tantangan, dan kunci sukses restorasi mangrove. 

“Selama saya menangani mangrove ini, kegiatan restorasi yang berhasil, harus kegiatan yang berkelanjutan,”lanjut Cahyadi. Kunci sukses lainnya adalah kepastian lahan, pelibatan masyarakat lokal, dukungan pemerintah, dan tim yang solid.

Selain melakukan aksi langsung di lapangan, kampanye kreatif juga dapat menjadi strategi mengedukasi pentingnya mangrove. Antara lain melalui, film mangrove, industri kreatif mangrove seperti batik bakau, sabun mangrove, berbagai makanan olahan dari mangrove. Dalam semua kegiatan ini, peran ibu menjadi unsur penting keberhasilannya.

Terkait industri kreatif, kini Cahyadi menekuni batik bakau dengan pewarnaan alami dari limbah bakau. Melalui Batik Bakau ini, secara ekonomi sudah cukup mampu mendukung kehidupan Cahyadi, termasuk pemberdayaan masyarakat setempat dalam proses produksinya.

Aspek sains, pengalaman rehabilitasi, pemanfaatan, kampanye, dan edukasi mangrove di tingkat tapak, yang dihadirkan dalam webinar ini diharapkan dapat menjadi sebuah pembelajaran berharga bagi kaum ibu dan generasi muda lainnya, terutama yang tinggal di kawasan pesisir.

Share Button

Dukung Forest City, Tim Peneliti Balitek KSDA Kaji Biodiversitas di Lanskap IKN Baru

Untuk mendukung pembangunan IKN baru dengan konsep forest city dalam aspek pengelolaan biodiversitas, Tim Peneliti Balitek KSDA melakukan Kajian Biodiversitas dan Potensi Koridor Satwa Liar di Sekitar Lanskap Ibu Kota Negara (IKN) Baru pada 29 Maret s.d. 6 April 2021. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Mukhlisi, Burhanuddin Adman, Teguh Muslim dan Warsidi.

Koridor satwa liar merupakan salah satu langkah untuk mempertahankan konektivitas habitat sebagai alternatif  untuk mewujudkan konsep kota yang modern, namun peduli terhadap lingkungan. Koridor dapat dimanfaatkan menjadi jalur perlintasan maupun habitat bagi berbagai jenis satwa liar, sehingga viabilitas populasinya tetap dapat terjaga dengan baik. Untuk itu, identifikasi keragaman satwa liar di sekitar koridor diperlukan dengan berbagai pendekatan metode yang telah ada.

“Ecoacoustic merupakan salah satu metode baru untuk mempelajari keragaman satwa dengan basis suara. Metode ini juga bermanfaat untuk mendukung perencanaan wilayah dan mitigasi efek pencemaran suara yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan infrastuktur kota,” jelas Mukhlisi sebagai ketua tim penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan di dua areal perusahaan konsesi kehutanan. “Lokasi yang kami ambil yaitu PT. ITCI Kartika Utama (ITCIKU) dan PT. ITCI Hutani Manunggal (IHM), mengingat kedua areal konsesi tersebut berada pada satu lanskap yang masih terhubung. PT ITCIKU merupakan konsesi hutan alam sedangkan PT IHM adalah konsesi hutan tanaman, khususnya jenis Eucalyptus pellita,” kata Mukhlisi.

Lebih rinci, Mukhlisi menjelaskan teknik pengumpulan data penelitian ini. “Pengumpulan data lapangan difokuskan pada aspek biodiversitas satwa liar dengan menggunakan metode pengamatan secara langsung berdasarkan perjumpaan visual, suara, jejak, bekas kotoran, cakaran, dll. Sementara itu, data biodiversitas satwa juga didukung dengan pemasangan alat bioakustik dan camera trap. Bioakustik berperan untuk mendata keragaman satwa liar berdasarkan aspek rekaman suara sedangkan camera trap berdasarkan gambar/video yang tertangkap kamera otomatis,” terang Mukhlisi.

Pada masing-masing lokasi di PT. ITCIKU dan PT. IHM. Setiap lokasi dipasang 3 alat perekam suara bioakustik  selama 3 hari (36 jam) dengan jarak antar alat antara 1-2 Km. Lokasi pemasangan alat di PT. ITCIKU berada di sekitar areal hutan penelitian arsari lestari (kawasan pelestarian plasma nutfah) Agathis sp. Sementara itu, di areal PT. IHM alat bioakuatik dipasang di hutan sekunder sekitar air terjun Tembinus dan areal hutan tanaman. “Berdasarkan pengamatan lapangan, hutan sekunder di Tembinus masih berbatasan dengan areal PT. ITCIKU. Areal pemasangan alat di hutan tanaman PT. IHM berada di lokasi penanaman Eucalyptus pellita yang telah ditanam sejak 2016-2017,” kata Burhanudin Adman,menjelaskan teknis pelaksanaan penelitian di lapangan .

Dari hasil pengamatan tim penelitian di lapangan, diperoleh temuan beberapa satwa yang dijumpai secara langsung antara lain sempidan merah (Lophura erythrophthalma), julang emas (Rhyticeros undulatu), lutung merah (Presbytis rubicunda), lutung kelabu (Trachypithecus cristatus), owa kelawat (Hylobates muelleri), babi berjenggot (Sus barbatus), pelanduk napu (Tragulus napu), beruang madu (Helarctos malayanus), dll.

Share Button

Balitek KSDA dan Mitra Selenggarakan Pelatihan Pembuatan Tepung Kelapa Bagi Ibu-ibu di Handil Baru

Ampas parutan kelapa merupakan salah satu bahan baku sisa usaha yang masih dapat dimanfaatkan lebih lanjut menjadi produk olahan kaya serat. Untuk itu, pada 12 s.d. 13 April 2021 dilaksanakan pelatihan Pembuatan Tepung Kelapa, Pemanfaatan Ampas Parutan Kelapa Menjadi Produk Olahan Pangan Alternatif, Kaya Serat dan Bernilai Jual di Rumah Produksi Macandahan (Taman Bacaan dan Pelatihan) Kelurahan Handil Baru.

Kegiatan pelatihan ini diselenggarakan oleh PT Pertamina Hulu Mahakam sebagai bagian dari Program Pengembangan Masyarakat (PPM) SKK Migas – PT Pertamina Hulu Mahakam Lapangan BSP, LPM Kelurahan Handil Baru, Balitek KSDA dan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Materi yang disampaikan pada pelatihan tersebut mengenai tanaman Kelapa dan manfaatnya, Limbah Produksi dan Pengelolaannya serta Strategi Pemasaran Produk oleh Noorcahyati, Peneliti Etnobotani Balitek KSDA. “Kelapa memiliki berbagai manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan pangan, papan, kerajinan, pengobatan, bahan bakar, upacara, dan kosmetik. Bagian yang dimanfaatkan dari tanaman kelapa juga sangat beragam, mulai dari buah kelapa, daun, air kelapa, batok, pelepah, sabut nira kelapa hingga akarnya”, kata Noorcahyati.

Selanjutnya, Farida Aryani dari Politeknik Pertanian Negeri Samarinda menyampaikan materi prospek pengembangan limbah produksi VCO (Ampas Kelapa). “Limbah Produksi VCO berupa ampas dapat diolah menjadi tepung kaya serat. Peran serat pangan dalam penatalaksanaan sindrom metabolik diuraikan secara detail termasuk bagaimana serat pangan dapat memperbaiki kondisi obes, hyperlipidemia, hiperglikemia, hipertensi dan resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 dalam pelatihan ini”, kata Farida yang sehari-hari merupakan Dosen Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Noorcahyati pada materi tentang limbah produksi dan pengelolaannya mengungkapkan bahwa limbah produksi Virgin Coconut Oil (VCO) berupa ampas kelapa parut dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai jual. “Ampas kelapa dapat diolah menjadi tepung bebas gluten dan kaya serat dan diharapkan dapat mengurangi limbah yang dihasilkan dari proses produksi VCO,” kata Noorcahyati.

Farida Aryani selanjutnya menyampaikan pemanfaatan ampas kelapa menjadi tepung kelapa dan proses pembuatan tepung kelapa. Dilanjutkan dengan materi produk turunan ampas kelapa berupa kue kering dari tepung ampas kelapa, abon kelapa dan kerupuk kelapa.

Materi terakhir yang disampaikan oleh Noorcahyati adalah strategi pemasaran produk antara lain tentang varian produk, kemasan dan desain, target pasar, media serta promosi penjualan, konsistensi dan mengenali produk sendiri.

Pada hari kedua pelatihan, peserta melakukan praktik pembuatan produk berupa kue kering dari tepung ampas kelapa, abon kelapa dan kerupuk kelapa.

Di akhir kegiatan ini, peserta dibagikan sertifikat pelatihan dan bantuan peralatan untuk memproduksi tepung kelapa juga alat masak dan alat untuk pembuatan kue kering. “Bantuan ini diharapkan dapat mendukung kegiatan dari produksi VCO dan pengolahan ampas kelapa yang dilakukan KUB Wanita Sambahan Macandahan agar kegiatan produksi yang dilakukan tetap memperhatikan lingkungan dan terus dapat berkembang salah satunya dengan diversifikasi produk tepung kelapa dan olahannya” papar Azwar selaku pihak yang mewakili manajemen PT Pertamina Hulu Mahakam.

Video Pelatihan Tepung dari Ampas Kelapa

 

Share Button