Balitek KSDA dan Mitra Selenggarakan Pelatihan Pembuatan Tepung Kelapa Bagi Ibu-ibu di Handil Baru

Ampas parutan kelapa merupakan salah satu bahan baku sisa usaha yang masih dapat dimanfaatkan lebih lanjut menjadi produk olahan kaya serat. Untuk itu, pada 12 s.d. 13 April 2021 dilaksanakan pelatihan Pembuatan Tepung Kelapa, Pemanfaatan Ampas Parutan Kelapa Menjadi Produk Olahan Pangan Alternatif, Kaya Serat dan Bernilai Jual di Rumah Produksi Macandahan (Taman Bacaan dan Pelatihan) Kelurahan Handil Baru.

Kegiatan pelatihan ini diselenggarakan oleh PT Pertamina Hulu Mahakam sebagai bagian dari Program Pengembangan Masyarakat (PPM) SKK Migas – PT Pertamina Hulu Mahakam Lapangan BSP, LPM Kelurahan Handil Baru, Balitek KSDA dan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Materi yang disampaikan pada pelatihan tersebut mengenai tanaman Kelapa dan manfaatnya, Limbah Produksi dan Pengelolaannya serta Strategi Pemasaran Produk oleh Noorcahyati, Peneliti Etnobotani Balitek KSDA. “Kelapa memiliki berbagai manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan pangan, papan, kerajinan, pengobatan, bahan bakar, upacara, dan kosmetik. Bagian yang dimanfaatkan dari tanaman kelapa juga sangat beragam, mulai dari buah kelapa, daun, air kelapa, batok, pelepah, sabut nira kelapa hingga akarnya”, kata Noorcahyati.

Selanjutnya, Farida Aryani dari Politeknik Pertanian Negeri Samarinda menyampaikan materi prospek pengembangan limbah produksi VCO (Ampas Kelapa). “Limbah Produksi VCO berupa ampas dapat diolah menjadi tepung kaya serat. Peran serat pangan dalam penatalaksanaan sindrom metabolik diuraikan secara detail termasuk bagaimana serat pangan dapat memperbaiki kondisi obes, hyperlipidemia, hiperglikemia, hipertensi dan resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 dalam pelatihan ini”, kata Farida yang sehari-hari merupakan Dosen Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Noorcahyati pada materi tentang limbah produksi dan pengelolaannya mengungkapkan bahwa limbah produksi Virgin Coconut Oil (VCO) berupa ampas kelapa parut dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai jual. “Ampas kelapa dapat diolah menjadi tepung bebas gluten dan kaya serat dan diharapkan dapat mengurangi limbah yang dihasilkan dari proses produksi VCO,” kata Noorcahyati.

Farida Aryani selanjutnya menyampaikan pemanfaatan ampas kelapa menjadi tepung kelapa dan proses pembuatan tepung kelapa. Dilanjutkan dengan materi produk turunan ampas kelapa berupa kue kering dari tepung ampas kelapa, abon kelapa dan kerupuk kelapa.

Materi terakhir yang disampaikan oleh Noorcahyati adalah strategi pemasaran produk antara lain tentang varian produk, kemasan dan desain, target pasar, media serta promosi penjualan, konsistensi dan mengenali produk sendiri.

Pada hari kedua pelatihan, peserta melakukan praktik pembuatan produk berupa kue kering dari tepung ampas kelapa, abon kelapa dan kerupuk kelapa.

Di akhir kegiatan ini, peserta dibagikan sertifikat pelatihan dan bantuan peralatan untuk memproduksi tepung kelapa juga alat masak dan alat untuk pembuatan kue kering. “Bantuan ini diharapkan dapat mendukung kegiatan dari produksi VCO dan pengolahan ampas kelapa yang dilakukan KUB Wanita Sambahan Macandahan agar kegiatan produksi yang dilakukan tetap memperhatikan lingkungan dan terus dapat berkembang salah satunya dengan diversifikasi produk tepung kelapa dan olahannya” papar Azwar selaku pihak yang mewakili manajemen PT Pertamina Hulu Mahakam.

Video Pelatihan Tepung dari Ampas Kelapa

 

Share Button

Eksplorasi Akar Kuning di KHDTK Samboja sebagai Kandidat Antidiabetes

Tim penelitian Balitek KSDA melakukan pengambilan data Akar Kuning di KHDTK Hutan Penelitian Samboja pada 29 Maret s.d. 3 April 2021. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Ike Mediawati, Mujianto, Yusub Wibisono, dan Deny Adiputra sebagai salah satu bagian implementasi kegiatan Prioritas Nasional (PRINAS) yang dipusatkan di KHDTK Hutan Penelitian Samboja.

Akar kuning (Fibraurea tinctoria) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang bagian akar dan batangnya secara tradisional digunakan untuk penguat daya tahan tubuh, mengobati hepatitis, malaria, dan diabetes. Liana berkayu ini juga dilaporkan memiliki efek terapeutik sebagai antikanker. Namun, penggunaan akar dan batang tanaman sebagai obat tidak dapat dilakukan secara berkelanjutan dan mengancam kelestarian tumbuhan Akar Kuning. Oleh karena itu, penelitian potensi bagian daun dan kulit buah dari akar kuning perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kedua bagian tersebut juga mengandung metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antidiabetes. Selain itu, uji aktivitas ekstrak daun dan buah juga perlu dilakukan sebagai pembanding hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan ekstrak akar dan batang.

“Kegiatan eksplorasi ini bertujuan untuk mendapatkan data persebaran Akar Kuning dan pengambilan sampel tanah sebagai data lingkungan habitat Akar Kuning,” papar Ike Mediawati selaku ketua tim penelitian.

Lebih rinci, Ike menjelaskan metode pelaksanaan kegiatan penelitian ini di KDHTK Samboja. “Kegiatan observasi Akar kuning kami lakukan dengan menggunakan metode jelajah pada Jalur Jelajah Baru, Jalur Wartono Kadri, Jalur Keruing, Jalur Henry Bastaman, Km 1, Km 6, Km 7 KHDTK Hutan Penelitian Samboja dengan total jalur pengamatan sepanjang 3.500 m dan lebar pengamatan disesuaikan dengan kondisi di lapangan antara 10 sampai 20 m,” kata Ike.

Dari hasil kegiatan, terdapat 12 lokasi ditemukannya Fibraurea tinctoria, 5 lokasi ditemukannya jenis Archangelisia flava, dan 3 lokasi ditemukannya Coscinium fenestratum di KHDTK Samboja. Ketiga spesies tumbuhan tersebut memiliki nama lokal yang sama yaitu Akar Kuning. “Jenis Fibraurea tinctoria hidup menjalar dan tersebar dalam satu lokasi sehingga kami hitung sebagai satu rumpun, sedangkan jenis Archangelisia flava dan Coscinium fenestratum tumbuh hanya satu individu per lokasi dan tidak tersebar,” jelas Ike. Tambahnya lagi, dengan minimnya jumlah Akar Kuning yang dapat ditemukan KHDTK, perlu dilakukan pembibitan Akar Kuning atau pembangunan demplot terutama untuk jenis Coscinium fenestratum dan Archangelisia flava.

Selain pendataan tegakan herba, tim juga melakukan pengambilan daun Akar Kuning (Fibraurea tinctoria) sebagai bahan baku uji metabolit sekunder dan bahan pembuatan produk herbal. “Kami melakukan pengambilan material daun dan kulit buah Akar Kuning (Fibraurea tinctoria) untuk selanjutnya dikeringkan, diekstraksi lalu dianalisis kandungan metabolit sekunder di dalamnya,” kata Ike. Pada kegiatan ini juga dilakukan pengambilan sampel tanah dari lokasi tempat tumbuh akar kuning untuk dianalisis karakteristik fisik dan kimia, serta kandungan logam berat pada tanah untuk memastikan keamanan produk herbal yang nanti dihasilkan.

Kegiatan penelitian PRINAS di KHDTK Hutan Penelitian Samboja merupakan salah satu dari delapan kegiatan PRINAS yang dilaksanakan di KHDTK lingkup Badan Litbang Inovasi (BLI) dengan melibatkan seluruh satker BLI. Melalui kegiatan ini diharapkan tersedia IPTEK hasil hutan, jasa lingkungan, dan keanekaragaman hayati yang diimplementasikan di KHDTK BLI, sehingga fungsi KHDTK sebagai Hutan Penelitian benar-benar dapat terwujud serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pengembangan iptek dan masyarakat sekitar hutan.

Share Button

Eksplorasi Artocarpus spp. di KHDTK Samboja sebagai Bahan Baku Herbal Berpotensi Antimikroba

Tim penelitian Balitek KSDA melakukan pengambilan data Artocarpus spp. di KHDTK Hutan Penelitian Samboja pada 29 Maret s.d. 3 April 2021. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Bina Swasta Sitepu, Teguh dan Dwi Wahyu Mentari sebagai salah satu bagian implementasi kegiatan Prioritas Nasional (PRINAS) yang dipusatkan di KHDTK Hutan Penelitian Samboja.

Artocarpus spp. dipilih menjadi salah satu tumbuhan target ekplorasi dilatarbelakangi masih sedikitnya penelitian yang mengangkat kandungan fitokimia jenis tumbuhan dari marga Artocarpus ini. Sejauh ini, penelitian terkait nutrisi dan fitokimia dari marga Artocarpus masih terbatas pada jenis-jenis yang populer di masyarakat, seperti Nangka (Artocarpus heterophyllus), Sukun (A. atilis), maupun cempedak (A. integer). Padahal, secara taksonomi setidaknya ada 23 jenis Artocarpus yang dapat ditemukan di pulau Kalimantan dan belum pernah dieksplorasi potensi kandungan nutrisi dan fitokimia yang sesungguhnya dapat dimanfaatkan secara luas. Selain itu, pemanfaatan di masyarakat masih terbatas pada buah, kayu, getah, dan kulit.

“Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan informasi potensi fitokimia, khususnya antioksidan dan flavanoids, dari jenis-jenis Artocarpus di KHDTK Samboja serta pengembangan produk yang dapat digunakan dan diproduksi oleh masyarakat secara praktis,” papar Bina Swasta Sitepu selaku ketua tim penelitian.

Lebih rinci, Bina menjelaskan metode pelaksanaan kegiatan penelitian ini di KDHTK Samboja. “Kegiatan observasi Artocarpus spp. kami lakukan dengan menggunakan metode jelajah pada Jalur Jelajah Baru, Jalur Wartono Kadri, dan Jalur Keruing KHDTK Hutan Penelitian Samboja dengan total jalur pengamatan sepanjang 3.500 m dan lebar pengamatan disesuaikan dengan kondisi di lapangan antara 10 sampai 50 m,” kata Bina.

Dari hasil pengamatan tim penelitian di lapangan, diperoleh data sebanyak 226 tegakan pohon dari delapan jenis Artocarpus spp. yang tersebar di lokasi jelajah. “Tegakan pohon Artocarpus spp. yang kami temukan terdiri dari delapan jenis yang dapat diidentifikasi yaitu, Artocarpus anisophyllus, Artocarpus elasticus, Artocarpus integer, Artocarpus kemando, Artocarpus lanceifolius, Artocarpus limpato, Artocarpus dadah dan Artocarpus rigidus,” jelas Bina.

Selain pendataan tegakan pohon, tim juga melakukan pengambilan daun Artocarpus spp. sebagai bahan uji metabolit sekunder. “Kami melakukan pengambilan material daun Artocarpus integer, Artocarpus elasticus dan Artocarpus anisophyllus untuk selanjutnya dikeringkan dan diuji kandungan kimia yang ada di dalamnya,kata Teguh. Kegiatan pengembangan ini akan dilanjutkan dengan pengambilan data ekologi (biotik dan abiotik) dari habitat Artocarpus spp. serta pengumpulan material bahan uji metabolit sekunder dari jenis-jenis Artocarpus lainnya.

Sebagai informasi, kegiatan penelitian PRINAS di KHDTK Samboja merupakan salah satu dari delapan kegiatan PRINAS yang dilaksanakan di KHDTK lingkup Badan Litbang Inovasi (BLI) dengan melibatkan seluruh satker BLI. Melalui kegiatan ini diharapkan tersedia IPTEK hasil hutan, jasa lingkungan, dan keanekaragaman hayati yang diimplementasikan di KHDTK BLI, sehingga fungsi KHDTK sebagai Hutan Penelitian benar-benar dapat terwujud serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pengembangan iptek dan masyarakat sekitar hutan.

Share Button

DLH Paser Jajaki Kerja Sama dengan Balitek KSDA

Balitek KSDA menerima kunjungan kerja dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Paser (DLH Paser) Provinsi Kalimantan Timur pada Selasa, 13 April 2021. Sebanyak empat orang tim dari DLH Paser yang dipimpin oleh Teguh Haryanto, selaku Kepala Bidang Pengelolaan Tahura DLH Paser diterima oleh Kepala Balai, Kepala Seksi dan para peneliti Balitek KSDA.

Sebagaimana disampaikan Teguh, kunjungan DLH Paser kali ini bermaksud untuk melakukan penjajakan kerja sama dengan Balitek KSDA untuk penguatan data potensi keanekaragaman hayati (kehati) terutama di Kawasan Tahura Lati Petangis. “Di tahun ini, kami mempunyai target menggandeng mitra kerja sama dalam melaksanakan pengelolaan Tahura Lati Petangis, salah satunya Balitek KSDA untuk mendukung dan membantu identifikasi potensi kehati yang ada,” kata Teguh membuka pembicaraan.

“Tahura Lati Petangis ini merupakan kawasan hutan dengan luas sekitar 3.400 hektar. Tahura Lati-Petangis sebagian kawasannya merupakan bekas areal konsesi pertambangan PT. BHP Kendilo Coal yang berakhir operasinya pada tahun 2002 sekitar 1.800 hektar. Sedangkan selebihnya masih dalam kondisi baik dan menjadi kawasan (blok) perlindungan,” terang Teguh yang didampingi Kepala Seksi dan Staf Pemberdayaan Masyarakat dan Pengelolaan Daerah Penyangga.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Balitek KSDA, Ishak Yassir menyambut baik maksud kunjungan DLH Paser. “Balai kami cukup concern untuk membantu memberikan dukungan serta penguatan kepada daerah sebagai bentuk kontribusi dan eksistensi balai ini di Kalimantan Timur. Sebagai contoh, pada 2014 kami pernah terlibat dalam identifikasi potensi kehati di Taman Kehati Paser,” ujar Ishak.

Lebih lanjut Ishak Yassir juga menyampaikan pentingnya bekerja sama dan menjalin jejaring kerja dalam pengelolaan kawasan hutan. “Kita sebagai pengelola kawasan dituntut untuk selalu hadir di lapangan sebagai representasi negara baik dalam bentuk personel maupun kegiatan di tapak. Sementara, kita ini juga mempunyai banyak keterbatasan. Sehingga kegiatan kerja sama dengan mitra dalam pengelolaan kawasan sangat perlu kita lakukan dalam rangka saling menguatkan dan mengatasi tantangan di lapangan,” kata Ishak Yassir.

Ishak Yassir menyampaikan contoh kerja sama Balitek KSDA dengan Yayasan Jejak Pulang dalam pemanfaatan dan pengelolaan KHDTK Samboja. Dengan adanya kegiatan Sekolah Hutan Orangutan di lapangan, KHDTK Samboja sangat terbantu dalam upaya pengamanan kawasan oleh personel Yayasan Jejak Pulang.

“Perlu segera kita tindaklanjuti rencana kegiatan dari DLH Paser ini dengan pembahasan teknis pelaksanaan serta lingkup kegiatan kerja samanya. Sehingga kami dapat segera mengalokasikan dan mengatur jadwal kegiatan tim peneliti kami menyesuaikan agenda kegiatan yang telah direncanakan pada tahun ini,” sambung Tresina, Kepala Seksi Program Evaluasi dan Kerja Sama Balitek KSDA.

Di akhir kunjungan, Kepala Seksi Data Informasi dan Sarana Penelitian, Taufiqurrohman mengajak tim DLH Kabupaten Paser untuk melihat koleksi spesimen Herbarium Wanariset serta mensosialisasikan pemasangan One Code WAN Data untuk mendukung pengembangan wisata alam di Tahura Lati Petangis. Tim DLH Paser cukup antusias melihat koleksi spesimen yang ada, serta mengapresiasi upaya digitalisasi koleksi (e-Herbairum) yang masih terus dilakukan Balitek KSDA dalam bentuk website www.herbarium-wanariset.or.id. Ke depan mereka berharap One Code WAN Data dapat juga terpasang di lokasi wisata alam Tahura Lati Petangis.

Share Button

Empat Satker BLI KLHK Lakukan Penelitian Herbal Hutan di KHDTK Samboja

Empat satuan kerja Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian LHK melaksanakan kegiatan Penelitian Prioritas Nasional (PRINAS) dengan tema Aplikasi Riset Teknologi Herbal Hutan di KHDTK Samboja. Keempat satker tersebut antara lain Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA), Pusat Litbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL) Serpong, Balai Besar Litbang Ekosistem Hutan Dipterokarpa (B2P2EHD) Samarinda, dan Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Banjarbaru.

Kegiatan penelitian perdana di lapangan telah dimulai pada tanggal 5 April s.d. 9 April 2021 lalu. Penelitian kali ini dilaksanakan oleh tujuh orang peneliti yang mengangkat tujuh jenis tumbuhan target dari tingkat pohon dan herba. Hasil eksplorasi jenis tumbuhan ini akan dikembangkan lebih lanjut menjadi berbagai aplikasi herbal berupa minuman, kosmetik, antimikroba, antibakteri udara hingga antiseptik. Pemanfaatan herbal hutan ini diharapkan dapat menjadi model pemanfaatan hasil hutan non kayu alternatif yang dapat diterapkan oleh masyarakat sekitar hutan.

Tiga orang peneliti Balitek KSDA yaitu Bina Swasta Sitepu, Noorcahyati, dan Ike Mediawati. Ketiga peneliti Balitek KSDA masing-masing meneliti diversifikasi pengembangan jenis tumbuhan obat Baccaurea spp., pengembangan akar kuning (Fibraurea tinctoria) sebagai kandidat antidiabetes, dan pemanfaatan Artocarpus spp. untuk antimikroba.

Dua orang peneliti dari B2P2EHD yaitu Rizki Maharani dan Andrian Fernandes melakukan kegiatan penelitian pembangunan Sentra Herbal Ulin (Eusideroxylon zwageri) dan Urokep (Senna alata) di KHDTK Samboja.

Peneliti dari P3KLL Serpong yaitu Grace Serepina Saragih mengangkat pengembangan tumbuhan Cratoxylum spp. sebagai bahan pembuatan minyak atsiri antibakteri udara. Sedangkan peneliti BP2LHK Banjarbaru, Siswadi melaksanakan kegiatan penelitian pemanfaatan Macaranga spp. sebagai antiseptik.

Dalam arahannya, Kepala Balitek KSDA, Ishak Yassir berpesan kepada tim peneliti agar kegiatan penelitian PRINAS ini dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. “KHDTK Samboja menjadi lokasi yang strategis karena cukup dekat dengan calon lokasi IKN. Kegiatan-kegiatan penelitian di KHDTK Samboja menjadi sangat relevan dan sinkron dengan konsep smart city dan forest city IKN. Untuk itu, saya berpesan agar kegiatan penelitian ini dilakukan dengan maksimal sehingga dapat menghasilkan output yang bermanfaat bagi pengembangan iptek dan masyarakat,” pesan Ishak Yassir.

Sebagai informasi, kegiatan penelitian prioritas nasional di KHDTK Samboja merupakan salah satu dari delapan kegiatan PRINAS yang dilaksanakan di KHDTK lingkup BLI dengan melibatkan seluruh satker BLI. Melalui kegiatan ini diharapkan tersedia IPTEK hasil hutan, jasa lingkungan, dan keanekaragaman hayati yang diimplementasikan di KHDTK BLI, sehingga fungsi KHDTK sebagai Hutan Penelitian benar-benar dapat terwujud serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pengembangan Iptek dan masyarakat sekitar hutan.

Share Button

WAMEN LHK: HERBARIUM WANARISET ADALAH KNOWLEDGE BANK FLORA KALIMANTAN BERBASIS INTERNET

“Saya mengapresiasi dan bangga karena Herbarium Wanariset telah menerapkan Industry 4.0, khususnya Internet of Things (IoT). Koleksi spesimen Herbarium Wanariset telah dibuat menjadi database yang dapat diakses secara langsung dengan sistem QR Code. Luar biasa, karena kita harus berfikir bagaimana mentransformasi digitalisasi spesimen fisik dan dapat diakses oleh masyarakat luas dengan lebih mudah.”

Demikian ungkapan apresiasi yang disampaikan Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK), Drs. Alue Dohong, M.Sc. Ph.D pada saat meninjau Herbarium Wanariset Balitek KSDA pada 25 Maret 2021. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari agenda kunjungan kerja Wamen LHK ke Provinsi Kalimantan Timur selama dua hari 25 s.d. 26 Maret 2021. Dalam kesempatan tersebut Wamen didampingi oleh Direktur KPHL, Dr. Tuti Herawaty serta seluruh Kepala UPT KLHK lingkup Provinsi Kalimantan Timur.

Kepada Wamen LHK, Kepala Balitek KSDA Dr. Ishak Yassir menyampaikan sejarah Herbarium hingga munculnya gagasan inovasi e-Herbarium Wanariset dan One Code WAN Data.

“Herbarium kami telah berdiri sejak 1989, memiliki koleksi sebanyak 20.341 lembar spesimen dari 3.719 jenis tumbuhan, yang sebagian besar berasal dari Pulau Kalimantan. Jika data yang dikumpulkan tidak diikuti dengan teknologi maka mubazir. Kami mempunyai tagline mengubah tembok ilmu pengetahuan menjadi kolam ilmu pengetahuan agar dapat bermanfaat bagi masyarakat lebih luas,” terang Ishak Yassir.

Secara lebih rinci, Bina Swasta Sitepu menjelaskan sampai saat ini sebanyak 525 jenis koleksi yang telah diupload di www.herbarium-wanariset.or.id, sebagian besarnya adalah jenis jenis prioritas endemik Kalimantan serta jenis dari suku Dipeterocarpa dan jenis-jenis mangrove. QR Code jenis-jenis yang ada di website sebagian telah dipasang di Taman Nasional Kutai, kawasan konservasi serta lokasi mitra lainnya untuk mengganti plang nama dengan QR Code.

Kepala Balitek KSDA menyampaikan bahwa e-Herbarium ini juga menjadi salah satu poin penting dalam proses pembangunan Zona Integritas. “Herbarium yang telah dikelola dengan baik, menjadi salah satu inovasi yang kita dorong terkait dengan pelayanan sehingga Balitek KSDA pada tahun 2020 mendapatkan predikat WBK.”

Sebelum melanjutkan perjalanan meninjau Persemaian Permanen Modern di lokasi IKN baru, Wamen LHK berpesan kepada Kepala Balitek KSDA dan jajarannya selaku pengelola, agar ke depan pengelolaan Herbarium Wanariset semakin ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitasnya.

“Herbarium Wanariset memuat Knowledge Bank luar biasa yang harus dikembangkan lagi baik jumlah koleksi spesimen fisik maupun digital. Herbarium Wanariset merupakan salah satu kekayaan bangsa, dan kekayaan kita bersama, jika dinilai dengan uang akan luar biasa. Namun jika kita lihat secara scientifik, akan sangat luar biasa lagi. Untuk itu, terus semangat dalam memperkaya koleksi spesimen, transformasi teknologi hingga bermanfaat bagi bangsa Indonesia”, pesan Wamen LHK.

Share Button