Saran/Masukan Terhadap Draft Review Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Tahun 2011-2030

Permohonan saran/masukan terhadap Draft Review RKTN (Rencana Kehutanan Tingkat Nasional) Tahun 2011-2030 sebagai tindaklanjut pelaksanaan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Tahun 2011-2030.

Download File:

suratDirPerencanaanKH_S221_ren1_2014.pdf

review_RKTN_2014.pdf

Share Button

Pembangunan KPH Lingkup Regional Sumatera

  1. KPHL  Model Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat
  2. KPHL  Model Batu Tegi Provinsi Lampung
  3. KPHP  Model Gedong Wani (Unit XVI) Provinsi Lampung
  4. KPHL  Model Kota Agung Utara Provinsi Lampung
  5. KPHP  Model Lalan Provinsi Sumatera Selatan
  6. KPHP  Model Lakitan Provinsi Sumatera Selatan
  7. KPHP  Model Limau (Unit VII) Provinsi Jambi
  8. KPHP  Model Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara
  9. KPHP  Model Muara Dua Provinsi Lampung
  10. KPHP  Model Mukomuko Provinsi Bengkulu
  11. KPHL  Model Rajabasa Provinsi Lampung
  12. KPHL  Model Sijunjung Provinsi Sumatera Barat
  13. KPHL  Model Solok Provinsi Sumatera Barat
  14. KPHP  Model Sungai Sembulan Provinsi Babel
  15. KPHP  Model Register 47 Way Terusan Provinsi Lampung
Share Button

SOP (Standard Operating Procedure) Penyelamatan Orangutan Segera Diluncurkan

Akan segera diluncurkan buku penting yakni “SOP (Standard Operating Procedure) Penyelamatan Orangutan”. Demikian salah satu hasil diskusi tentang Orangutan di Ruang Rapat Balai Penelitian Teknologi (Balitek KSDA) yang dihadiri oleh para peneliti, teknisi dan Direktur Environmental Leadership & Training Initiative (ELTI), Dr. David Neidl, Rabu (03/07).

Pada acara yang dimoderatori Kepala Balitek KSDA, Dr. Nur Sumedi ini, pengajar dan Kepala Laboratorium Biodiversitas dari Universitas Mulawarman, Dr. Yaya Rayadin mempresentasikan hasil pengalaman dan penelitiannya berjudul “The Bornean orangutan in multi-functional landscapes: Implications for management and conservation”.

Orangutan adalah satu-satunya satwa liar yang dilindungi yang masuk dalam bahasan COP 13 di Bali yang mencerminkan penting dan besarnya perhatian dunia. Saat ini, populasi Orangutan (Pongo pygmaeus morio) ditemukan di berbagai lansekap dari hutan primer, hutan sekunder, Karst, areal pertambangan, pemukiman hingga perkebunan kelapa sawit. Berbagai lansekap ini berimplikasi perbedaan penanganan terhadap Orangutan karena memiliki kekhasan dan perilaku yang biasanya berbeda-beda.

Perburuan masih menjadi ancaman utama selain hilangnya habitat karena deforestasi dan alih fungsi hutan. “Satu orang pemburu bisa memasang 200 jerat,” ungkap Dr. Yaya. “Meskipun sebenarnya yang menjadi target buruan adalah kijang ataupun babi hutan, tapi Orangutan sering jadi korbannya,” tambah Yaya.

Dijelaskan bahwa dalam kaitannya dengan strategi konservasi, penelitian dan tindakan manajemen yang penting adalah: (1) Studi populasi Orangutan dan ekologi perilaku, (2). Membangun koridor satwa liar, (3). Best management practice, (4) Management plan untuk konservasinya, (5) Pembentukan Tim Penyelamatan (satgas), (6). Monitoring dan Evaluasi.

Dr. Yaya yang sudah cukup lama bekerja bersama peneliti Balitek KSDA berharap ada kolaborasi yang saling memberi manfaat dan saling percaya secara institusional dengan Litbang konservasi yang ada di Samboja ini.

Secara eksplisit, Dr. Nur Sumedi menyambut baik dan mendorong terjalinnya kerjasama yang lebih erat dengan para mitra dengan kesadaran penuh bahwa persoalan konservasi tidak bisa hanya diselesaikan oleh Kementerian Kehutanan. Salah satu kesepakatan awal hasil diskusi adalah dalam waktu dekat diharapkan sudah bisa dimunculkan buku tentang Standard Operating Procedure (SOP) Evakuasi Orangutan yang telah lama digeluti oleh Dr. yaya beserta tim termasuk peneliti Balitek KSDA. Buku itu tinggal menunggu untuk dicetak, mengingat draftnya sudah selesai direview.***

Share Button

Pembelajaran dari Panama untuk KHDTK Samboja

khdtk_samboja_animasi”Hutan Penelitian Samboja bisa jauh lebih maju dan menarik dari Hutan Pengamatan yang ada di Panama”, demikian penegasan Dr. Nur Sumedi, yang memoderatori presentasi Direktur Program untuk Asia Environmental Leadership & Training Initiative, Yale School of Forestry & Environmental Studies, Dr. David Neidl. Presentasi dengan judul “Reforestation of Dry Tropical Forest in Panama (option for Samboja ?)”, yang dilaksanakan di Ruang Rapat Balitek KSDA, dihadiri peneliti, teknisi dan dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, pada hari Rabu (03/07).

Dalam kesempatan itu Neidl menyampaikan hasil kunjungannya ke Achotines Forest Reserve di Panama Amerika Selatan, sebagai bahan pembelajaran dan perbandingan pemanfaatan areal hutan untuk pelatihan dan penelirtian. Dalam areal hutan yang luasnya sekitar 120 hektar itu dibuat “interpretative trail” sepanjang 1,8 Km.

Disepanjang trek dibuat pemberhentian-pemberhentian sebagai tempat diskusi dan pembelajaran sesuai dengan topik lokasi. Pohon atau kelompok pohon diberi tagging, dan ditandai dengan cat untuk memperlihatkan kelas ataupun pengelompokan tertentu. Terdapat juga plot seluas sekitar 1000 M2 dengan didalamnya terdapat sub plot seluas masing-masing 5×5 m2 untuk belajar pengukuran pohon baik diameter, tinggi, karbonnya, biodiversitasnya dan lain-lain. Berbagai topik yang dijadikan diskusi di pemberhentian diantaranya adalah tentang tanah, landscape history & ecological dynamic, forest gap, forest stratifications, dan lain-lain.

Hutan yang menjadi area pengamatan dan pelatihan sebenarnya adalah sisa-sisa hutan di Panama yang mewakili Hutan Kering Neotropic dengan kondisi terancam oleh kegiatan pertanian dan peternakan sapi. Bila dibandingkan dengan KHDTK Samboja, sesungguhnya Samboja masih memilki lebih banyak keunggulan, baik akses, potensi, maupun ragam tema yang bisa dikembangkan.

Letak KHDTK Samboja sangat strategis, hanya sekitar 40 km dari kota Balikpapan Kalimantan Timur, dibelah oleh jalan besar menuju Kabupaten Paser Penajam. Disanalah letak Miniatur Hutan Tropis Dataran Rendah Pulau Borneo.

Ketika kebakaran besar di hutan Kalimantan tahun 1997/1998 sebagian besar tegakan hutan tropis dataran rendah yang ada hilang, namun demikian areal hutan di sekitar Rintis Wartono Kadri adalah areal hutan yang masih alami tersisa. Petak hutan tersebut adalah satu-satunya areal di KHDTK Samboja yang tidak pernah mengalami kebakaran pada tahun 1997/1998, sehingga kondisinya masih mencirikan kondisi hutan jauh lebih hujan tropis dataran rendah. Sebagai hutan penelitian kegiatan penelitian sudah banyak di lakukan di KHDTK Samboja, terutama penelitian yang terkait dengan bidang silvikultur dan beberapa kegiatan penelitian keanekaragaman hayati.

Di KHDTK Samboja terdapat plot-plot penting seperti Konservasi Ulin Sidiyasa, Plot Tanaman Obat, Plot tanaman Agathis, Lay, Gaharu dan tentu saja adalah trek Wartono Kadri sepanjang 1,9 Km yang juga telah dilengkapi dengan shelter-shelter. Namun demikian memang masih perlu banyak sentuhan dan penataan-penataan disamping perlu lebih mengintensifkan “link” dengan para pengguna. Dalam kesempatan itu Neidl, memberikan komitmennya untuk ikut memberikan dukungan yang kuat dalam upaya penataan dan optimalisasi pemanfaatannya. (edt.hh***)

Sumber : klik di sini

Share Button

Pelantikan Pejabat Struktural Eselon II, III, dan IV lingkup Kementerian Kehutanan

HMS_2703_01Pelantikan Pejabat Struktural Eselon II, III, dan IV lingkup Kementerian Kehutanan pada hari Rabu tanggal 25 Juni 2014.

Download dokumen

Share Button

TTG NASIONAL XVI 2014, Diseminasi Teknologi Tepat Guna BALITEK KSDA

DSC02660Dalam rangka diseminasi hasil penelitian yang memiliki teknologi tepat guna, Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) mengikuti ajang Teknologi Tepat Guna Nasional XVI 2014. Perhelatan nasional ini digelar di Stadion Madya Sempaja Samarinda dari tanggal 18 hingga 23 Juni 2014. Even tahunan ini dibuka oleh Wakil Presiden Budiono dengan serangkaian pagelaran seni budaya dari berbagai etnis di Kalimantan Timur.

“Teknologi adalah kunci kemajuan sebuah bangsa” ungkap Budiono dalam sambutannya pada pembukaan TTG Nasional XVI 2014. Menurut wakil presiden ke sebelas ini, sangat tepat apabila kita coba secara terus menerus memberikan dukungan untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi tepat guna di kalangan masyarakat. “Gelar TTG 2014 ini harus memberikan manfaat yang seluas-luasnya bagi masyarakat” ujar Boediono.

Pada pameran TTG ini, Balitek KSDA dan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ditunjuk mewakili Badan Litbang Kementerian Kehutanan untuk menampilkan Teknologi Tepat Guna yang telah dihasilkan instansi masing-masing. Balitek KSDA mengusung Tema Rehabilitasi Tambang Batubara dan Keanekaragaman Etnobotani Pohon Potensial Berkhasiat Obat etnis Kalimantan sedangkan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa menampilkan Teknologi Tepat Guna Tengkawang.

Selain materi dengan kedua tema di atas, disampaikan juga hasil penelitian Balitek KSDA lainnya yaitu Habitat dan Populasi Ki Beusi (Pongamia pinnata (L.) Pierre) di Kalimantan Timur, Strategi Pembangunan Sumber Benih Balitek KSDA dalam mendukung Keberhasilan Pembangunan Kehutanan, Tegakan Benih Ulin di KHDTK Samboja dan Pelestarian Bekantan di Luar Kawasan Konservasi di Kuala Samboja, yang diharapkan menjadi referensi berbagai kegiatan konservasi di Indonesia.

20140622_170951

Gelar TTG Nasional XVI 2014 diikuti oleh 400 stan dari berbagai provinsi dan Kabupaten/kota se-Indonesia  serta instansi pusat dan daerah. Selain gelar teknologi, peserta juga mengikuti Lokakarya dalam rangka berbagi wawasan dan dalam upaya meningkatkan komitmen dan inovasi daerah dalam meningkatkan pemanfaatan teknologi tepat guna sesuai potensi dan sumber daya daerah masing-masing. Selain itu peserta dari luar daerah tidak ketinggalan mengikuti keunikan perhelatan Festival Erau di Tenggarong yang diadakan di waktu yang sama.

Hingga hari terakhir, diperkirakan pengunjung yang hadir mencapai 8.000 orang. Dengan antusiasme yang tinggi mereka melihatberbagai jenis teknologi tepat guna yang telah dihasilkan oleh tiap daerah dan kementerian di seluruh Indonesia dan diharapkan menjadi barometer teknologi Indonesia. (ADS)***

Share Button