PENYAMBUTAN MAHASISWA PKL FMIPA UNMUL DI BALITEK KSDA

Balitek KSDA kembali menerima mahasiswa Praktek Kerja Lapangan (PKL) dari Unversitas Mulawarman (UNMUL) Samarinda. Kali ini lima orang mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas MIPA akan melaksanakan PKL mulai 18 Oktober sampai dengan 26 November 2021. Kedatangan kelima orang mahasiswa disambut dan diterima oleh Kepala Balitek KSDA beserta jajarannya di Ruang Rapat Balitek KSDA pada Senin, 18 Oktober 2021.

Dalam sambutan dan arahannya, Kepala Balitek KSDA, Dr. Ishak Yassir menyampaikan beberapa pesan kepada para mahasiswa. Ishak menyampaikan bahwa selama PKL, para mahasiswa berada juga di bawah tanggung jawab Kepala Balitek KSDA. Untuk itu, beliau berpesan agar selama melaksanakan kegiatan PKL di Balitek KSDA, para mahasiswa selalu menjaga kesehatan dan keselamatan, mengikuti seluruh kegiatan PKL penuh dengan kesungguhan, disiplin, dan bertanggungjawab.

“Selama kalian melaksanakan PKL di sini (Balitek KSDA), tidak hanya bidang pekerjaan saja yang perlu kalian pelajari, tapi juga nilai-nilai positif dan budaya kerja. Selalu laksanakan tugas yang ada dengan baik, bersungguh-sungguh, disiplin, dan patuh pada ketentuan yang berlaku di Balai,” pesan Ishak kepada para mahasiswa.

Ishak juga memberikan arahan kepada staf Balitek KSDA yang hadir untuk memberikan pelayanan dan bimbingan yang baik kepada seluruh mahasiswa. “Kita harus selalu memberikan pelayanan yang baik kepada siapa pun yang datang ke kantor ini, tidak terkecuali para mahasiswa PKL ini,” tegas Ishak.

Pada kesempatan tersebut, para mahasiswa diberikan kesempatan untuk memperkenalkan diri serta menyampaikan paparan rencana kegiatan PKL masing-masing. Ada dua tema yang menjadi rencana target PKL para mahasiswa, yaitu kegiatan pengamatan satwa dan pengelolaan herbarium. Kegiatan pengamatan satwa akan difokuskan pada pengamatan perilaku monyet ekor panjang, pengamatan persebaran monyet ekor panjang, serta penghitungan populasi beruk di KHDTK Samboja. Sedangkan kegiatan pembuatan herbarium akan difokuskan pada pengamatan tumbuhan monokotil dan dikotil serta pengelolaan Herbarium Wanariset.

Acara dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab antara para mahasiswa dan peneliti dan staf Balitek KSDA. Beberapa masukan dan saran untuk perbaikan pelaksanaan PKL muncul pada sesi diskusi ini, salah satunya saran dari Dr. Tri Atmoko, peneliti satwa Balitek KSDA. Ia menyampaikan agar output kegiatan PKL para mahasiswa dapat menghasilkan berupa tulisan popular semi ilmiah.

“Untuk tingkatan PKL mahasiswa S1, sebaiknya para mahasiswa dapat mencapai output berupa naskah majalah Swara Samboja dari hasil kegiatan di Balitek KSDA. Nanti para mahasiswa bisa dipandu oleh para peneliti sesuai dengan bidangnya,” kata Tri.

Kasi DISP, Taufiqurrohman menekankan perlunya para mahasiswa untuk mempunyai rencana kegiatan mandiri yang dapat dipadukan dengan kegiatan balai. Para mahasiswa diminta untuk dapat berpartisipasi aktif serta mempunyai inisiatif untuk mengisi jadwal selama kegiatan PKL di Balitek KSDA.

“Setelah rapat ini, para mahasiswa akan dibantu oleh mentor PKL menyusun jadwal kegiatan harian sampai dengan masa berakhirnya PKL. Harapannya waktu PKL yang singkat ini dapat dimanfaatkan secara efektif untuk mendulang pengalaman dari Balai. Jadwal tersebut juga menjadi acuan baik bagi peserta PKL maupun pemandu PKL dari Balitek KSDA,” kata Taufiq.

Setelah diskusi rapat selesai, para mahasiswa dibantu oleh mentor menyusun jadwal kegiatan PKL secara detail. Para mahasiswa juga akan memperbaiki proposal kegiatan PKL yang disinkronkan dengan kegiatan Balitek KSDA, salah satunya adalah kegiatan penelitian Prioritas Nasional (PRINAS) dengan tema Aplikasi Riset Teknologi Herbal Hutan di KHDTK Samboja.

Share Button

Majalah Swara Samboja Vol X No 1 Th 2021

Salam Konservasi,

Selama kurun waktu 2018 s.d 2020 sebanyak 40 individu penyu ditemui terdampar di perairan pesisir Balikpapan dan sebagian besar telah dirilis kembali ke alam. Hal ini merupakan salah satu upaya penyelamatan penyu di Balikpapan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Topik tentang Penyu ini akan menjadi Tajuk Utama Majalah Swara Samboja kali ini yang disampaikan Heri Seputro dan Mukhlisi dalam artikel berjudul Keberadaan Penyu (Cheloniidae) di Perairan Pesisir Balikpapan: Resiko Keterancaman dan Tantangan Konservasi di Masa Depan.

Selanjutnya di rubrik Artikel, Teguh Muslim, akan membahas konflik antara buaya dan manusia serta upaya pencegahannya dalam tulisan berjudul Populasi Buaya Muara Meningkat atau Rusaknya Habitat? Menelisik Konflik Buaya dan Manusia Yang Makin Tinggi.

Mengenal Spathodea campanulata Jenis Invasif Penting di KHDTK Samboja yang ditulis Bina Swasta Sitepu menjadi sajian berikutnya. Dalam artikel ini dibahas temuan jenis  S. campanulata di  KHDTK Samboja pada tingkat pohon dengan dominansi yang cukup tinggi dan perlu mendapatkan perhatian khusus.

Selanjutnya, Noorcahyati dan Sulton Afifudin akan membagikan tulisan berjudul Menyuling Wangi, Mendulang Harapan di Sungai Hitam. Artikel ini membahas potensi pemanfaatan pohon kayu putih (Melaleuca cajuputi) di Sungai Hitam Samboja menjadi minyak kayu putih dan berbagai produk lainnya dengan tetap memperhatikan kelestarian habitat bekantan.

Sebagai penutup pada edisi kali ini, Mira Kumala Ningsih dkk. membahas tentang pencampuran limbah organik dari rumah tangga dengan kotoran rusa menjadi pupuk organik dan ujicoba untuk tanaman kehutanan dalam tulisan berjudul Pemanfaatan Limbah Organik sebagai Pupuk Tanaman Kehutanan di Persemaian.

Pada edisi ini, Swara Samboja mengetengahkan sosok inspiratif Prof. Dr. Tukirin Partomihardjo. Beliau dikenal sebagai “Raja Krakatau”, Profesor penelitian di bidang biologi dengan salah satu karya besarnya adalah perihal ekologi suksesi ekosistem di Gunung Krakatau.

Selamat Membaca!!!

Link: Majalah Swara Samboja Vol X No 1 Th 2021

Share Button

Balitek KSDA Meninjau Areal Usulan Taman Kehati Kelurahan Sotek

Sebagai upaya perlindungan jenis pohon buah dan kayu lokal, masyarakat Kelurahan Sotek, Kec. Penajam, Kab. Penajam Paser Utara mengusulkan areal kebun buah mereka dijadikan Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati). Mendukung gagasan tersebut, Balitek KSDA menurunkan tim peneliti untuk melakukan identifikasi jenis tumbuhan lokal di lokasi sebagai salah satu tahapan dalam upaya pengusulan Taman Kehati.

Tim peneliti yang diawaki oleh Tri Atmoko, Bina Swasta Sitepu, dan Teguh melakukan peninjauan dan pemetaan areal usulan dengan terlebih dulu berkoordinasi dengan Lurah Sotek, M. Harianto, perwakilan masyarakat adat pemilik lahan, dan staf Kelurahan Sotek. Berdasarkan diskusi yang dilakukan, diperoleh informasi terkait sejarah dan aspirasi masyarakat pemilik lahan terhadap rencana pembangunan taman kehati sebagaimana dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan.

“Lokasi calon Taman Kehati tersebut adalah bekas daerah permukiman yang menjadi asal muasal Kelurahan Sotek”, ungkap M. Harianto yang dibenarkan Abbas selaku tetua adat. Para pemilik lahan juga menyadari bahwa areal tersebut memiliki nilai historis khusus bagi mereka dan masyarakat Sotek pada umumnya. Pengelolaan Taman Kehati nantinya diharapkan berbasis budaya lokal, dilengkapi miniatur rumah adat suku Paser sebagai tempat menyimpan berbagai benda-benda bernilai budaya dan sejarah yang dimiliki masyarakat. Selain itu, di dalam hutan tersebut diketahui masih terdapat berbagai jenis tumbuhan sebagai perlengkapan upacara adat.

“Hasil survei di areal calon Taman Kehati ini telah dapat dipetakan jalan-jalan setapak dan kondisi jaringan sungai yang ada di dalam kawasan. Informasi tersebut penting sebagai dasar merencanakan jalur observasi selanjutnya”, ujar Tri Atmoko, Peneliti Madya Balitek KSDA yang memimpin tim dalam melakukan peninjauan awal di areal seluas 10,26 ha tersebut.

“Areal Taman Kehati saat ini didominansi oleh pohon durian, manggis, mangga, cempedak, dan beberapa jenis buah-buahan lainnya” terang Bina Swasta Sitepu. Jenis tumbuhan lainnya adalah beberapa jenis bambu, rotan, pulai, dll. Selain itu, beberapa blok areal sudah ditanami oleh pemilik lahan dengan karet, kelapa sawit, dan gaharu.

Sebagai tindak lanjut kegiatan ini, akan dilakukan inventarisasi jenis tumbuhan lokal yang ada di dalam kawasan sehingga dapat dibuat daftar keanekaragaman jenis serta diperkaya dengan informasi pemanfaatannya oleh masyarakat. Selain itu, dapat direncanakan areal untuk memperkaya keragaman jenis tumbuhan dengan jenis lokal lainnya yang dahulu pernah ada namun saat ini tidak ditemukan lagi. Salah satu contohnya adalah jenis ulin, yang saat ini hanya tinggal ditemui tunggul-tunggulnya saja.

Share Button

INVENTARISASI TUMBUHAN POTENSIAL SEBAGAI PENGHASIL MINYAK ATSIRI DI KHDTK HUTAN PENELITIAN SAMBOJA

KHDTK Samboja memiliki keanekaragaman flora yang tinggi dengan berbagai tipe tutupan kawasan dan habitat. Keanekaragaman jenis flora ini diikuti dengan potensi jenis-jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil pangan, minyak nabati, obat, maupun minyak atsiri. Informasi potensi pemanfaatan di atas belum didukung dengan informasi  keanekaragaman jenis tumbuhan berdasarkan kelompok pemanfaatan serta potensi tegakan di lapangan.

“Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi jenis-jenis tumbuhan berpotensi sebagai pengasil minyak atsiri di KHDTK Samboja serta potensi tegakan yang dapat digunakan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan selanjutnya terkait teknologi pemanfaatan maupun usaha budidaya”, kata Taufiqurrohman, Kepala Seksi Data Informasi dan Sarana Penelitian Balitek KSDA.

Inventarisasi tumbuhan potensial sebagai penghasil minyak atsiri di KHDTK Hutan Penelitian Samboja dilakukan pada 4 s.d. 12 Agustus 2021. “Eksplorasi pengamatan pohon induk berpotensi sebagai pengasil minyak atsiri dilakukan dengan melakukan survey pada jalur pejalan dan penelitian yang ada di kawasan KHDTK Samboja, termasuk areal-areal berhutan yang ditengarai memiliki potensi tegakan penghasil minyak atsiri,” terang Bina Swasta Sitepu, peneliti bidang flora yang memimpin survey ini.

Kegiatan ini diawali dengan dilakukan penelusuran pustaka terhadap jenis-jenis tumbuhan hutan yang diketahui memiliki kandungan minyak atsiri, seperti: Cananga odorata, Melicope spp., Litsea spp., Cratoxylum spp., Myristica spp., Knema spp., Syzygium spp., dll. “Setiap tumbuhan  yang ditemukan   dicatat nama jenis, bagian yang berpotensi mengandung minyak atsiri, ukuran fisik berupa diameter dan tinggi, serta koordinat lokasi penemuan tegakan untuk memudahkan dalam pengamatan dan eksplorasi selanjutnya,” imbuh Bina.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari pengamatan pohon induk pada tahun 2020 yang fokus pada pohon dari genus Baccaurea dan Durio sebagai penghasil pangan dan obat. Informasi ini akan digunakan sebagai data pendukung  keanekearagaman hayati , khususnya flora, di KHDTSamboja, serta potensi pengembangan pemanfaatan hasil hutan nonkayu untuk kegiatan penelitian dan pengembangan.

Share Button

Dharma Wanita Persatuan Balitek KSDA dan SMA Al Hayat Ikuti Webinar Edukasi Mangrove

Anggota Dharma Wanita Persatuan Balitek KSDA bersama 20 orang siswa SMA Al Hayat Samboja mengikuti acara webinar “Edukasi Restorasi Ekosistem Mangrove” secara terpisah di Ruang Rapat dan Taman Kreasi Pongo Kantor Balitek KSDA pada Kamis, 24 Juni 2021 lalu. Webinar ini digelar oleh BLI Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkolaborasi dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP) BLI KLH, dalam rangka menyemarakkan peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) 2021.

Acara webinar ini bertujuan memberikan edukasi kepada kalangan ibu dan kaum muda sebagai elemen masyarakat yang dapat berperan penting dalam mendukung upaya konservasi mangrove saat ini dan ke depan. Edukasi adalah jalan strategis untuk meningkatkan pemahaman pada masyarakat tentang pentingnya ekosistem hutan mangrove.

Peran Ibu dan Generasi Muda dalam Konservasi Mangrove

Peran ibu dalam konteks konservasi mangrove, selain memainkan peran memberikan pendidikan langsung kepada anak-anaknya di rumah, mereka juga mempunyai kesempatan dalam memberikan edukasi tentang mangrove melalui bidang pekerjaan yang digeluti (tenaga pendidik, konservasi, peneliti, pemerintahan, dll), termasuk melalui gerakan dari berbagai komunitas, seperti kelompok tani, PKK, dharma wanita, dan sebagainya.

“Sosok ibu, merupakan pendidik pertama dalam kehidupan anak, selain tentunya sebagai orang yang paling dekat dengan anak-anaknya. Apabila memiliki pemahaman tentang pentingnya menjaga hutan tetap baik, ibu akan menjadi garda terdepan dalam pembentukan karakter cinta alam pada generasi muda,” jelas Dr. Agus Justianto, Kepala Badan Litbang dan Inovasi (BLI), saat membuka webinar.

Agus juga menekankan bahwa pembentukan karakter sangat penting bagi generasi muda. Upaya membangun karakter cinta alam bagi generasi muda dapat dilakukan melalui strategi internalisasi pendidikan lingkungan dalam materi pendidikan di sekolah.

Selamatkan Mangrove Kita 

Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia, 3,31 juta hektar atau ±20% luas mangrove dunia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan terdapat 637 ribu hektar lahan mangrove yang kritis di Indonesia.

“Kerusakan Mangrove disebabkan konversi mangrove menjadi tambak, pertanian, pemukiman, infrastruktur. Pertambahan jumlah penduduk juga menyebabkan tekanan pada mangrove semakin tinggi, termasuk pengembangan industri di daerah pesisir, eksploitasi air tanah, reklamasi pantai, dan juga sampah-sampah yang dibuang ke laut,” ungkap Dr. Virni Budi Arifanti, peneliti BLI KLHK yang menjadi narasumber dalam webinar ini.

Virni mengungkapkan, dampak negatif dari kerusakan mangrove terhadap kawasan pesisir beragam, seperti pemukiman ambles dan tergenang air. Daerah pesisir yang tidak mempunyai mangrove juga beresiko lebih tinggi terhadap ancaman terjangan gelombang tsunami.

Untuk menyelamatkan mangrove, Indonesia, pemerintah berkomitmen untuk mengimplementasikan secara nyata pemulihan dan perlindungan mangrove. Dari luas lahan kritis 637 ribu hektar, sudah dilakukan rehabilitasi seluas 17 ribu hektar pada 2020 lalu. Adapun sasaran indikatif rehabilitasi hingga tahun 2024 yaitu 620 ribu hektar.

Pengalaman Rehabilitasi Mangrove 

Merehabilitasi mangrove bukanlah pekerjaan yang mudah.  Koordinator relawan mangrove SMA Negeri  8 Kota Balikpapan, Rugun Parhusip, S.Pd, mengisahkan pengalaman tim relawannya selama 14 tahun terakhir sejak 2007 silam, dalam webinar ini.

Tim relawan mangrove terdiri atas 4 orang guru serta beranggotakan 100 siswa SMAN 8 yang dididik bergantian setiap penerimaan siswa baru.

“Mulai dari 2007 sampai sekarang, tim ini solid bersama-sama, bahu membahu bagaimana kita untuk mengembalikan atau mengijaukan hutan mangrove di Kelurahan Margomulyo,”ungkap Rugun.

Kegiatan relawan menjadi kegiatan ekstra kurikuler SMAN 8, yang dilaksanakan satu kali dalam satu minggu setiap hari Jumat. Aktivitas yang dilakukan relawan adalah pemilihan bibit, pembibitan, penanaman/penyulaman, pembersihan /perawatan, dan pemaanfaatan buah mangrove. Selain itu juga dilakukan kunjungan ke lokasi mangrove yang lain untuk identifikasi beberapa jenis mangrove dan membuat herbarium.

Kini, relawan mangrove SMAN 8 Balikpapan mampu membibit ratusan propagule. Di sana juga tersedia rumah bibit yang mampu menampung kurang lebih tiga ribu bibit.

Upaya tersebut membuahkan hasil, hutan mangrove rusak di belakang sekolah mereka kini sudah menghijau. Bahkan, bekantan pun sudah muncul, sehingga kawasan mangrove tersebut mampui menjadi kawasan ekowisata yang menarik dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Kiprah Generasi Muda dalam Restorasi Mangrove

Salah satu generasi muda yang inspiratif dan juga telah berkiprah dalam rehabilitasi dan pemanfaatan mangrove, ikut membagikan pengalamannya sejak zaman kuliah, dalam webinar ini.

“Sepengalaman saya, peran dari generasi muda sangat vital, karena walau pun pionirnya itu para orang tua, tapi jika tidak diteruskan oleh generasi muda, itu akan percuma, akan tinggal menjadi kenangan saja,”ujar Cahyadi Kurniawan, S,Kel., M.Si., CEO Batik Bakau, pembicara dari generasi muda dalam seminar ini.

Untuk itu menurut Cahyadi, sangat diperlukan penyampaian informasi tentang mangrove kepada generasi muda. Dalam paparannya, Cahyadi menjelaskan kenapa mangrove harus direstorasi, prosesnya (kesesuaian zonasi, persiapan areal tanam, pembibitan dan penamaman, hama dan penyakit, serta monitoring dan evaluasi), siapa yang terlibat, proses keselamatan kerja dalam restorasi, tantangan, dan kunci sukses restorasi mangrove. 

“Selama saya menangani mangrove ini, kegiatan restorasi yang berhasil, harus kegiatan yang berkelanjutan,”lanjut Cahyadi. Kunci sukses lainnya adalah kepastian lahan, pelibatan masyarakat lokal, dukungan pemerintah, dan tim yang solid.

Selain melakukan aksi langsung di lapangan, kampanye kreatif juga dapat menjadi strategi mengedukasi pentingnya mangrove. Antara lain melalui, film mangrove, industri kreatif mangrove seperti batik bakau, sabun mangrove, berbagai makanan olahan dari mangrove. Dalam semua kegiatan ini, peran ibu menjadi unsur penting keberhasilannya.

Terkait industri kreatif, kini Cahyadi menekuni batik bakau dengan pewarnaan alami dari limbah bakau. Melalui Batik Bakau ini, secara ekonomi sudah cukup mampu mendukung kehidupan Cahyadi, termasuk pemberdayaan masyarakat setempat dalam proses produksinya.

Aspek sains, pengalaman rehabilitasi, pemanfaatan, kampanye, dan edukasi mangrove di tingkat tapak, yang dihadirkan dalam webinar ini diharapkan dapat menjadi sebuah pembelajaran berharga bagi kaum ibu dan generasi muda lainnya, terutama yang tinggal di kawasan pesisir.

Share Button

Dukung Forest City, Tim Peneliti Balitek KSDA Kaji Biodiversitas di Lanskap IKN Baru

Untuk mendukung pembangunan IKN baru dengan konsep forest city dalam aspek pengelolaan biodiversitas, Tim Peneliti Balitek KSDA melakukan Kajian Biodiversitas dan Potensi Koridor Satwa Liar di Sekitar Lanskap Ibu Kota Negara (IKN) Baru pada 29 Maret s.d. 6 April 2021. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Mukhlisi, Burhanuddin Adman, Teguh Muslim dan Warsidi.

Koridor satwa liar merupakan salah satu langkah untuk mempertahankan konektivitas habitat sebagai alternatif  untuk mewujudkan konsep kota yang modern, namun peduli terhadap lingkungan. Koridor dapat dimanfaatkan menjadi jalur perlintasan maupun habitat bagi berbagai jenis satwa liar, sehingga viabilitas populasinya tetap dapat terjaga dengan baik. Untuk itu, identifikasi keragaman satwa liar di sekitar koridor diperlukan dengan berbagai pendekatan metode yang telah ada.

“Ecoacoustic merupakan salah satu metode baru untuk mempelajari keragaman satwa dengan basis suara. Metode ini juga bermanfaat untuk mendukung perencanaan wilayah dan mitigasi efek pencemaran suara yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan infrastuktur kota,” jelas Mukhlisi sebagai ketua tim penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan di dua areal perusahaan konsesi kehutanan. “Lokasi yang kami ambil yaitu PT. ITCI Kartika Utama (ITCIKU) dan PT. ITCI Hutani Manunggal (IHM), mengingat kedua areal konsesi tersebut berada pada satu lanskap yang masih terhubung. PT ITCIKU merupakan konsesi hutan alam sedangkan PT IHM adalah konsesi hutan tanaman, khususnya jenis Eucalyptus pellita,” kata Mukhlisi.

Lebih rinci, Mukhlisi menjelaskan teknik pengumpulan data penelitian ini. “Pengumpulan data lapangan difokuskan pada aspek biodiversitas satwa liar dengan menggunakan metode pengamatan secara langsung berdasarkan perjumpaan visual, suara, jejak, bekas kotoran, cakaran, dll. Sementara itu, data biodiversitas satwa juga didukung dengan pemasangan alat bioakustik dan camera trap. Bioakustik berperan untuk mendata keragaman satwa liar berdasarkan aspek rekaman suara sedangkan camera trap berdasarkan gambar/video yang tertangkap kamera otomatis,” terang Mukhlisi.

Pada masing-masing lokasi di PT. ITCIKU dan PT. IHM. Setiap lokasi dipasang 3 alat perekam suara bioakustik  selama 3 hari (36 jam) dengan jarak antar alat antara 1-2 Km. Lokasi pemasangan alat di PT. ITCIKU berada di sekitar areal hutan penelitian arsari lestari (kawasan pelestarian plasma nutfah) Agathis sp. Sementara itu, di areal PT. IHM alat bioakuatik dipasang di hutan sekunder sekitar air terjun Tembinus dan areal hutan tanaman. “Berdasarkan pengamatan lapangan, hutan sekunder di Tembinus masih berbatasan dengan areal PT. ITCIKU. Areal pemasangan alat di hutan tanaman PT. IHM berada di lokasi penanaman Eucalyptus pellita yang telah ditanam sejak 2016-2017,” kata Burhanudin Adman,menjelaskan teknis pelaksanaan penelitian di lapangan .

Dari hasil pengamatan tim penelitian di lapangan, diperoleh temuan beberapa satwa yang dijumpai secara langsung antara lain sempidan merah (Lophura erythrophthalma), julang emas (Rhyticeros undulatu), lutung merah (Presbytis rubicunda), lutung kelabu (Trachypithecus cristatus), owa kelawat (Hylobates muelleri), babi berjenggot (Sus barbatus), pelanduk napu (Tragulus napu), beruang madu (Helarctos malayanus), dll.

Share Button