Menuju Restrukturisasi Badan Litbang Kehutanan yang Adaptif

Untuk meningkatkan sinergisitas arah dan program Badan litbang kehutanan dengan agenda prioritas pemerintahan baru yang tertuang dalam “NAWA CITA”, diperlukan restrukturisasi Badan Litbang kehutanan. Dalam rangka proses tersebut, Badan Litbang Kehutanan mengundang beberapa stakeholder dari BAPPENAS dan Kementerian Pertanian, Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kehutanan serta para sesepuh Badan Litbang Kehutanan untuk memberikan masukan serta sharing pengalaman dalam acara pembahasan Kelembagaan Badan Litbang Kehutanan di Hotel Puri Avia Resort, Cipayung – Bogor, pada hari Rabu (03/09).

“Efektifitas organisasi dan tata kerja litbang kehutanan perlu mendapat perhatian khusus agar sinergisitas kegiatan litbang dapat berjalan sebagaimana mestinya,” kata Prof. Dr. Ir.San Afri Awang, M.Sc, Kepala Badan Litbang Kehutanan dalam Sambutan dan Arahannya.

Kabadan berharap bahwa dalam proses restrukturisasi perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a). Badan Litbang kehutanan harus mampu menerjemahkan “NAWA CITA” dalam setiap program dan kegiatan; b). Evaluasi distribusi SDM untuk proses sharing pengetahuan antara senior dan yunior; c). Memantapkan hubungan struktural dan fungsional; d). Sarana dan prasarana litbang harus diperkuat untuk mendukung inovasi dan perkembangan ilmu pengetahuan terkini.

Selain itu, Kabadan berharap bahwa para pemimpin mempunyai orientasi ke depan untuk menjadikan Iptek menjadi sesuatu yang sangat strategis. “Penelitian dasar dilakukan dan pengembangan tetap berjalan. Dengan demikian, Litbang betul-betul akan dipakai dan para peneliti akan merasa seperti di rumah sendiri,” kata Kabadan.

“Litbang sangat strategis!,” kata Dr.Basah Hernowo, Direktur Konservasi Hutan dan Sumber Daya Hutan Bappenas mendukung kebijakan Kabadan. “Ilmu pengetahuan essensial bagi kesejahteraan, keamanan, kesehatan, lingkungan dan kualitas hidup kita ke depan,” tegas Dr. Basah

Dr. Basah berharap bahwa kelembagaan litbang kehutanan dapat berbasis pada 3 hal yaitu produk, bisnis proses dan ekosistem. Penelitian dan pengembangan (litbang) berbasis produk diklasifikasikan pada tingkat hulu (benih hingga panen) saja atau hulu sampai hilir. Litbang berbasis bisnis proses meliputi penelitian dasar, penelitian aplikatif, hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu serta keanekaragaman hayati dan industri. Sedangkan Litbang berbasis ekosisitem meliputi ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan hidup serta kemitraan.

Di sisi lain Dr. Ir. Sunaryo, Staf Khusus Menteri Kehutanan, Bidang Pengembangan SDM dan Reformasi Birokrasi menyatakan bahwa kondisi kelembagaan Kementerian Kehutanan saat ini adalah 1) Inkonsisten: Tipe integrasi tapi tidak benar-benar terintegrasi; 2) Terfragmentasi (penanganan satu fungsi oleh banyak unit) dan Inefisien; 3) Ketepatan diferensiasi (division of labor); dan 4) Tumpang tindih dengan K/L lain.

Sejalan dengan pernyataan Ir. Sunaryo, Ir. Happy Rezkiana, Kepala Bagian Kelembagaan dan Biro Hukum Kehutanan berpendapat bahwa harus ada alternatif kelembagaan Kementerian Kehutanan pada periode 2015 -2019. “Dengan mengintegrasikan Badan REDD (PERPRES 62/2013) kedalam Kementerian Kehutanan, maka Struktur Organisasi Kementerian Kehutanan menjadi 10 Unit Eselon I, dengan penghematan berupa satu Kepala Badan setingkat Menteri, 3 Deputi setingkat eselon I, 1 Sekretaris setingkat eselon I, serta 16 unit Eselon II, dan 64 unit eselon III,” kata Ir. Happy

Dalam proses pembahasan tersebut telah menghasilkan beberapa alternatif kelembagaan Badan Litbang Kehutanan dari Ir. Happy, Ir. Sunaryo dan Dr. Ginting (Sesepuh Badan Litbang Kehutanan).

Ir. Happy  menyarankan bahwa struktur Badan Litbang sebagai berikut: 1) Sekretariat; 2) Pusat Penelitian Hutan dan Konservasi Alam; 3) Pusat Penelitian Hasil Hutan; 4) Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan; 5) Pusat Inovasi dan Pengembangan.

Sedangkan, Ir Sunaryo merekomendasikan organisai Litbang sebagai berikut: 1) Kelompok Penelitian Hutan dan Konservasi Alam (Keberadaan SDA, produksi barang hulu, produksi jasa, konservasi SDA); 2) Kelompok Penelitian Peningkatan Nilai Tambah Hasil Hutan (Pengolahan barang, pengembangan teknologi, industri kreatif); 3) Kelompok Penelitian Sosial Ekonomi (aspek pelaku/terdampak, nilai ekonomi, pengelolaan hutan, pemasaran); 4) Kelompok  Pengembangan IPTEK (penerapan IPTEK, Sosialisasi IPTEK, Pendidikan IPTEK); dan 5) Balai Penelitian Kehutanan (semua memiliki kekhususan tertentu/kelompok kekhususan tertentu).

Disisi lain, Dr. Ginting mengusulkan organisasi litbang sebagai berikut: 1) Rasionaliasisal Organisasi di Pusat untuk efesiensi-efektifitas pemanfaatan SDA, 2) Perlu ditata, nomenklatur nama-nama unit kerja sulit dipahami dan jauh dari kebiasaan internasional. Contoh Puskonser; dan 3) Penyempurnaan tata aturan tata hubungan kerja Pusat dan Balai-balai.

“Perubahan organisasi selalu terjadi. Oleh sebab itu, fokus untuk mendukung litbang dan bukan pada jabatan,” tegas Dr. Ginting.***

Materi terkait, silahkan download di bawah ini:

  1. Implikasi Program Pembangunan Sektor Kehutanan Terhadap Organisasi Litbang Kehutanan
  2. Struktur Organisasi Kementerian Kehutanan
  3. Kelembagaan Badan LITBANG Kehutanan yang Adaptive thd Reformasi Birokrasi Pasca Transisi Pemerintah Baru
  4. Pengalaman dan Tantangan Kelembagaan Balitbangtan

sumber : klik di sini

Share Button

Holding BUMN Kehutanan

Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, menyatakan bahwa pemerintah juga akan membentuk induk usaha atau holdingperusahaan pelat merah di sektor kehutanan. 

Menurut Dahlan, upaya pembentukan holding BUMN Kehutanan ini diperlukan demi meningkatkan performa dan kinerja industri. Salah satunya adalah PT Inhutani yang memiliki unit bisnis utama meliputi usaha di bidang industri pengolahan kayu, pengelolaan hutan alam, dan pengelolaan hutan tanaman.

“Zaman dulu, Inhutani merupakan perusahaan yang kaya pada tahun 70-an, karena Inhutani bisa menebang hutan untuk menjual kayu gelondongan. Tetapi, sudah 15 tahun terakhir, Inhutani susah sekali,” ujar Dahlan di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin malam 30 Juni 2014.

Ia menjelaskan, penjualan hasil BUMN kehutanan hanya sekitar Rp4,8 triliun. Jika dibagi, porsi Inhutani jauh lebih kecil, yaitu delapab persen. Sedangkan perolehan Perhutani mencapai 92 persen.

Untuk itu, Kementerian BUMN diberikan amanat untuk merampingkan postur perusahaan pelat merah, sekaligus mengembangkan kemampuannya.

Holding Kehutanan ini misinya lebih banyak untuk perampingan BUMN. Ada juga misi supaya pengembangan bisa lebih cepat, karena kemampuan Perhutani bisa membantu yang lain. Tetapi, yang terpenting adalah rightsizing,” kata dia.

Langkah melakukan perampingan ini sudah dimulai sejak tahun lalu pada PT Inhutani. “Saya tidak mau direksinya banyak, pemiliknya banyak karena perusahaan ini kecil sekali. Jadi, Inhutani I-V ini direksinya ada yang satu dan ada yang dua, komisaris juga begitu. Supaya jangan lebuh besar pasak daripada tiang, direksi dikecilkan. Itu sudah satu tahun lalu,” papar Dahlan.

Pembentukan holding BUMN Kehutanan ini, ia menambahkan, seiring dengan upaya mewujudkan induk usaha Perkebunan. “Akhir Juli sudah bisa jalan. Saya kira efektif terbentuk. Dalam Sidang Kabinet tidak ada masalah dan semua mengatakan itu baik. Akan ada Peraturan Pemerintah nanti. Izin Presiden sudah di Sidang Kabinet,” kata Dahlan.

Sumber : klik di sini

Share Button

Menyelamatkan Orangutan di Lanskap Kutai Melalui Pembangunan Koridor

Habitat orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus morio) yang saat ini terfragmentasi oleh berbagai aktivitas manusia perlu dihubungkan kembali dengan membangun koridor. Salah satu habitat orangutan tersebut berada di Lanskap Kutai, Kalimantan Timur. Habitatnya yang awalnya berhutan luas telah berubah fungsi menjadi areal Hutan Tanaman Industri (HTI), pertambangan batubara, perkebunan kelapa sawit dan pemukiman.

Pembangunan koridor adalah salah satu solusi untuk mempertahankan dan menghubungkan habitat orangutan guna menyelamatkan orangutan di Lanskap Kutai. Menurut Dr. Yaya Rayadin, Pakar Orangutan dari Universitas Mulawarman, pembangunan koridor orangutan ini penting. “Banyak areal bervegetasi di kebun sawit atau tambang yang terfragmentasi sehingga areal tersebut dapat menjadi jebakan satwa apabila tidak ada koridor yang menghubungkan areal-areal tersebut,” kata Dr. Yaya.

Terkait itu, tahun 2011 Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) telah memulai kegiatan penelitian pembangunan koridor orangutan yang dilaksanakan oleh tim penelitinya yaitu Dr. Wawan Gunawan, M.Si, drh. Amir Ma’ruf, M.Hum, Mukhlisi, M.Si dan Tri Sayektiningsih, S.Hut.

Kajian sementara telah menghasilkan kriteria dalam menentukan keputusan kelayakan pembangunan koridor di suatu tempat dan kriteria desain pembangunan koridor. Dr. Wawan Gunawan, peneliti pengelolaan kawasan, salah satu tim penelitinya menyatakan bahwa kriteria ini merupakan hasil dari kristalisasi wawancara dengan para pakar orangutan, pakar kehutanan, pakar ekologi lansekap dan birokrat di jajaran Kementerian Kehutanan.

“Kriteria pembangunan koridor orangutan masih memerlukan pengujian di lapangan untuk menyempurnakan kriteria yang ada dan agar dapat diimplementasikan dengan mudah di lapangan,” jelas Wawan.

Tahun ini kegiatan kajian pengembangan koridor dilaksanakan di areal reklamasi tambang batubara PT. KPC Sangatta. Areal ini adalah bagian dari lanskap Kutai dan berada tidak jauh dari kawasan TN. Kutai. Dari luas konsesi kurang lebih 90 ribu ha terdapat beberapa fragmen hutan yang difungsikan sebagai gudang benih untuk mempercepat reklamasi. Fragmen hutan juga berperan sebagai kantung habitat pengungsian untuk satwaliar di sekitar areal pertambangan.

Berdasarkan pengamatan pada areal tersebut masih dijumpai banyak sarang orangutan di setiap fragmennya. Menurut Mukhlisi, M.Si., salah satu anggota tim penelitian, terdapat beberapa fragmen potensial untuk dihubungkan dengan koridor dalam areal PT. KPC yaitu antara areal Pit ABeast dan Pit Taman Payau serta antara Pit Telaga Batu Arang (TBA) dan kawasan Taman Nasional Kutai.

Di kawasan tersebut juga teridentifikasi jenis tumbuhan pakan yang kerap dikonsumsi oleh orangutan yaitu Cassia suratensis dan Cassia siamea. Dengan menggunakan pendekatan analisis pairwise comparasion dan spasial selanjutnya akan dapat dihasilkan rekomendasi antar fragmen mana saja yang harus dan layak dibangun serta bagaimana desain koridornya.

Menghubungkan antar fragmen hutan tidak hanya penting untuk orangutan namun juga bagi satwaliar lainnya. Namun demikian untuk pembangunan koridor di areal reklamasi tambang batubara memerlukan komitmen yang kuat dari pihak perusahaan. Sejauh ini perusahaan sangat mendukung pelaksanaan penelitian pembangunan koridor di areal reklamasi PT. KPC. “Kami sangat mendukung penelitian terkait pembangunan koridor orangutan,” ungkap Immanuel Manege, General Manager of the Health, Safety, Environment and Security (HSES) division PT. KPC.***(TA)

Share Button

Menulis populer, siapa takut..!!

 

Balitek KSDA (Samboja, 28/8/2014). Acara rapat Peneliti di ruang rapat Balitek KSDA mendadak berlangsung lebih lama setelah diadakan pelatihan menulis populer. Materi disampaikan oleh Tri Atmoko, salah seorang peneliti madya di Balitek KSDA. Pelatihan ini diikuti 12 orang yang didominasi peneliti, teknisi dan staf non struktural lainnya.

Pelatihan dimulai dengan “Tell us story”. Setiap peserta diberi kesempatan masing-masing selama sekitar dua menit untuk menceritakan apa saja hal menarik yang dia alami. Pada kesempatan kedua, peserta menuangkan ceritanya dalam sebuah tulisan. Ternyata kebanyakan kita cenderung lebih lancar dalam bercerita namun saat menulis banyak yang macet dan kehilangan ide. “Menulis adalah berceritera lewat tulisan” ungkap Tri menanggapi hal tersebut.

Antun Puspanti, peneliti muda di Balitek KSDA, menyatakan bahwa selama ini orang sulit untuk membuat tulisan karena sulit untuk menemukan mood dan materi yang bagus untuk ditulis.

Manurut Tri, hal itu umum terjadi pada awal-awal belajar menulis. Dalam slide-slide presentasi berikutnya ditambilkan tulisan-tulisannya yang penuh dengan coretan-coretan oleh redaksi sekitar sepuluh tahun yang lalu. Ini adalah bukti bahwa menulis itu memerlukan proses dan jangan takut untuk mulai menulis dari sekarang. Diibaratkan seperti belajar berenang dimana setiap orang harus nyebur dulu di air.

Menulis berita harus membuat suatu berita penting menjadi menarik dan relevan. Bagaimana membuat berita yang menarik?

foto 2 pelatihan menulis berita

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

  • Untuk membuat berita berkualitas, harus terdapat unsur-unsur kebaruan, dampak, prominence, proximity, bizarreness, dan konflik.

  • Agar berita dibuat secara terstruktur, buat berita dengan metode piramida terbalik. Yang dimaksud dengan piramida terbalik yaitu ide utama dari berita tersebut atau informasi menarik dari suatu kejadian disampaikan di bagian awal tulisan. Hal ini sering disebut dengan lead.

  • Kelengkapan informasi 5W + 1H Penjelasan-penjelasan mengenai informasi tersebut disampaikan secara lebih detail di kalimat atau paragraf selanjutnya.

  • Gunakan kalimat-kalimat pendek yang mudah dipahami pembaca. Kalimat panjang membuat pembaca tersesat.

Pada akhir pelatihan, peserta yang mayoritas peneliti ini mengagendakan pembuatan artikel untuk meliput hasil atau pengalaman peneliti saat di lapangan.

Penulis : Ike Mediawati, Deny Adi Putra, Antun Puspanti, Mukhlisi, Agustina Dwi Setyowati, Septina Asih Widuri, Burhanuddin Adman, Ahmad Rifani, Mira Kumala Ningsih, Bina Swasta Sitepu, Eka Purnamawati

 

Share Button

Materi Unggulan Kaltim Expo 2014 dari Balitek KSDA

Dalam rangka diseminasi hasil-hasil penelitian, Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) ambil bagian dalam kegiatan Pameran Pembangunan bertajuk “Kaltim Expo 2014”. Pameran ini diadakan dalam rangka memeriahkan HUT Kemerdekaan RI ke-69 dengan mengambil tempat di kompleks Stadion Sempaja Samarinda dari tanggal 22-26 April 2014. Kegiatan yang diadakan setiap tahun ini dibuka langsung oleh Gubernur Kalimantan Timur, Dr. H. Awang Faroek Ishak dengan mengambil tema “Mendorong Transformasi Ekonomi Berbasis Pemanfaatan Sumber Daya Alam Terbarukan”.

“Pameran merupakan salah satu upaya pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat untuk memperlihatkan progres pembangunan. Saya minta kepada seluruh SKPD menampilkan semua data secara transparan, karena sekarang ini merupakan era keterbukaan informasi”, kata Awang Faroek dalam pembukaan pameran.

Balitek KSDA sebagai UPT Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan di Kalimantan Timur turut berpartisipasi dengan mendiseminasikan hasil penelitian kepada pengunjung pameran baik dari instansi pemerintah, pelaku usaha maupun masyarakat umum. Bersama Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur, Balitek KSDA bersama dengan beberapa UPT Kementerian Kehutanan di Kalimantan Timur menampilkan tema kehutanan dalam satu stand yang sama.

Informasi mengenai jenis pohon lokal Kalimantan Timur untuk revegetasi lahan pasca tambang batubara menjadi unggulan Balitek KSDA pada pameran ini. Melalui penelitian penggunaan jenis-jenis pohon lokal Kalimantan Timur untuk revegetasi lahan pasca tambang batubara, Burhanuddin Adman, S.Hut, M.Si dari Balitek KSDA bekerjasama dengan PT Singlurus Pratama merekomendasikan jenis Vitex pinnata, Syzygium heteroclada dan Syzygium polyanthum. Jenis-jenis ini merupakan pohon pionir yang memiliki persen hidup dan pertumbuhan yang baik pada areal penelitian di lahan bekas tambang batubara PT. Singlurus Pratama.

Tumbuhan Berkhasiat Obat Etnis Asli Kalimantan untuk pengobatan wanita pasca melahirkan juga menjadi incaran pengunjung yang mayoritas warga Kalimantan Timur. Selain merupakan pengetahuan praktis sehari-hari, tumbuhan yang diteliti oleh peneliti Balitek KSDA, Noorcahyati, S.Hut., merupakan tumbuhan asli Kalimantan yang banyak dijumpai disekitar pemukiman dan kebun. “Kalau Durian, Murbei, dan Kelakai saya sering melihat namun baru mengetahui ada khasiat obatnya”, ujar Indah salah satu pengunjung stan. Pengunjung antusias untuk mengetahui informasi tumbuhan berkhasiat obat untuk pengobatan wanita pasca melahirkan secara lengkap di stan ini.

Kegiatan pameran pembangunan ini juga dimeriahkan dengan pameran UMKM, parade Band, jalan sehat, modern dance, lomba fotografi, dan lomba menggambar. Kaltim Expo 2014 diikuti oleh 202 stan termasuk 65 stan UKM. Peserta pameran ini terdiri dari Perbankan, BUMN, Swasta dan SKPD se-provinsi Kalimantan Timur. ***(ADS)

 Foto 2 pameran Foto 3 pameran Foto 5 pameran

 

Share Button

Rencana Kerja (Renja) Kementerian Kehutanan Tahun 2015

Peraturan Menteri Kehutanan: P.46/Menhut-II/2014 tentang Rencana Kerja Kementerian Kehutanan Tahun 2015.

download dokumen

Share Button