Syukuran Peningkatan SDM Balitek KSDA

Selamat, bagi para Teknisi Litkayasa dan Staf Balitek KSDA yang telah berhasil merampungkan studi kesarjanaannya, disamping masih tetap menjalankan tugas-tugasnya sebagai pegawai di Balitek KSDA Samboja.  Pegawai yang telah merampungkan pendidikan kesarjanaannya pada hari jum’at 3 oktober 2014 secara bersama-sama mengadakan syukuran.

Para pegawai yang telah merampungkan pendidikan tingkat kesarjanaannya diantaranya Bpk. Mujianto, Bpk. Warsidi, Bpk. Yusub Wibisono, Ibu Widyawati dan Ibu Mira Kumala Ningsih dari Teknisi Litkayasa dan seorang staf herbarium yakni Bpk. Iman Suharja.  Sebelumnya beberapa pegawai lainnya yang telah menyelesaikan studi antara lain Bpk. Idrus, Bpk. Yustinus Iriyanto dan Bpk. Nanang Riana juga telah menyelesaikan studi kesarjanaannya. Selamat juga untuk Bpk Taufiqurrahman yang telah menyelesaikan pendidikan Master MAP-nya.  Semoga dengan hasil yang telah diperoleh dapat membawa kebaikan baik bagi individu dan untuk lingkungan kerja, sesuai dengan harapan dari pegawai yang mengadakan syukuran dan juga pesan dari Kepala Balai. *Hh_

Foto009 Foto007

Share Button

Pengelolaan Koleksi dan Pengembangan Database Mikroba Hutan Tropika Indonesia (INTROF CC- Indonesian Tropical Forest Culture Collections)

Hutan hujan tropis di Indonesia memiliki sumber kekayaan hayati yang luar biasa banyaknya, mulai dari jamur, bakteri, mikroba, dan lainnya, hingga tanaman-tanaman langka maupun tanaman yang berpotensi untuk obat. Namun yang menjadi persoalan saat ini adalah bencana alam bisa mengancam kekayaan hayati yang ada di dalam hutan tersebut. Ancaman kebakaran hutan, degradasi hutan, maupun pencurian sumber hayati harus segera dibentengi.

Hal itu yang menjadi pemikiran Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) Kementerian Kehutanan. Bagaimana menyelamatkan kekayaan yang terkandung di dalam hutan hujan tropis Indonesia ini?

Dr. Maman Turjaman dan tim peneliti di Puskonser Kementerian Kehutanan mulai merancang riset pengumpulan data kekayaan isi hutan sejak 1995. Saat itu Puskonser belum ada. “Saat itu namanya Laboratorium Mikrobiologi Hutan. Kemudian berkembang menjadi Pusat Mikroba Hutan Tropika pada 2008. Lembaga ini memang menjadi penampung peneliti yang memiliki minat yang sama yakni mendata mikroba hutan karena khawatir bisa hilang atau punah akibat bencana alam, perambahan ataupun dicuri para peneliti asing,” terang Maman.

Sebetulnya riset di bidang pendataan mikroba telah ada di sejumlah negara riset maupun perguruan tinggi seperti UGM, IPB, LIPI namun lembaga-lembaga itu tidak fokus pada mikroba hutan.

Pada 11 April 2013 Indonesia ikut meratifikasi Protokol Nagoya. Inti dariprotokol tersebut ialah negara-negara maju harus memberikan keuntungan bagi negara-negara pemilik plasma nutfah. Jadi, intinya  pada pembagian keuntungan,” jelasnya.

Melalui Kementerian Lingkungan Hidup, agar Protokol Nagoya bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan, setiap negara pemilik plasma nutfah harus memiliki database koleksi mikroba hutan. “Atas dasar itu kami membuat database mikroba hutan tersebut,” ungkapnya.

Puskonser membuat peta jalan database mikroba hutan dengan lahirnya Indonesian Tropical Forest Culture Collections (INTROF CC). Diakui Maman, bahwa selama ini ada pembajakan mikroba hutan dan ketergantungan besar terhadap produk-produk impor berbasis dasar mikroba. Hal ini menjadi pemicu terjadinya penurunan pendapatan masyarakat baik lokal maupun nasional.

“Pembuatan database ini, selain untuk menangkal pencurian, juga untuk menyediakan iptek hasil litbang untuk konservasi dan pemanfaatan mikroba hutan tropis. Penyediaan data informasi mikroba ini potensial untuk Bioprospeksi yang dipakai untuk bioremediasi, bioreklamasi, biohealth,bioplastic, bioenergi, dan lain-lain,” kata Maman.

INTROF CC saat ini memiliki total koleksi pada 2013 sebanyak 3400 isolat mikroba dari berbagai daerah di Indonesia, meliputi: i) mikroba pemacu pertumbuhan tanaman, antara lain bakteri penambat nitrogen, fungi mikoriza; ii) fungi penginduksi biosintesis gaharu (mayoritas merupakan genus Fusarium); iii) mikroba lignoselulolitik; dan iv) fungi Phlebiopsis sp. dan Cerrena sp. yang berpotensi sebagai pengendali hayati untuk penyakit busuk akar yang disebabkan oleh Ganoderma sp.

Koleksi-koleksi tersebut untuk memelihara koleksi kultur mikroba, dan menjaga viabilitas karakteristiknya. Setiap peneliti bisa mengakses INTROF CC untuk mengetahui apa saja yang ada di hutan-hutan Indonesia. Koleksi-koleksi akan terus bertambah seiring dengan terus dilakukannya pencarian mikroba hutan. Targetnya setiap tahun ada 300-500 koleksi jamur, mikroba dan yeast.

Beberapa koleksi yang sudah masuk dalam database INTROF CC di antaranya jamur tristaniopis merguensis Griff. Jamur tersebut tumbuh di hutan-hutan Provinsi Bangka Belitung. Jamur tersebut biasa dipakai untuk campuran masakan mewah atau dihidangkan untuk tamu agung di China.

“Harganya Rp. 1 juta hingga Rp. 2 juta per kilogram. Supaya tidak punah, jamur tersebut langsung diisolasi untuk dibudidayakan. Menariknya, jamur itu hanya hidup di kayu pelawan berwarna agak merah. Kayunya biasa dipakai untuk arang. Namun di atas jamur sering kali dijadikan sarang lebah yang menghasilkan madu pahit,” terangnya.

Saat ini sedang diteliti mikroba pada buah merah di Manokwari, Papua Barat. Selain itu juga pada kayu gaharu yang menjadi bahan minyak wangi. Pohon gaharu sengaja dibuat ‘sakit’ dengan disuntik jamur patogen ke dalam batangnya selama tiga tahun.

Patogen ini tidak berbahaya, hanya membuat pohon sakit. Dari hasil suntikan, dari batang pohon muncul resin/racun berwujud seperti jamur yang berbau wangi. Potensi pasar gaharu di pasar internasional cukup bagus. Masyarakat memanfaatkan batang gaharu itu menjadi minyak. Harga satu botol kecil berisi 100 ml mencapai Rp. 100 ribu. Minyak gaharu  ini menjadi pencampur atau pengikat bahan pembuatan minyak wangi.

Contoh lain, koleksi fungi ektomikoriza untuk pengembangan tanaman pinus yang ditanam di Ponorogo, Majenang, dan Pati dengan luas 15 hektar. Mikroba lainnya yang sudah dikembangkan pada produk makanan yakni minuman Yakult yang menggunakan mikroba Lactobacillus casei. Produk tersebut telah dijual di banyak negara. Kemudian di bidang energi ada biomassa dengan pengembangan bioethanol dengan tetap memakai jasa jasad renik.

Selain pendataan mikroba hutan, INTROF CC yang dahulu bernama FORDA CC (Forestry Research Development Agency Culture Collection) ini menjadi dokumen penting koleksi yang dimiliki Indonesia. Dokumen yang bisa diakses secara daring (online) ini bisa menambah informasi bagi peneliti, industri, maupun pemerintah. Apabila terjadi pembajakan mikrobapun bisa dilacak sehingga dapat mencegah kerugian negara.

Usaha skrining dan pengujian mikroba hutan berkaitan dengan paket-paket teknologi pemanfaatannya untuk bioprospeksi berbasis mikroba hutan sedang terus dilakukan secara terbatas, meski dengan keterbatasan fasilitas laboratorium dan anggaran biaya riset setiap tahunnya. Untuk itu diperlukan peningkatan skala prioritas riset di tingkat nasional agar akselerasi hasil-hasil riset yang fokus pada keunggulan komparatif dapat membantu pemecahan berbagai aspek kehidupan rakyat Indonesia terutama dalam menghadapi krisis energi, pangan, kesehatan, dan perbaikan lingkungan sumber daya alam di Indonesia. Riset-riset andalan kedepan yang diprioritaskan adalah riset bioenergi, bioremediasi, biofertilizer, biohealth, biofertiliser, bioplastic, dll.***

Sumber : Klik di sini

Share Button

Wapres RI: InaCC Pelopor Pengembangan Pemanfaatan Mikroba

Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Boediono mengunjungi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong untuk meresmikan pusat depositori mikroorganisme nasional. Pusat depositori dengan nama Indonesian Culture Collection(InaCC) ini diresmikan pada Kamis pekan lalu. Selain Wapres, hadir pula Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) serta Gubernur Jawa Barat dalam acara tersebut.

Boediono menyampaikan apresiasinya terhadap langkah LIPI dan kerja keras para peneliti dalam pembangunan InaCC. “Mengingat banyaknya nilai manfaat yang bisa kita dapatkan, saya berharap ke depannya InaCC bisa menjadi pelopor pengembangan pemanfaatan mikroba,” tandasnya.

Pada kesempatan yang sama, Menristek Gusti Muhammad Hatta juga menyampaikan penghargaannya atas komitmen LIPI yang tinggi dalam pengelolaan sumber daya hayati. “Kita juga patut bangga bahwa Indonesia adalah negara yang menerima hibah dana penelitian sebesar USD 1 Milyar setiap tahun dimana kita bersaing dengan 34 negara lainnya,” ungkap Gusti.

Sejak dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 27 Mei 2007 lalu, InaCC terus berkembang dengan pesat berkat kerja sama Pemerintah Indonesia dan Jepang. Dukungan kedua pemerintah melalui program Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (SATREP) ini secara aktif berkontribusi dalam pembangnan InaCC.

Otoritas Ilmiah

Di sisi lain, Kepala LIPI Prof. Dr. Lukman Hakim mengatakan bahwa LIPI telah melakukan pengkoleksian mikroba sejak tahun 1960 dari berbagai lokasi di Indonesia. “Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan keilmuan bidang mikrobiologi menuntut adanya fasilitas yang lebih untuk menyesuaikan dengan perkembangan tersebut. Salah satunya adalah dengan pembangunan pusat koleksi mikroorganisme nasional ini,” ungkapnya.

Sebagai otoritas ilmiah pusat acuan pengelolaan sumber daya hayati nasional, LIPI memiliki tanggung jawab untuk mengawal pembangunan ilmu hayati yang adil dan selaras. Lukman berharap melalui pembangunan InaCC, maka ketersediaan mikroorganisme untuk mempercepat pemanfaatannya dapat dicapai. Hal ini tentu saja dengan memperhatikan regulasi yang selaras dengan peraturan perundang-undangan, komitmen internasional serta isu keamanan dan keselamatan.

Menurutnya, pembangunan InaCC disesuaikan untuk menopang kemajuan ilmu hayati dan bioteknologi untuk kesejahteraan manusia. “Untuk itu, kita membangun kapasitas yang berkaitan dengan identifikasi serta taksonomi mikroorganisme, karakterisasi dan preservasi yang mengacu pada standar internasional,” ungkap Lukman. Hal ini terkait manajemen koleksi serta perangkat perlengkapannya, regulasi peredaran dan dokumen-dokumen yang menyertainya.

Kedepannya, InaCC akan berperan sebagai penyedia mikroorganisme dengan kualitas yang tinggi, depositori mikroorganisme paten dan pusat referensi. Selain itu, InaCC juga akan menjalin kerja sama dengan pusat koleksi lain,menjembatani kerja sama antar penyelia, pengguna, serta sektor industri dan sebagai infrastruktur bagi pengawasan peredaran Sumber Daya Genetika. (ms)

Sumber : klik di sini

Share Button

Manfaat Kulit Buah Naga

Tuhan memberikan setiap manfaat dalam semua ciptaannya, bahkan kulit buah yang dianggap tidak bermanfaat bisa dimanfaatkan dan menghasilkan suatu produk turunan yang bisa memiliki nilai ekonomis, untuk itu setelah habis menyantap daging buah naga, jangan pernah langsung membuang kulit nya ke tong sampah.

Persentase kulit buah naga mencapai 35% dari daging buahnya.  Dan saat ini kulit buah kerabat kaktus itu dapat dimanfaatkan menjadi bahan pangan atau minuman yang lezat. Hasil riset dari Universitas Brawijaya, membuktikan bahwa kulit buah naga superred Hylocereus costaricensis 100% tanpa daging buah, dapat dijadikan bahan pangan. Kulit buah naga ini ditambahkan dengan 6% tepung keraginan sebagai pengenyal Kembang gula. Dan secara umum produk kembang gula dibuat dengan mendidihkan campuran gula, air, dan bahan pewarna.

Hasil penelitian Departement of Applied Chemistry National Chinan University juga menunjukkan bahwa kulit buah naga dapat membantu fleksibilitas pembuluh darah, dan berperan untuk menghambat pertumbuhan tumor sel tumor B16F10. Berbagai uji klinis turut membuktikan bahwa kulit buah naga yang cerah dan cenderung bersisik mengandung senyawa aktif seperti pentacyclic triyepene taraxast 20ene 3aol dan juga taraxast 12,20(30) dien 3aol. Kedua senyawa ini sangat ampuh menjaga serta melindungi kelenturan pembuluh darah. Bahkan keampuhan ini menyamai obat Troxerutin yang dikenal sebagai obat berbahan kimia yang digunakan untuk melindungi pembuluh darah mikro. Obat ini banyak beredar di pasaran dan populer digunakan untuk mereduksi potensi pembuluh darah pecah. Dengan ditemukannya kandungan pada kulit buah naga ini, tentu akan menjadi alternatif alami untuk mencegah pecahnya pembuluh darah, mencegah diabetes dan penyakit jantung.

Pengolahan secara sederhana bisa dilakukan dengan cara memotong-motong kulit buah naga yang telah dibersihkan menjadi bagian-bagian yang kecil dan dikeringkan dibawah terik sinar matahari. Setelah itu, kulit buah naga yang sudah dikeringkan tersebut, anda seduh sebagai minuman yang sering disebut dengan teh kulit buah naga.

Sumber berita : klik di sini

Share Button

Diseminasikan Litbang melalui Film

FORDA (Bogor, 26/09/2014)_Sekretaris Badan (Sekbadan) Litbang Kehutanan, Ir. Tri Joko Mulyono, M.Sc, menyerukan kepada seluruh Satuan Kerja (satker) Badan Litbang Kehutanan untuk membuat film profil satker masing-masing dengan durasi 5 menit. Hal ini disampaikan saat memberikan arahan pada acara Workshop Multimedia Badan Litbang Kehutanan di Ruang Rapat Sudiarto, Kampus Gunung Batu, Bogor (Selasa, 23/09).

“Kalau perlu disepakati layoutnya bagaimana, supaya kita lebih standar,” kata Sekbadan.

Sekbadan menyatakan bahwa pembuatan film ini merupakan salah satu cara untuk diseminasi hasil litbang. Hal ini terinspirasi dari audensi Badan Litbang Kehutanan (Balithut) dengan Badan Litbang Pertanian (Balittan), dimana Balittan memutarkan film profil pertanian yang interaktif.

Film membuat orang bisa lebih memahami apa yang sedang dan telah dilakukan oleh Balithut. Selain itu, rasa penasaran dan keingintahuan untuk lebih mengenal Balithut semakin jauh. Pada akhirnya, diharapkan dapat mengajak orang lain bisa bekerjasama atau memakai produk hasil litbang.

Untuk tujuan tersebut, Sekbadan berharap ke depan kepada seluruh satker Balithut untuk membuat film riset andalan di satker masing-masing. Selain itu, juga kegiatan litbang yang memberi dampak baik langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat.

Sekbadan menyadari bahwa pembuatan film tidaklah mudah dan membutuhkan kesabaran dan ketelitian yang tinggi. Untuk membuat film yang menarik dan interaktif dibutuhkan banyak koleksi foto maupun film. Oleh karena itu, ke depan, Sekbadan berharap bahwa Balithut harus mempunyai koleksi  lengkap baik penelitinya, karyanya maupun kegiatan penelitiannya.

“Membuat film itu harus sabar. Punya pikiran yang matang tentang temanya. Jangan pernah puas dengan gambar seadanya. Apabila dirasa jelek maka harus diambil kembali,” kata Sony Fentarto, narasumber sekaligus pengajar dalam acara workshop tersebut.

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa dalam pembuatan film agar lebih menarik harus mengambil sudut pengambilan atau angle dimana mata manusia cenderung belum biasa melihatnya. Selain itu, juga harus diperhatikan suasana serta waktu pengambilan obyek yang tepat dan memberi nilai lebih.

Workshop fotografi Badan Litbang Kehutanan diikuti oleh seluruh satker Badan Litbang Kehutanan kecuali BPK Makassar dan BP2D Samarinda. Acara tersebut dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 25-26 September 2014. Untuk menguji ketrampilan para peserta, maka diadakan lomba untuk membuat film Profil Kampus Litbang Gunung Batu, Bogor. Adapun pemenangnya adalah juara pertama dari BKSDA Samboja, juara kedua dari BPK Kupang dan juara ketiga dari BPK Aek Nauli.

Pada akhir acara, Priyo Kusumedi, S.Hut., MP mengharapkan bahwa dari kegiatan pelatihan fotografi dan videografi ini perlu ada tindak lanjut, antara lain: a). Setiap satker diharapkan membuat foto essay minimal 3-6 foto tentang Penelitian Integratif Unggulan (PIU); 2). Setiap satker membuat film beauty shot berdurasi max 3 menit dengan tema bebas. Boleh profil, aktivitas penelitian, maupun riset lainnya bisa menyampaikan pesan secara ringkas ttg riset/profil satuan kerjanya masing-masing); 3). Mengharapkan kepada pihak manajemen untuk mendukung kegiatan multimedia dengan menyediakan sarana yang dibutuhkan seperti laptop atau PC i7, tripod, tele, clip on, software adobe primer dan photoshop.

sumber berita : klik di sini

Share Button

Tingkatkan Diseminasi Hasil Litbang dengan Kekuatan Gambar

FORDA (Bogor, 24/09/2014)_Sekretaris Badan (Sekbadan) Litbang Kehutanan, Ir. Tri Joko Mulyono, M.Sc, mengajak kepada seluruh Satuan Kerja (satker) Badan Litbang Kehutanan untuk lebih mendesimasikan hasil litbang dengan kekuatan gambar. Hal ini disampaikan pada saat memberikan arahan pada acara Workshop Fotografi Badan Litbang Kehutanan di Ruang Rapat Sudiarto, Kampus Gunung Batu, Bogor (Selasa, 23/09).

“Setiap kegiatan litbang, tolong diambil fotonya. Terutama kegiatan eksplorasi,” kata Sekbadan, sambil mengingatkan buku karya B2PD Samarinda yang berjudul The Hidden Treasure of Labanan.

Lebih lanjut, Sekbadan menyatakan bahwa kekuatan gambar akan lebih menarik orang untuk melihatnya. Apalagi ditambah dengan kemasan yang bagus dan eksklusif.  Hal ini terilhami oleh Sekbadan saat melakukan audensi dengan Badan Litbang Pertanian (Balittan).  Sebagai contoh, ruang rapat di Balittan dipenuhi dengan poster-poster atau gambar-gambar hasil litbang, yang sederhana tetapi membuat orang tertarik untuk lebih jauh.

Selain itu, Sekbadan juga tertarik dengan buku inovasi teknologi hasil litbang pertanian yang dikemas secara eksklusif. “ Ini hampir sama dengan buku seri iptek. Tapi kekuatan gambar disana lebih bagus,” kata Sekbadan.

Oleh karena itu, Sekbadan menantang kepada seluruh satker untuk menyusun dan mengembangkan buku seri iptek dengan penjelasan sedikit tetapi disertai kekuatan gambar dan dikemas secara eksklusif, baik pada sampul maupun kertas di dalamnya.

“Mari kita akan coba kembangkan terus kekuatan kita,” kata Sekbadan. Sony Fentarto, narasumber sekaligus pengajar dalam acara workshop tersebut menyatakan setuju adengan pernyataan Sekbadan tersebut. “Teknik fotografi hanyalah itu-itu saja. Selanjutnya terserah pengembangan kita masing-masing,” kata Sony.

Lebih lanjut, Sony menyatakan bahwa foto yang ditunjukkan dalam buku inovasi hasil litbang pertanian dalam teknik fotografi lebih dikenal dengan foto essay.  Foto ini biasanya berisikan kumpulan lebih dari 3 foto yang menceritakan kejadian atau tempat tertentu. Kekuatan foto ini terletak pada cerita dan kualitas fotonya. Oleh karena itu, untuk membuat foto ini haruslah ditentukan temanya terlebih dahulu.

Workshop fotografi Badan Litbang Kehutanan diikuti oleh seluruh satker Badan Litbang Kehutanan keculai BPK Makassar dan BP2D Samarinda. Acara tersebut dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 23-24 September 2014. Pada hari terakhir, diadakan lomba membuat foto essay  dengan tema keanekaragaman hayati di Arboretrum Badan Litbang Kehutanan. Adapaun juara 1, 2 dan 3 dari lomba adalah Oki Hidayat, S. Hut dari BPK Kupang, Agustina Dwi Setyowati dan Deny Adi Putra, S. Hut dari BKSDA Samboja. **(THS)

sumber : klik disini

Share Button