Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional (BMN) Tahun 2014

Dalam rangka memperingati acara Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional (BMN) Tahun 2014, disampaikan desain atribut kegiatan dimaksud, sebagaimana berikut:

Gambar Logo Program Penanaman 1 Milyar Pohon Tahun 2014

Gambar contoh kaos, kemeja, topi dan tas kegiatan Penanaman 1 Milyar Pohon Tahun 2014

Share Button

Sekilas tentang XXIV IUFRO World Congress 2014 di Salt Lake City, Utah, USA

FORDA (Salt Lake City, 11/10/2014)_Salt Lake City, Utah, USA. XXIV IUFRO World Congress 2014 diselenggarakan pada tanggal 6-11 Oktober 2014 di Salt Palace Convention Center, Salt Lake City, Utah, USA. Kegiatan IUFRO Congress diawali dengan acara “IUFRO Tree Planting Ceremony” di International Peace Garden Salt Lake City pada tangggal 5 Oktober 2014. Acara pembukaan (opening ceremony) selain laporan ketua panitia (Richard W. Guldin) juga sharing dari pejabat teras USA seperti Presiden NAUFRP (Steve Bullard) dan Deputy Chief R&D U.S. Forest Service (Jimmy Reeves).

Acara dibuka oleh  Presiden IUFRO 2010-2014 (Niels Elers Koch) dilanjutkan dengan penyerahan penghargaan kepada 10 Pemenang IUFRO Scientific Achievement Award (SAA), 9 penerima Outstanding Doctoral Research Award (ODRA), 6 penerima IUFRO Student Award for Excellence in Forest Service (ISA) dan Martha Isabel ‘Pati’ Ruiz Corzo dari the Mexican Environmental Campaigner sebagai penerima the Wangari Maathai Award (WMA). Pembukaan dimeriahkan dengan penampilan kebudayaan tradisional Amerika Utara oleh warga Indian yang sangat menarik.

IUFRO kali ini diselenggrakan oleh International Host (IUFRO) dan United State Host (U.S. Forest Service) dengan partner dari NAUFRP (The National Association of University Forest Resources Programs), The Society of American Foresters dan The Canadian Institute of Forestry.

Congress dihadiri oleh sekitar 4.000 ilmuwan dan para ahli dari lebih 105 negara, termasuk 6 peneliti dari Badan Litbang Kehutanan Indonesia (FORDA) yang mendapatkan sponsor dari Scientific Assistance Program (SAP), yaitu: Prof. Dr. Nina Mindawati, Dr. Enny Widyati (Puprohut Bogor), Dr. Budi Leksono, Dr. Vivi Yuskianti (BBPBTH Yogyakarta), Iis Alviya, M.Sc (Puspijak Bogor) dan Budi Hadi Narendra, M.Sc (Puskonser Bogor) yang menyajikan 12 poster dan presentasi hasil penelitian FORDA.

Even empat sampai lima tahunan ini dilaksanakan dengan Thema: “Sustaining Forests, Sustaining People” dan menyajikan Congress Scientific Themes: 1) Forest for people, 2) Forest biodiversity and ecosystem services, 3) Forest and climate change, 4) Forest and water interactions, 5) Forest biomass and bioenergy, 6) Forests and forest products for a greener future, dan 7) Forest health in a changing world yang disampaikan dalam 168 sessions dalam satu minggu, dalam bentuk: 1) Keynote Plenary session, 2) Concurrent Sub-Plenary session, dan 3) Concurrent Technical session. Selain itu juga disajikan Poster session, IUFRO Buisness sessions dan Side event serta In-Congress Tour dalam 27 Tema dan Post-Congress Tour dalam 3 Tema. Yang menaik dalam event kali ini, adalah para peserta diberikan kesempatan sebagai Volunteer untuk membantu Panitia demi kelancaran pelaksanaan Congress. Kesempatan ini juga dimanfaatkan oleh 3 peserta dari Forda Indonesia.

Pada akhir perlehatan akbar tingkat internasional ini, ditutup dengan dengan rangkaian acara pemberian penghargaan, pembacaan deklarasi hasil Congress 2014 dan rencana IUFRO 2019 serta IUFRO Board 2014-2019 serta Farewll Gala Dinner.

Selamat bertemu kembali pada XXV IUFRO World Congress 2019 yang akan dilaksanakan di Curitiba, Brazil, Amerika Latin. **(Budi Leksono)

Sumber : forda-mof.org

Share Button

HUT Ke-1 Himpenindo dan Pelantikan Pengurus Himpenindo Cabang Kementerian Kehutanan

FORDA (Bogor, 17/10/2014)_Mungkin masih sedikit yang tahu bahwa hari Jumat (17 Oktober 2014) yang lalu adalah hari ulang tahun Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo) yang pertama. Berdasarkan Anggaran Dasar, Himpenindo adalah organisasi profesi berbadan hukum dalam bidang penelitian dan pengembangan (litbang) ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Himpunan profesi ilmiah tersebut menjadi forum komunikasi para peneliti dalam upaya terciptanya profesionalisme dan peran serta peneliti dalam pembangunan nasional. Selain itu, Himpenindo diharapkan dapat mewadahi seluruh aspirasi dan kepentingan peneliti yang secara terus menerus mampu menghasilkan invensi, inovasi, paten, serta hak kekayaan intelektual lainnya.

Saat ini, terdapat sekitar 1.300 peneliti dari berbagai bidang ilmu di LIPI dan sekitar 7.997 peneliti di lembaga-lembaga litbang yang jabatan fungsionalnya dibina LIPI. Sekitar 5 persen peneliti tersebut berasal dari Kementerian Kehutanan (Badan Litbang Kehutanan). Jumlah yang cukup besar ini belum termasuk para peneliti di perguruan tinggi (akademisi) yang jumlahnya mencapai 30.000 orang, peneliti dari daerah, serta peneliti swasta dan lembaga internasional di seluruh Indonesia.

Ulang tahun dan Rapimnas pertama Himpenindo dibuka oleh ketua umum Himpenindo, Prof. Dr. Bambang Subiyanto dan Plt. Kepala LIPI, Dr. Akhmadi Abbas, serta dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng. Pada acara tersebut dipaparkan keynote speech oleh Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi, Prof. Dr. L. Broto Sugeng Kardono, Apt dan oleh Dewan Penasehat Himpenindo, Prof. Dr. Lukman Hakim.

Rapimnas Himpenindo juga disemarakkan dengan diskusi terkait empat agenda penting, yaitu: 1) bagaimana meningkatkan daya saing peneliti dan penelitian Indonesia di kancah dunia, 2) wacana penggabungan Kemenristek dengan Ditjen. Pendidikan Tinggi, serta peleburan lembaga-lembaga litbang kementerian dalam satu institusi, 3) bagaimana menghebatkan Himpenindo, dan 4) lain-lain.

Beberapa masukan dan tindak lanjut hasil Rapimnas yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Kusumo Diwyanto, MS (Kementan) dan Ir. Syahrir Ika, MM (Kemenkeu) ini dapat dilihat di web Himpenindo http://www.situs.opi.lipi.go.id/himpenindo atau http://www.himpenindo.lipi.go.id.

Pada acara tersebut juga diadakan pelantikan pengurus Himpenido Cabang Kementerian Kehutanan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum Himpenindo No. 04/SK/Himpenindo/2014. Ketua umum Himpenindo cabang Kemenhut, Dr. Ir. Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc., atas nama pengurus, menerima mandat dari ketua umum Himpenindo, Prof. Dr. Bambang Subiyanto.

Selanjutnya, Himpenindo cabang Kemenhut ini diharapkan dapat melaksanakan kegiatan internal, antara lain: mendorong profesionalisme, kesejahteraan, pelaksanaan etika peneliti, serta sinergitas penelitian; dan membangun kerjasama eksternal bersama pemerintah, swasta, dan masyarakat dengan mengedepankan pemanfaatan iptek dan kebijakan pembangunan berbasis riset. Peran pemerintah juga diperlukan dalam menyediakan biaya penelitian dan mendorong penghargaan terhadap peneliti.**(KLG/PS/RE)

Sumber : forda-mof.org

Share Button

Kebun Benih “Writing Festival”

Senin pagi, Samboja, 20/10/2014,  Rombongan peneliti Balitek KSDA melakukan hunting tulisan mengenai kebun benih Balitek KSDA. “Semangat ke kebun benih, semangat menulis!” seru Dr. Wawan Gunawan penggagas kegiatan sekaligus penanggung jawab kebun benih menyemangati rekan-rekannya dengan antusias. Kegiatan yang diberi tema “Kebun Benih Writing Festival” ini bertujuan mengeksplorasi potensi areal kebun benih dan melatih  sisi kreatif peneliti dalam bentuk tulisan populer ilmiah untuk dimuat di Majalah Swara Samboja. Kegiatan ini diadakan di areal Kebun Benih Balitek KSDA yang terletak di dalam kawasan KHDTK Samboja Km 1 s.d. Km 7 Jl. Semoi dengan didampingi oleh Deni Adiputra dari Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian sebagai fotografer.

Lokasi pertama yang menjadi target Writing Festival adalah Tegakan Benih Terseleksi (TBS) Ulin (Eusideroxylon zwageri) yang terletak di Km 1 dengan luas 30 Ha. “Silakan kepada peneliti yang mendapat tugas untuk tema tulisan pertama ini untuk menanyakan kepada pengelola sumber benih! ujar Wawan. “Bagaimana proses sertifikasi kebun benih Ulin ini?,” tanya Bina Swasta Sitepu. Nanang Riana S.Hut. selaku pelaksana teknis pengelolaan kebun benih menjelaskan dengan detail bagaimana proses sertifikasi tersebut dibantu dengan Tri Atmoko S.Hut., M.Si.

layout foto untuk berita 2 MBSelanjutnya peserta melanjutkan perjalanan ke area kebun benih jenis Damar (Agathis borneensis) dengan luas 5 ha. “Tanaman Agathis boornensis ini diambil dari Gunung Lumut sebanyak 600 bibit, PT ITCI sebanyak 600 bibit, dan dari Malinau sebanyak 800 bibit,” ungkap Tri Atmoko. Sehamparan dengan areal ini adalah  jenis Lai (Durio kutejensis) dengan luas 2,5 Ha dan Gaharu (Aquilaria microcarpa) dengan luas 5 Ha. Peneliti yang bertanggung jawab dalam penulisan di areal ini adalah Septina Asih Widuri, Syamsu Eka Rinaldi dan Antun Puspanti.

“Benih Lai (Durio kutejensis)  seluruhnya berasal dari Kalimantan Timur sebanyak 500 bibit, dengan jarak tanam 5 m x 10 m,” jelas Nanang Riana. Tri Atmoko juga menjelaskan asal benih Gaharu (Aquilaria microcarpa) berasal dari Palembang sebanyak 600 bibit, Jambi sebanyak 600 bibit, Riau sebanyak 400 bibit dan Kalimantan Timur sebanyak 400 bibit.

Kebun benih Keruing (Dipterocarpus humeratus) menjadi lokasi berikutnya yang dikunjungi oleh peserta. Menjadi tema yang akan ditulis oleh Tri Sayektiningsih dan Mukhlisi,  Wawan Gunawan menjelaskan bahwa sumber benih tegakan alam ini memiliki luas 20 Ha dan telah mendapatkan sertifikasi BPTH Kalimantan Timur tahun 2013 sebagai Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT).

Sebagai lokasi terakhir dalam field trip ini, peserta diajak ke Km 7 yang menjadi areal kebun benih jenis Kapur (Dryobalanops lanceolata) yang akan ditulis oleh Noorcahyati dan Ike Mediawati, serta Meranti (Shorea leprosula) yang akan ditulis olah Burhanuddin Adman. “Kedua jenis tanaman ini juga telah mendapatkan sertifikasi Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT) oleh BPTH Kalimantan pada tahun 2013” jelas Nanang Riana.

Tak terasa matahari sudah mulai terik dan perjalanan yang diselingi dengan diskusi ini telah menguras tenaga para peserta. Sembari rehat di bawah pohon Lai yang sedang berbunga, peserta yang membawa kamera tak henti-hentinya menekan tombol shooter saat mendapati moment berharga. Mengabadikan bunga tengkawang (Shorea macrophylla) menjadi jamuan akhir peserta sebelum menikmati makan siang dan meninggalkan lokasi ini. Diharapkan acara ini menjadi pendorong bagi peneliti untuk hunting materi dengan cara santai namun tetap berkualitas dan nantinya dapat disajikan di Majalah Swara Samboja. Chayooo!! Tetap semangat menulis! *ADS**

Share Button

Pohon Buah Asli Kalimantan

Paulus Gadis baru saja pulang dari hutan dahas miliknya. Di sana, selain bercocok tanam dan merawat pohon buah, dia juga beternak babi dan ayam. Hampir setiap hari pria 52 tahun ini menghabiskan waktunya di dahas. Jelang petang, dia pun kembali ke kampung di Desa Petebang Jaya, dan bergabung bersama keluarganya.

Kala itu, keranjang rotan masih setia menempel di belakangnya. Terlihat tumpukan buah cempedak. Buah ini masih memasuki musim ranum. “Ayo, nikmati cempedaknya. Rasanya lain kalau matang di pohon,” katanya mengajak bersantap buah bersama.

Cempedak, siapa yang tak kenal dengan buah ini? Bentuknya menyerupai nangka dan banyak dijumpai di pasar-pasar atau pinggiran jalan di kota Pontianak setiap tahunnya. Buah dengan nama latin Arthocarpus champeden ini cukup terkenal lantaran aromanya yang menyengat dan berasa manis.

Tapi tak semua orang tahu, Kalimantan ternyata menyimpan kekayaan buah yang begitu beragam. Ini terungkap dalam sebuah perjalanan ke dahas, salah satu hutan kemasyarakatan di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, awal September 2014 lalu.

Nun jauh di Kecamatan Tumbang Titi dan Jelai Hulu, sejumlah desa di arah Timur Kota Ketapang ini menyuguhkan sebuah lansekap yang unik. Dari Desa Tanjung Beulang dan Petebang Jaya di Tumbang Titi, hingga Desa Pasir Mayang dan Rangga Intan di Jelai Hulu, perkampungan itu selaksa surga dengan ragam buah-buahan di dalamnya.

Masyarakat setempat sudah sejak lama membingkai perkampungan mereka dengan pohon-pohon buah hutan khas Kalimantan. Ada kekalik (nama lokal), atau belimbing darah (Baccaurea angulata). Buah berwarna merah menyala ini tumbuh subur di Desa Petebang Jaya. Jika sudah ranum, buahnya berasa asam manis. Kekalik adalah buah endemik di Pulau Kalimantan.

Selain itu, ada pula patikala (Etlingera elatior). Berdasarkan literatur, nama lain dari buah ini adalah kecombrang. Ia sejenis tumbuhan rempah. Batangnya lunak karena tidak membentuk kayu. Ia adalah tumbuhan semusim, dwimusim, ataupun tumbuhan tahunan. Baik bunga, buah, serta bijinya dimanfaatkan warga sebagai bahan sayuran.

Bagaimana dengan kembayau? Nah, ini lebih khas lagi. Unik, lantaran buahnya yang sudah ranum harus direbus dulu sebelum dimakan. Buah dengan nama latin Dacryodes rostrata ini banyak dijumpai di sekitar rumah warga Petebang Jaya. Pohon buah kembayau masih dalam keluarga Burseraceae. Bentuk buahnya lonjong atau bulat telur dengan warna biru kegelapan.
Lain kembayau, lain pula sebangkui. Buah ini masih berkerabat dengan menteng dan rambai, namun ukurannya lebih besar dan kulit lebih tebal. Jika sudah ranum, buah dengan nama latin Baccaurea macrocarpa ini berasa manis asam.

Sedangkan hakam atau asam paya, dengan mudah dapat dijumpai di hutan dahas milik warga di empat desa itu. Bentuk buah dengan nama Latin Eleiodoxa comferta ini menyerupai salak. Kulitnya bersisik dengan warna cokelat kemerahaan. Isinya terbagi dua, dan berasa asam. Biasanya, warga memanfaatkan buah ini untuk dijadikan manisan. Pohon tersebut tumbuh subur serta hidup berkoloni di hutan dahas milik warga.

Apalagi kapul, tak semua orang pernah mendengar sebutan itu. Tapi umumnya warga Ketapang, kapul bukan hal asing lagi. Buah dengan nama latin Baccaurea bracteata ini bentuknya mirip buah sebangkui. Kapul juga masuk dalam kelompok rambai. Buahnya berjuntaian padat di batang dan tangkai. Rasanya manis asam.

Untuk melihat foto dan sumber berita : Klik di sini

Share Button

Disiplin dan Aktifitas Kreatif Pegawai

Samboja, 8 Oktober 2014. Pembinaan pegawai Balitek KSDA dilakukan di Aula Balitek KSDA Samboja pada pukul 13.00 WITA. Pembinaan ini dipimpin oleh Kepala Balai, Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si. dengan agenda utama peningkatan disiplin pegawai. Pembinaan yang dihadiri hampir seluruh pegawai kecuali yang sedang dinas luar ini berlangsung dengan santai dan kekeluargaan.

Agenda pertama pembinaan ini adalah tentang kehadiran pegawai di kantor pada jam kerja. Pada pengamatan kepala balai, masih harus dilakukan peningkatkan disiplin dan aktivitas yang lebih kreatif pada jam kerja. Tanggungjawab terhadap pekerjaan dan output yang lebih bagus, sehingga tanggungjawab moral terhadap kinerja pegawai tetap berada pada pegawai yang bersangkutan. “Sehingga apa yang telah kita setujui pada saat menjadi PNS dapat benar-benar terpenuhi dengan baik”, ujar Kepala balai.

Agenda kedua adalah pemeliharaan kebersihan kantor, lingkungan kantor maupun komplek Balitek KSDA. Penanganan sampah akan diperbaiki dengan cara pemilahan sampah organik dan non-organik mulai dari pembuangan sampah. Selain itu penggunaan air secara lebih hemat sangat diperlukan berhubung kemarau panjang karena air di sekitar kantor juga terbatas jumlahnya. Direncanakan akan dibuat bio pori atau sumur resapan untuk  menjaga cadangan air tanah tetap tersedia pada saat musim kemarau dan mengurangi limpasan air langsung di permukaan tanah.

Pada kesempatan ini juga, Kepala Seksi Program, Evaluasi dan Kerjasama mengingatkan agar pelaksana kegiatan bisa mempercepat pencapaian anggaran, mengingat masa kerja tahun 2014 ini tinggal 2 bulan lagi. Realisasi kegiatan dan pencapaian anggaran diharpaakan dapat selesai sebelum akhir Desember 2014.

Nanang Riana, S.Hut. sebagai pengelola KHDTK juga mengingatkan kepada seluruh pegawai untuk mewaspadai kebakaran sebagai dampak dari musim kemarau yang panjang pada tahun ini. Nanang juga mengharapkan peran serta dan bantuan dari seluruh pegawai jika terjadi kebakaran di areal KHDTK samboja. *ADS**

 IMG_5630 IMG_5620

Share Button