Sekretaris Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Bambang Novianto menyatakan bahwa Kementerain LHK mengelola kawasan konservasi secara optimal untuk meningkatkan manfaat secara ekonomi sesuai dengan kaidah konservasi. Saat ini Kementerian LHK mengepankan pendekatan pembangunan yang berkelanjutan dan mendukung kesejahteraan masyarakat di kawasan konservasi melalui pemanfaatan jasa lingkungan seperti, obyek dan daya tarik wisata alam (ODTWA), air, geothermal, dan karbon. Hal ini diungkapkan pada Diskusi “Konservasi dan Pertumbuhan Ekonomi” yang diselenggarakan oleh Biro Humas Kementerian LHK di Jakarta.
Kawasan konservasi di Indonesia terdiri dari 551 unit yang mencakup kawasan seluas 27,2 Juta Ha, yang memiliki potensi air 6,5 Milyar M3, potensi listrik dari panas bumi (geothermal) 5.935 MW dan potensi karbon sebesar 392,68 juta ton. Selain itu juga masing-masing memiliki potensi ekonomi dari keunikannya sebagai ODTWA. Salah satu contohnya adalah Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur yang telah dicanangkan Pemerintah sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Dari data yang dipaparkan oleh Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Ir. Helmy, PNBP Taman Nasional Komodo selau meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2015 PNBP mencapai Rp. 19,3 M, Meningkat 400 Persen dari tahun 2014. Kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara juga trend-nya terus meningkat. Hal ini menunjukan bahwa potensi ekonomi kawasan konservasi merupakan mesin ekonomi masa depan.
Hal ini tidak lepas dari dukungan semua pihak utamanya dorongan dari Presiden Jokowi untuk melakukan promosi wisata lebih besar dan menambah aksesibilitas menuju Taman Nasional Komodo. Diantaranya dengan meningkatkan volume penerbangan langsung ke Pulau Komodo, yang tentunya memerlukan sinergitas kerja dengan instansi dan stakeholder lainnya.
Pemanfaatan potensi ekonomi kawasan konservasi juga memberikan efek langsung terhadap peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia, utamanya masyarakat sekitar. Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Herry Subagiadi menyatakan, –Multiplier effect konservasi mampu mendorong pembangunan ekonomi masyarakat sekitar utamanya dalam hal akomodasi, konsumsi, guide dan cinderamata-.
Penanggung Jawab Berita:
Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK, Novrizal, HP.0818432387