Dr. Henry Bastaman, M.ES, Kepala Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengajak kepada seluruh negara ASEAN agar bisa saling berkolaborasi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Hal ini diungkapkan Kabadan saat memberikan sambutan pembukaan pada acara The 18th Meeting of the ASEAN Experts Group on Herbal and Medicinal Plants /AEG HMP (Pertemuan kelompok pakar/ahli ASEAN di bidang tanaman herbal dan obat-obatan ke-18) dan the 7th Meeting of the ASEAN Experts Group on Forest Products Development/AEG FP (Pertemuan kelompok pakar/ahli ASEAN di bidang pengembangan hasil hutan) di Nakula-Sadewa Ballroom, Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, Indonesia (Senin, 03/08).
“Sebagai produsen utama dari kayu dan produk kayu, negara-negara anggota ASEAN harus bisa saling berkolaborasi dan bergandengan tangan, “kata Kabadan.
Kabadan menyadari bahwa masalah pengembangan produk kehutanan terutama produk kayu merupakan isu penting dalam sektor kehutanan. Hal ini dikarenakan adanya pasar tunggal dan basis produksi bagi produk kehutanan serta tingginya persaingan ekonomi.
Oleh karena itu, Kabadan berharap bahwa dalam pertemuan ke-7 AEG FPD bisa menyelesaikan agenda-agenda yang menjadi target utamanya seperti fasilitasi perdagangan, regulasi teknik dalam perdagangan, standar untuk mengatasi hambatan dalam perdagangan, monitoring, promosi perdagangan kayu legal sehingga hasil hutan ASEAN lebih kompetitif, dan mempertahankan SFM.
“Saya menghargai bahwa kemajuan yang telah dicapai oleh AEG ini yang telah berhasil telah berhasil menyusun informasi mengenai hambatan-hambatan utama dalam perdagangan terutama dalam prinsip legalitas kayu”, kata Kabadan.
Selain itu, masalah tanaman herbal dan obat-obatan (Herbal and Medicinal Plants/HMP) juga menjadi isu penting dalam sektor kehutanan dimana: a). Sekitar 80% populasi di beberapa Negara ASEAN sangat tergantung pada HMP; b) Berdasarkan sudut pandang ekonomi, HMP menjadi sumber pendapatan utama bagi warga dengan menanam HMP dipekarangan mereka untuk menyediakan bahan baku industri farmasi; c). Masalah HKI pada HMP;
Dan beberapa kemajuan yang telah dicapai dalam AEG HMP sebelumnya adalah terbitnya buku volume kedua ASEAN HMP serta informasi kegiatan penelitian dan pengembangan HMP.
Oleh karena itu, Kabadan berharap bahwa dalam kedua pertemuan atau forum AEG yang dilaksanakan di Yogyakarta selama dua hari atau tanggal 3-4 Agustus 2015 ini bisa memperbaharui kegiatan dan kemajuan dari pertemuan AEG sebelumnya telah dilaksanakan di Kamboja, pada Bulan Juli 2014. Selain itu, diharapkan dalam pertemuan ini juga bisa saling berbagi data dan informasi, penelitian dan pengembangan, produksi dan perdagangan, kolaborasi, kerjasama dan networking serta pengembangan rencana aksi strategi tahun 2011-2015 dalam HMP dan FPD.
“Saya berharap bahwa seluruh program dan agenda dalam AEG tahun ini tetap pada jalurnya sehingga bisa mencapai target-target yang diinginkan,”kata Kabadan.
Disadari bahwa kedua AEG ini merupakan anak cabang the ASEAN Senior Officials on Forestry (ASOF). Kedua pertemuan ini biasanya dilaksanakan beriringan dengan pertemuan ASOF. Begitu juga pada tahun ini. Dimana the 18th meeting of ASEAN Senior Officials on Forestry/ASO akan dilaksanakan pada 3 hari ke depan, yaitu tanggal 6-8 Agustus 2015, di Yogyakarta.
“Ini merupakan kehormatan besar bagi Bangsa Indonesia bahwa pertemuan ini dilaksanakan di Yogyakarta,” kata Kabadan.
Pertemuan ini dihadiri oleh beberapa delegasi negara ASEAN antara lain Indonesia, Malaysia, Laos, Myanmar, Kamboja, Thailand, Filipina, dan Brunai.
Sumber : klik di sini