Bermaksud mendokumentasikan kopi dan teh di Sumatera, mereka mengambil kesempatan mendokumentasikan kayu manis juga.
Michael dan David Hanson yang bekerja sebagai pembuat film dokumenter, melancong ke Sumatera untuk mendokumentasikan budidaya kopi dan teh. Sementara di sana, mereka mendengar tentang panen kayu manis di desa Kerinci yang subur, sehingga mengambil kesempatan tersebut untuk mengambil film tersebut, menunjukkan pengolahan rempah-rempah kayu manis. Bumbu sehari-hari yang tersimpan di lemari dapur di seluruh Amerika Utara ini dikenal sebagai cassia, jenis yang paling umum dijual di supermarket AS dan Kanada.
Dari latar belakangnya, cassia tumbuh di China, Vietnam, dan Indonesia, sedangkan kayu manis jenis Ceylon, yang lebih langka dan relatif mahal, berasal dari Sri Lanka. Banyak orang tidak bisa merasakan perbedaan rasa antara keduanya, tapi cassia digambarkan lebih panas dan lebih intens dari Ceylon. Ceylon sendiri terasa lebih ringan, lebih kompleks.
Karena pekerjaan Hanson bersaudara menceritakan tentang orang-orang dan pemandangan mengenai produksi barang secara global seperti coklat, emas, dan kayu, membuat film mengenai petani cassia menjadi terasa alami. Hanson bersaudara berhubungan baik dengan direktur Cassia Co-op, pengolah kayu manis dan perusahaan ekspor yang bekerjasama dengan lebih dari 1.000 petani di Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan harga dari tanaman tersebut. Dengan menghubungkan petani dengan pelanggan, co-op membantu menciptakan rantai pasokan yang lebih transparan, efektif memotong makelar.
“Kami terkejut mengetahui rempah-rempah umum ini berasal dari pohon cemara,” kata David. Panen cassia berskala kecil dilakukan secara tradisional, dengan cara yang ramah lingkungan. Menurut petani setempat, pohon-pohon ini dapat dipanen sekitar sepuluh tahun setelah mereka ditanam, dan banyak yang disisakan agar bisa lebih dewasa lebih lama. Pohon-pohon ini adalah pendapatan sekunder bagi petani lokal dan dipanen ketika keluarganya membutuhkan uang.
Selama panen, semua cabang dipotong dan seluruh pohon ditebang. Kulit luarnya dikelupas memperlihatkan kulit bagian dalam, kayu manis itu sendiri, yang ikal menjadi pena seraya mengering. Menumbuhkan cassia adalah investasi yang mengakar, karena pohon-pohon baru dapat regenerasi dari tunggul akar selama beberapa generasi. Dan, para petani dapat memanennya kapan saja tahun ini, karena mereka menanam kulit, bukan buah. Umumnya, pohon dipanen dua kali setahun setelah hujan lebat.
Kayu manis yang baru dipanen diletakkan di terpal di halaman rumah atau di seberang jalan untuk dikeringkan. Karena itu mudah tercemar karena mobil dan hewan liar. Tapi co-op mengajarkan penduduk bagaimana menjaganya agar tetap bersih. “Dengan sertifikasi kebersihan, co-op membantu mengambil harga yang lebih tinggi untuk kayu manis,” David menjelaskan.
Sumber : nationalgeographic.co.id