Seekor induk kucing emas (Catopuma temminckii) terpantau sedang menggendong anaknya yang masih kecil di mulut, seperti layaknya kucing rumah yang sedang memindah anak-anaknya. Momen tersebut berhasil diabadikan kamera trap di Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Sumatera.
Foto ini diunggah oleh Iding Achmad Haidir, peneliti small cats dari Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat, melalui media sosial Facebook pada Sabtu (10/02/2015) kemarin. Foto ini langsung mengundang decak kagum para netizen karena merupakan momen yang sangat jarang terpantau.
Iding menjelaskan bahwa foto tersebut didapat pada pertengahan tahun 2014 oleh Tim Penelitian Macan Dahan Sumatera. Penelitian ini sendiri merupakan kerjasama antara Balai Besar TNKS dengan WildCRU Oxford University, Clouded Leopard Project, Point Defiance Zoo & Aquarium, Fauna & Flora International (FFI) dan Rufford Fondation.
Latar belakang penelitian ini sendiri adalah untuk melihat kecenderungan perubahan setelah 10 tahun sejak kegiatan serupa yang dilaksanakan pada tahun 2004.
“Kami ingin melihat tren semua jenis kucing yang ada di TNKS setelah 10 tahun, bagaimana trend populasi, segregasi penggunaan habitat dan respon jenis-jenis kucing terhadap perubahan kawasan baik tutupan maupun perubahan lainnya,” jelas Iding.
Lebih lanjut, Iding menjelaskan bahwa kucing emas merupakan salah satu jenis kucing yang dapat dijumpai di TNKS, di samping 4 jenis kucing lainnya. Keempat jenis itu antara lain harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), macan dahan (Neofelis nebulosa), kucing batu (Pardofelis marmorata) dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis) atau yang juga disebut macan akar oleh masyarakat setempat.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, kucing emas terpantau di seluruh studi area di kawasan yang masuk wilayah administratif Kabupaten Kerinci, Pesisir Selatan, Muko-Muko, Merangin, Bungo dan Solok Selatan. Dapat dikatakan bahwa kucing emas tersebar merata di seluruh kawasan TNKS.
“Kucing emas merupakan satwa yang bersifat generalis, yang berarti lebih adaptif terhadap perubahan yang ada seperti tutupan lahan,” jelasnya lebih lanjut.
Saling menghindari dengan jenis kucing lainnya
Salah satu hal yang menarik yang teramati saat melakukan analisa hasil kamera trap adalah adanya pemisahan relung atau ruang hidup (niche separation-red) antara kucing emas dengan macan dahan. Lokasi di mana dijumpai kucing emas lebih banyak, biasanya di tempat itu jarang dijumpai macan dahan, dan sebaliknya.
Namun, hal tersebut tidak selalu terjadi di lokasi yang satwa mangsanya melimpah. Lokasi yang banyak dijumpai rusa sambar, kijang, babi hutan dan hewan ungulata lainnya, sering dijumpai kedua jenis tersebut menggunakan lokasi yang sama.
“Bahkan, ada lokasi di mana dijumpai keberadaan kucing emas, macan dahan dan harimau sumatera sekaligus. Lokasi tersebut biasanya ditandai dengan melimpahnya satwa mangsa,” katanya.
Hal tersebut senada dengan pendapat Hariyo Wibisono, ahli harimau Sumatera dari Forum HarimauKita. Pemisahan baik ruang ataupun waktu selalu terjadi di dalam ekosistem. Biasanya, penyebabnya adalah penggunaan sumber daya, terutama kompetisi dalam mendapatkan makanan.
“Pemisahan antar spesies yang ada dapat berupa pemisahan penggunaan ruang ataupun penggunaan waktu. Dalam kompetisi perebutan makanan, hal ini umum terjadi,” jelasnya
Ancaman masih mengintai
International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada tahun 2008 mengklasifikasikan keterancaman kucing emas sebagai near threathened (hampir terancam). Jika dibandingkan dengan kondisi 10 tahun yang lalu, status ini menurun dari vulnerable (rentan). Perburuan dan perdagangan ilegal serta deforestasi menjadi ancaman utama bagi kelestarian kucing ini.
Apalagi menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2007, laju deforestasi di berbagai kawasan di Asia Tenggara merupakan tercepat di dunia, lebih dari 10 persen dalam sepuluh tahun terakhir.
Di Indonesia sendiri, kucing emas masih sering terpantau diperjualbelikan melalui internet. Rusdiyan Ritonga, Pejabat Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai KSDA Sumatera Barat, menyampaikan bahwa di Sumatera Barat terdeteksi kucing emas masih diperjualbelikan. Pada bulan November 2013 yang lalu, BKSDA Sumbar berhasil menggagalkan perdagangan kucing emas melalui internet.
“Informasi tersebut kami dapatkan dari internet. Kemudian petugas berhasil mengajak pelaku tersebut melakukan COD (Cash on Delivery). Sayangnya, saat hendak ditangkap, pelaku berinisial AG tersebut langsung kabur dan meninggalkan barang bukti yang masih hidup,” kata Rusdiyan.
BKSDA Sumbar kemudian segera melakukan pelepasliaran kucing emas yang berkelamin jantan dan berumur 2 tahun tersebut. “Kami segera melepasliarkan di hutan lindung Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tengah, sekitar 30 kilometer dari Padang,” jelas Rusdiyan lebih lanjut
Pemantauan Intensif Tengah Dilakukan
Iding menjelaskan bahwa saat ini TNKS bekerja sama dengan FFI tengah melakukan pemantauan intensif untuk mempelajari pola pergerakan berbagai jenis kucing dan juga satwa lainnya yang ada di TNKS. Kamera trap tersebut dipasang memagari kawasan hutan di lokasi penelitian, membentang sepanjang 11 kilometer di perbatasan kawasan dengan lebar 4 kilometer. Jarak antar kamera trap sendiri sekitar 500 meter.
Pemasangan kamera trap ini sekaligus juga sebagai pre-studi untuk dasar mitigasi konflik. Selama ini, upaya penanggulangan konflik seringkali dilakukan saat konflik sudah terjadi. Sedangkan upaya pencegahan agar konflik antara manusia dengan satwaliar belum optimal dilakukan. Dengan adanya studi ini, akan dapat diprediksi kapan satwaliar tersebut keluar kawasan dan memasuki lahan masyarakat.
“Ketika kita sudah mengetahui pola pergerakan satwanya, seperti kapan musim harimau keluar kawasan, juga jenis-jenis kucing dan satwa lainnya, maka kita akan dapat melakukan upaya penanggulangan secara efektif di lihat dari sisi ketepatan waktu,” jelas Iding lebih lanjut.
Hasil studi ini akan dapat memberikan manfaat besar baik bagi keselamatan satwa maupun bagi masyarakat sekitar kawasan. Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan, kucing emas juga tercatat berkonflik dengan masyarakat terutama penyerangan terhadap ternak seperti kambing.
Konservasi Kucing di Sumatera Masih Harimau Sentris
Salah satu pekerjaan besar untuk melestarikan jenis-jenis kucing yang ada di Sumatera salah satunya adalah mempopulerkan keberadaan jenis kucing selain harimau. Hingga saat ini, perhatian terhadap harimau Sumatera sudah sangat bagus. Namun kucing-kucing kecil masih sangat perlu mendapat perhatian.
Iding menyampaikan bahwa profil-profil spesies kucing selain harimau perlu ditingkatkan lagi di mata pemerintah dan masyarakat. Dia berharap pemerintah dan juga LSM baik nasional maupun internasional meningkatkan perhatiannya terhadap jenis-jenis kucing selain harimau, di tengah atmosfer konservasi yang masih harimau sentris.
Lebih lanjut, disampaikannya bahwa dalam kegiatan penelitian yang dia lakukan, dia melibatkan para peneliti muda dari beberapa universitas di Sumatera, antara lain Universitas Jambi, Universitas Andalas dan Universitas Bengkulu. Hingga saat ini, sebanyak 4 mahasiswa telah bergabung dalam penelitian untuk kepentingan studi akhir mereka.
“Kami memiliki optimisme tinggi bahwa populasi kucing emas akan meningkat asal proteksi kawasan dilaksanakan secara konsisten serta kepedulian masyarakat terhadap jenis-jenis kucing selain harimau dapat meningkat,” tegasnya.
Sumber : Klik di sini