FORDA (Bogor, 21/10/2014)_Badan Litbang Kehutanan kembali menggelar Diskusi Ilmiah, kali ini merupakan putaran yang keempat. Dalam kegiatan tersebut hadir para peneliti, penyuluh dan widyaiswara.
“Pertemuan kali ini untuk mengumpulkan teman-teman peneliti, widyaiswara dan penyuluh dan membina suasana ilmiah,” demikian diutarakan Sekretaris Badan Litbang Kehutanan, Ir. Tri Joko Mulyono, MM dalam sambutannya saat membuka Diskusi Ilmiah Putaran IV di Ruang R. Soediarto, Badan Litbang Kehutanan, Bogor, Selasa (21/10).
“Hari ini lebih difokuskan pada swasana ilimiah sebagai sarana diseminasi hasil penelitian, juga menampung imputan penelitian yg mampu mengakomodir banyak pihak serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan’’ urai Tri Joko. Lebih lanjut Tri Joko mengatakan kegiatan diseminasi kepada widyaiswara menghasilkan output bahan ajar sedangkan bagi penyuluh menjadi bahan penyuluhan. Sedangkan peneliti mempunyai gambaran kebutuhan para pihak.
Diskusi ilmiah kali ini menampilkan pemaparan peneliti dari Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang. Tri Joko mengungkapkan BPK Palembang diundang pertama karena pertimbangan kesiapan materi.
BPK Palembang telah mengembangkan perangkat permodelan silvikultur dalam rangka menjawab kebutuhan pengelolaan kawasan hutan dengan konsep multisistem/KPHP. Fungsi dan kegunaan perangkat ini adalah sebagai alat bantu pengambilan keputusan dalam pengelolaan kawasan (hutan dan kebun) dalam satu atau lebih penggunaan sistem silvikultur dan pertanaman tanaman. Selain itu juga telah dikembangkan program Simulasi Perencanaan Usaha KPH. Kedua perangkat permodelan tersebut dipaparkan oleh peneliti dari BPK Palembang, Agus Sumadi dan Suryanto.
Prof. Dr. Nina Mindawati, moderator dalam acara tersebut mengatakan bahwa permodelan tersebut sudah pernah dipresentasikan di depan Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan (BUK) namun belum matang dalam penerapannya.
“Dalam tahapan ini masih ada yang kurang yaitu implementasi model, untuk itu perlu koordinasi dengan BUK untuk menunjuk KPH yang bisa menggunakan model ini” demikian pesan Nina kepada Sekretaris Badan Litbang Kehutanan. Nina juga menyampaikan bahwa ada beberapa peneliti lain yang telah membuat program untuk itu perlu dibuat tim kecil, sehingga semua aspek bisa dimasukkan.***(TS).
Sumber : http://www.forda-mof.org/index.php/berita/post/1887