Kebun Benih “Writing Festival”

Senin pagi, Samboja, 20/10/2014,  Rombongan peneliti Balitek KSDA melakukan hunting tulisan mengenai kebun benih Balitek KSDA. “Semangat ke kebun benih, semangat menulis!” seru Dr. Wawan Gunawan penggagas kegiatan sekaligus penanggung jawab kebun benih menyemangati rekan-rekannya dengan antusias. Kegiatan yang diberi tema “Kebun Benih Writing Festival” ini bertujuan mengeksplorasi potensi areal kebun benih dan melatih  sisi kreatif peneliti dalam bentuk tulisan populer ilmiah untuk dimuat di Majalah Swara Samboja. Kegiatan ini diadakan di areal Kebun Benih Balitek KSDA yang terletak di dalam kawasan KHDTK Samboja Km 1 s.d. Km 7 Jl. Semoi dengan didampingi oleh Deni Adiputra dari Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian sebagai fotografer.

Lokasi pertama yang menjadi target Writing Festival adalah Tegakan Benih Terseleksi (TBS) Ulin (Eusideroxylon zwageri) yang terletak di Km 1 dengan luas 30 Ha. “Silakan kepada peneliti yang mendapat tugas untuk tema tulisan pertama ini untuk menanyakan kepada pengelola sumber benih! ujar Wawan. “Bagaimana proses sertifikasi kebun benih Ulin ini?,” tanya Bina Swasta Sitepu. Nanang Riana S.Hut. selaku pelaksana teknis pengelolaan kebun benih menjelaskan dengan detail bagaimana proses sertifikasi tersebut dibantu dengan Tri Atmoko S.Hut., M.Si.

layout foto untuk berita 2 MBSelanjutnya peserta melanjutkan perjalanan ke area kebun benih jenis Damar (Agathis borneensis) dengan luas 5 ha. “Tanaman Agathis boornensis ini diambil dari Gunung Lumut sebanyak 600 bibit, PT ITCI sebanyak 600 bibit, dan dari Malinau sebanyak 800 bibit,” ungkap Tri Atmoko. Sehamparan dengan areal ini adalah  jenis Lai (Durio kutejensis) dengan luas 2,5 Ha dan Gaharu (Aquilaria microcarpa) dengan luas 5 Ha. Peneliti yang bertanggung jawab dalam penulisan di areal ini adalah Septina Asih Widuri, Syamsu Eka Rinaldi dan Antun Puspanti.

“Benih Lai (Durio kutejensis)  seluruhnya berasal dari Kalimantan Timur sebanyak 500 bibit, dengan jarak tanam 5 m x 10 m,” jelas Nanang Riana. Tri Atmoko juga menjelaskan asal benih Gaharu (Aquilaria microcarpa) berasal dari Palembang sebanyak 600 bibit, Jambi sebanyak 600 bibit, Riau sebanyak 400 bibit dan Kalimantan Timur sebanyak 400 bibit.

Kebun benih Keruing (Dipterocarpus humeratus) menjadi lokasi berikutnya yang dikunjungi oleh peserta. Menjadi tema yang akan ditulis oleh Tri Sayektiningsih dan Mukhlisi,  Wawan Gunawan menjelaskan bahwa sumber benih tegakan alam ini memiliki luas 20 Ha dan telah mendapatkan sertifikasi BPTH Kalimantan Timur tahun 2013 sebagai Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT).

Sebagai lokasi terakhir dalam field trip ini, peserta diajak ke Km 7 yang menjadi areal kebun benih jenis Kapur (Dryobalanops lanceolata) yang akan ditulis oleh Noorcahyati dan Ike Mediawati, serta Meranti (Shorea leprosula) yang akan ditulis olah Burhanuddin Adman. “Kedua jenis tanaman ini juga telah mendapatkan sertifikasi Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT) oleh BPTH Kalimantan pada tahun 2013” jelas Nanang Riana.

Tak terasa matahari sudah mulai terik dan perjalanan yang diselingi dengan diskusi ini telah menguras tenaga para peserta. Sembari rehat di bawah pohon Lai yang sedang berbunga, peserta yang membawa kamera tak henti-hentinya menekan tombol shooter saat mendapati moment berharga. Mengabadikan bunga tengkawang (Shorea macrophylla) menjadi jamuan akhir peserta sebelum menikmati makan siang dan meninggalkan lokasi ini. Diharapkan acara ini menjadi pendorong bagi peneliti untuk hunting materi dengan cara santai namun tetap berkualitas dan nantinya dapat disajikan di Majalah Swara Samboja. Chayooo!! Tetap semangat menulis! *ADS**

Share Button