BALITEK KSDA TERLIBAT DALAM KEGIATAN INVENTARISASI FAUNA DI KAWASAN KONSERVASI IKN

Peneliti dan Teknisi litkayasa Balitek KSDA terlibat dalam kegiatan inventarisasi fauna di Kawasan Konservasi Lokasi Ibu Kota Negara (IKN) pada bulan Oktober 2021. Kegiatan tersebut merupakan dikoordinasikan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur yang mendapat mandat melakukan inventarisasi, verifikasi potensi dan permasalahan kawasan konservasi lokasi IKN di Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto.

Kegiatan ini dilakukan seiring dengan rencana pemindahan IKN dari Jakarta ke Kabupaten Penajam Paser Utara. Kawasan Tahura Bukit Soeharto masuk dalam Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang berada di areal pengembangan IKN. Kegiatan ini sebagai salah satu dukungan dalam menyediakan update data tentang keanekaragaman hayati fauna pada lokasi IKN di Tahura Bukit Soeharto. Potensi yang penting diketahui salah satunya adalah berbagai jenis satwa liar yang ada di dalam kawasan seperti mamalia besar, mamalia kecil termasuk kelelawar, burung dan herpetofauna.

“Kegiatan inventarisasi jenis fauna yang dikoordinasikan oleh Balitek KSDA dilaksanakan dua kali pada 5-14 Oktober dan . Yang pertama di KHDTK Samboja, Waduk Samboja, dan Tanah Merah. Yang kedua di KHDTK Hutan Diklat Loa Haur, yang semuanya merupakan bagian dari Tahura Bukit Soeharto. Kegiatan survei difokuskan pada tiga kelompok taksa, yaitu mamalia, burung dan herpetofauna,” terang Tri.

Tim inventarisasi satwa ini diketuai oleh Tri Atmoko dari Balitek KSDA dengan anggota tim gabungan dari Fahutan Unmul, BKSDA Kaltim, Dishut Kaltim, dan Balai Diklat LHK Samarinda.

Tahura Bukit Soeharto ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan 1231 tahun 2017 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kehutanan No. 577/Menhut-11/2009 tentang Penetapan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto dengan luas 64.814,98 hektar, terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.

Kegiatan survei dilakukan melalui empat pendekatan. “Survei dilakukan dengan pengamatan secara langsung (menelusuri jalur-jalur setapak di dalam hutan), pengamatan tidak langsung (jejak-jejak yang ditinggalkan satwa berupa jejak kaki, goresan atau cakaran, kotoran, suara, bagian tubuh yang terlepas, sisa pakan dan sarang), pemasangan perangkap (Harp trap) untuk menangkap kelelawar dan pemasangan kamera trap di lokasi perlintasan satwa di dalam areal survei,” imbuh Tri.

Sedangkan survei burung dilakukan dengan pengamatan langsung menyusuri jalur-jalur setapak yang ada di dalam hutan dan mencatat jenis-jenis burung yang dijumpai. Perjumpaan burung diambil foto menggunakan kamera lensa panjang (tele), pemasangan jala kabut, dan merekam suara burung.

 “Survei herpetofauna dilakukan dengan menyusuri jalur-jalur di dalam hutan, di sekitar tepi sungai, tepi danau, dan daerah rawa-rawa. Pengamatan dilakukan pada siang hari. Jenis yang ditemukan kemudian ditangkap untuk diidentifikasi dan diambil fotonya,” kata Teguh Muslim.

Berdasarkan survei, setidaknya terdapat 90 jenis satwa dari kelompok mamalia, burung, dan herpetofauna. Sebanyak sembilan jenis satwa yang tercatat merupakan jenis yang terancam punah menurut redlist IUCN. Dua jenis satwa termasuk dalam status genting (Endangered) yaitu burung Caladi Batu (Meiglyptes tristis), dan Owa-owa (Hylobates muelleri). Keberadaan Caladi Batu teramati secara langsung sedangkan Owa-owa berdasarkan suaranya. Sedangkan jenis satwa yang termasuk status rentan (Vulnerabel) yang ditemui dari jenis burung yaitu Kerak Kerbau (Acridotheres Javanicus), Kangkareng Hitam (Anthracoceros malayanus), Sempidan Biru (Lophura ignita), dan dari jenis mamalia yaitu beruang madu (Helarctos malayanus), monyet ekor Panjang (Macaca fascicularis), monyet beruk (Macaca nemestrina), dan babi hutan (Sus Barbatus).

Menurut Tri “Kelompok satwa primata dari famili Cercopithecidae memiliki sebaran yang luas dibandingkan mamalia lainnya, khususnya jenis monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), dan monyet beruk (Macaca nemestrina). Monyet beruk banyak dijumpai di jalan Samboja-Sepaku di KHDTK Samboja. Sebaran jenis satwa yang luas tersebut menunjukkan bahwa jenis dari famili tersebut memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi dibandingkan jenis dari famili lainnya”.

Hasil survei Herpetofauna ditemukan sepuluh jenis dari kelas Amphibia dan sembilan jenis dari kelas Reptilia. Jenis amphibia yang ditemukan merupakan jenis yang umum dijumpai seperti kodok dan katak, sedangkan dari jenis reptilia meliputi jenis ular, cicak dan bunglon. ”Selain itu kita mendapat catatan yang menarik dengan ditemukannya buaya muara (Crocodylus porosus) di sekitar Pantai Tanah Merah yang ditemukan oleh masyarakat lokal. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus mengingat lokasi ini merupakan tempat wisata yang cukup ramai dikunjungi oleh masyarakat”, imbuh Teguh.

Share Button