Majalah Swara Samboja Vol X No 1 Th 2021

Salam Konservasi,

Selama kurun waktu 2018 s.d 2020 sebanyak 40 individu penyu ditemui terdampar di perairan pesisir Balikpapan dan sebagian besar telah dirilis kembali ke alam. Hal ini merupakan salah satu upaya penyelamatan penyu di Balikpapan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Topik tentang Penyu ini akan menjadi Tajuk Utama Majalah Swara Samboja kali ini yang disampaikan Heri Seputro dan Mukhlisi dalam artikel berjudul Keberadaan Penyu (Cheloniidae) di Perairan Pesisir Balikpapan: Resiko Keterancaman dan Tantangan Konservasi di Masa Depan.

Selanjutnya di rubrik Artikel, Teguh Muslim, akan membahas konflik antara buaya dan manusia serta upaya pencegahannya dalam tulisan berjudul Populasi Buaya Muara Meningkat atau Rusaknya Habitat? Menelisik Konflik Buaya dan Manusia Yang Makin Tinggi.

Mengenal Spathodea campanulata Jenis Invasif Penting di KHDTK Samboja yang ditulis Bina Swasta Sitepu menjadi sajian berikutnya. Dalam artikel ini dibahas temuan jenis  S. campanulata di  KHDTK Samboja pada tingkat pohon dengan dominansi yang cukup tinggi dan perlu mendapatkan perhatian khusus.

Selanjutnya, Noorcahyati dan Sulton Afifudin akan membagikan tulisan berjudul Menyuling Wangi, Mendulang Harapan di Sungai Hitam. Artikel ini membahas potensi pemanfaatan pohon kayu putih (Melaleuca cajuputi) di Sungai Hitam Samboja menjadi minyak kayu putih dan berbagai produk lainnya dengan tetap memperhatikan kelestarian habitat bekantan.

Sebagai penutup pada edisi kali ini, Mira Kumala Ningsih dkk. membahas tentang pencampuran limbah organik dari rumah tangga dengan kotoran rusa menjadi pupuk organik dan ujicoba untuk tanaman kehutanan dalam tulisan berjudul Pemanfaatan Limbah Organik sebagai Pupuk Tanaman Kehutanan di Persemaian.

Pada edisi ini, Swara Samboja mengetengahkan sosok inspiratif Prof. Dr. Tukirin Partomihardjo. Beliau dikenal sebagai “Raja Krakatau”, Profesor penelitian di bidang biologi dengan salah satu karya besarnya adalah perihal ekologi suksesi ekosistem di Gunung Krakatau.

Selamat Membaca!!!

Link: Majalah Swara Samboja Vol X No 1 Th 2021

Share Button

Balitek KSDA Meninjau Areal Usulan Taman Kehati Kelurahan Sotek

Sebagai upaya perlindungan jenis pohon buah dan kayu lokal, masyarakat Kelurahan Sotek, Kec. Penajam, Kab. Penajam Paser Utara mengusulkan areal kebun buah mereka dijadikan Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati). Mendukung gagasan tersebut, Balitek KSDA menurunkan tim peneliti untuk melakukan identifikasi jenis tumbuhan lokal di lokasi sebagai salah satu tahapan dalam upaya pengusulan Taman Kehati.

Tim peneliti yang diawaki oleh Tri Atmoko, Bina Swasta Sitepu, dan Teguh melakukan peninjauan dan pemetaan areal usulan dengan terlebih dulu berkoordinasi dengan Lurah Sotek, M. Harianto, perwakilan masyarakat adat pemilik lahan, dan staf Kelurahan Sotek. Berdasarkan diskusi yang dilakukan, diperoleh informasi terkait sejarah dan aspirasi masyarakat pemilik lahan terhadap rencana pembangunan taman kehati sebagaimana dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan.

“Lokasi calon Taman Kehati tersebut adalah bekas daerah permukiman yang menjadi asal muasal Kelurahan Sotek”, ungkap M. Harianto yang dibenarkan Abbas selaku tetua adat. Para pemilik lahan juga menyadari bahwa areal tersebut memiliki nilai historis khusus bagi mereka dan masyarakat Sotek pada umumnya. Pengelolaan Taman Kehati nantinya diharapkan berbasis budaya lokal, dilengkapi miniatur rumah adat suku Paser sebagai tempat menyimpan berbagai benda-benda bernilai budaya dan sejarah yang dimiliki masyarakat. Selain itu, di dalam hutan tersebut diketahui masih terdapat berbagai jenis tumbuhan sebagai perlengkapan upacara adat.

“Hasil survei di areal calon Taman Kehati ini telah dapat dipetakan jalan-jalan setapak dan kondisi jaringan sungai yang ada di dalam kawasan. Informasi tersebut penting sebagai dasar merencanakan jalur observasi selanjutnya”, ujar Tri Atmoko, Peneliti Madya Balitek KSDA yang memimpin tim dalam melakukan peninjauan awal di areal seluas 10,26 ha tersebut.

“Areal Taman Kehati saat ini didominansi oleh pohon durian, manggis, mangga, cempedak, dan beberapa jenis buah-buahan lainnya” terang Bina Swasta Sitepu. Jenis tumbuhan lainnya adalah beberapa jenis bambu, rotan, pulai, dll. Selain itu, beberapa blok areal sudah ditanami oleh pemilik lahan dengan karet, kelapa sawit, dan gaharu.

Sebagai tindak lanjut kegiatan ini, akan dilakukan inventarisasi jenis tumbuhan lokal yang ada di dalam kawasan sehingga dapat dibuat daftar keanekaragaman jenis serta diperkaya dengan informasi pemanfaatannya oleh masyarakat. Selain itu, dapat direncanakan areal untuk memperkaya keragaman jenis tumbuhan dengan jenis lokal lainnya yang dahulu pernah ada namun saat ini tidak ditemukan lagi. Salah satu contohnya adalah jenis ulin, yang saat ini hanya tinggal ditemui tunggul-tunggulnya saja.

Share Button