Dharma Wanita Persatuan Balitek KSDA dan SMA Al Hayat Ikuti Webinar Edukasi Mangrove
Anggota Dharma Wanita Persatuan Balitek KSDA bersama 20 orang siswa SMA Al Hayat Samboja mengikuti acara webinar “Edukasi Restorasi Ekosistem Mangrove” secara terpisah di Ruang Rapat dan Taman Kreasi Pongo Kantor Balitek KSDA pada Kamis, 24 Juni 2021 lalu. Webinar ini digelar oleh BLI Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkolaborasi dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP) BLI KLH, dalam rangka menyemarakkan peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) 2021.
Acara webinar ini bertujuan memberikan edukasi kepada kalangan ibu dan kaum muda sebagai elemen masyarakat yang dapat berperan penting dalam mendukung upaya konservasi mangrove saat ini dan ke depan. Edukasi adalah jalan strategis untuk meningkatkan pemahaman pada masyarakat tentang pentingnya ekosistem hutan mangrove.
Peran Ibu dan Generasi Muda dalam Konservasi Mangrove
Peran ibu dalam konteks konservasi mangrove, selain memainkan peran memberikan pendidikan langsung kepada anak-anaknya di rumah, mereka juga mempunyai kesempatan dalam memberikan edukasi tentang mangrove melalui bidang pekerjaan yang digeluti (tenaga pendidik, konservasi, peneliti, pemerintahan, dll), termasuk melalui gerakan dari berbagai komunitas, seperti kelompok tani, PKK, dharma wanita, dan sebagainya.
“Sosok ibu, merupakan pendidik pertama dalam kehidupan anak, selain tentunya sebagai orang yang paling dekat dengan anak-anaknya. Apabila memiliki pemahaman tentang pentingnya menjaga hutan tetap baik, ibu akan menjadi garda terdepan dalam pembentukan karakter cinta alam pada generasi muda,” jelas Dr. Agus Justianto, Kepala Badan Litbang dan Inovasi (BLI), saat membuka webinar.
Agus juga menekankan bahwa pembentukan karakter sangat penting bagi generasi muda. Upaya membangun karakter cinta alam bagi generasi muda dapat dilakukan melalui strategi internalisasi pendidikan lingkungan dalam materi pendidikan di sekolah.
Selamatkan Mangrove Kita
Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia, 3,31 juta hektar atau ±20% luas mangrove dunia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan terdapat 637 ribu hektar lahan mangrove yang kritis di Indonesia.
“Kerusakan Mangrove disebabkan konversi mangrove menjadi tambak, pertanian, pemukiman, infrastruktur. Pertambahan jumlah penduduk juga menyebabkan tekanan pada mangrove semakin tinggi, termasuk pengembangan industri di daerah pesisir, eksploitasi air tanah, reklamasi pantai, dan juga sampah-sampah yang dibuang ke laut,” ungkap Dr. Virni Budi Arifanti, peneliti BLI KLHK yang menjadi narasumber dalam webinar ini.
Virni mengungkapkan, dampak negatif dari kerusakan mangrove terhadap kawasan pesisir beragam, seperti pemukiman ambles dan tergenang air. Daerah pesisir yang tidak mempunyai mangrove juga beresiko lebih tinggi terhadap ancaman terjangan gelombang tsunami.
Untuk menyelamatkan mangrove, Indonesia, pemerintah berkomitmen untuk mengimplementasikan secara nyata pemulihan dan perlindungan mangrove. Dari luas lahan kritis 637 ribu hektar, sudah dilakukan rehabilitasi seluas 17 ribu hektar pada 2020 lalu. Adapun sasaran indikatif rehabilitasi hingga tahun 2024 yaitu 620 ribu hektar.
Pengalaman Rehabilitasi Mangrove
Merehabilitasi mangrove bukanlah pekerjaan yang mudah. Koordinator relawan mangrove SMA Negeri 8 Kota Balikpapan, Rugun Parhusip, S.Pd, mengisahkan pengalaman tim relawannya selama 14 tahun terakhir sejak 2007 silam, dalam webinar ini.
Tim relawan mangrove terdiri atas 4 orang guru serta beranggotakan 100 siswa SMAN 8 yang dididik bergantian setiap penerimaan siswa baru.
“Mulai dari 2007 sampai sekarang, tim ini solid bersama-sama, bahu membahu bagaimana kita untuk mengembalikan atau mengijaukan hutan mangrove di Kelurahan Margomulyo,”ungkap Rugun.
Kegiatan relawan menjadi kegiatan ekstra kurikuler SMAN 8, yang dilaksanakan satu kali dalam satu minggu setiap hari Jumat. Aktivitas yang dilakukan relawan adalah pemilihan bibit, pembibitan, penanaman/penyulaman, pembersihan /perawatan, dan pemaanfaatan buah mangrove. Selain itu juga dilakukan kunjungan ke lokasi mangrove yang lain untuk identifikasi beberapa jenis mangrove dan membuat herbarium.
Kini, relawan mangrove SMAN 8 Balikpapan mampu membibit ratusan propagule. Di sana juga tersedia rumah bibit yang mampu menampung kurang lebih tiga ribu bibit.
Upaya tersebut membuahkan hasil, hutan mangrove rusak di belakang sekolah mereka kini sudah menghijau. Bahkan, bekantan pun sudah muncul, sehingga kawasan mangrove tersebut mampui menjadi kawasan ekowisata yang menarik dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Kiprah Generasi Muda dalam Restorasi Mangrove
Salah satu generasi muda yang inspiratif dan juga telah berkiprah dalam rehabilitasi dan pemanfaatan mangrove, ikut membagikan pengalamannya sejak zaman kuliah, dalam webinar ini.
“Sepengalaman saya, peran dari generasi muda sangat vital, karena walau pun pionirnya itu para orang tua, tapi jika tidak diteruskan oleh generasi muda, itu akan percuma, akan tinggal menjadi kenangan saja,”ujar Cahyadi Kurniawan, S,Kel., M.Si., CEO Batik Bakau, pembicara dari generasi muda dalam seminar ini.
Untuk itu menurut Cahyadi, sangat diperlukan penyampaian informasi tentang mangrove kepada generasi muda. Dalam paparannya, Cahyadi menjelaskan kenapa mangrove harus direstorasi, prosesnya (kesesuaian zonasi, persiapan areal tanam, pembibitan dan penamaman, hama dan penyakit, serta monitoring dan evaluasi), siapa yang terlibat, proses keselamatan kerja dalam restorasi, tantangan, dan kunci sukses restorasi mangrove.
“Selama saya menangani mangrove ini, kegiatan restorasi yang berhasil, harus kegiatan yang berkelanjutan,”lanjut Cahyadi. Kunci sukses lainnya adalah kepastian lahan, pelibatan masyarakat lokal, dukungan pemerintah, dan tim yang solid.
Selain melakukan aksi langsung di lapangan, kampanye kreatif juga dapat menjadi strategi mengedukasi pentingnya mangrove. Antara lain melalui, film mangrove, industri kreatif mangrove seperti batik bakau, sabun mangrove, berbagai makanan olahan dari mangrove. Dalam semua kegiatan ini, peran ibu menjadi unsur penting keberhasilannya.
Terkait industri kreatif, kini Cahyadi menekuni batik bakau dengan pewarnaan alami dari limbah bakau. Melalui Batik Bakau ini, secara ekonomi sudah cukup mampu mendukung kehidupan Cahyadi, termasuk pemberdayaan masyarakat setempat dalam proses produksinya.
Aspek sains, pengalaman rehabilitasi, pemanfaatan, kampanye, dan edukasi mangrove di tingkat tapak, yang dihadirkan dalam webinar ini diharapkan dapat menjadi sebuah pembelajaran berharga bagi kaum ibu dan generasi muda lainnya, terutama yang tinggal di kawasan pesisir.