Mangrove Sungai Manggar: Menguak Potensi Tersembunyi di Pesisir Selatan Kota Balikpapan
Sungai Manggar merupakan salah satu sungai yang terletak di pesisir kota Balikpapan bagian selatan dengan infiltrasi air laut hingga +20 km dari muara sungai. Keunikan ekosistem ini memberikan limpahan keanekaragaman hayati, baik flora dan fauna yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan ilmu pengetahuan, sosial maupun ekonomi masyarakat.
Dengan dukungan PT. Pertamina Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Sepinggan, Balikpapan, tim peneliti Balitek KSDA melakukan eksplorasi keanekaragaman hayati dan pemetaan area Sungai Manggar, dengan fokus pada areal mangrove pada 29 September s.d. 7 Oktober 2020. “Fokus eksplorasi kali ini adalah Mamalia, Burung, dan Flora di sepanjang Sungai Manggar, khususnya pada ekosistem mangrove”, ujar Mukhlisi, Peneliti dan Ketua Kelti Konservasi keanekaragaman Hayati Balitek KSDA yang memimpin tim peneliti pada kegiatan eksplorasi ini. Bekantan sebagai salah satu satwa endemik Kalimantan juga menjadi fokus eksplorasi, dengan mempertimbangkan potensinya sebagai daya tarik wisata bagi pengunjung dari luar Balikpapan, bahkan dari luar Kalimantan.
Bersama masyarakat sekitar sungai Manggar, tim peneliti Balitek KSDA melakukan penelusuran di Sungai Manggar menggunakan perahu kayu yang digerakkan dengan mesin diesel, serta perahu katamaran dengan mesin tempel berkekuatan 15 PK. “Perahu Katamaran sangat efektif dalam kegiatan pengamatan Mamalia, Burung dan Bekantan dikarenakan mesin yang digunakan tidak terlalu berisik, serta bentuk perahu yang memungkinkan untuk melakukan manuver selama pengamatan”, ujar Hery Seputro, staf Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Balikpapan yang turut mendampingi selama survei. Untuk menjangkau kawasan darat yang agak jauh dari tepi sungai, tim pemetaan melakukan ground check dengan kendaraan roda empat dan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju titik pengamatan.
Kegiatan ground check tersebut bertujuan untuk memastikan tipe tutupan lahan yang ada di peta dengan kondisi di lapangan saat ini. Terdapat 30 titik area yang dicek tutupan lahannya. Hasil kegiatan ini menunjukkan kawasan DAS Manggar memiliki 7 tipe tutupan lahan antara lain Tambak, Hutan Mangrove Sekunder, Pertanian Lahan Kering, Pemukiman, Belukar Rawa, Perkebunan, dan Sawah. Saat kegiatan berlangsung ditemukan beberapa tambak masyarakat yang tidak dimanfaatkan lagi dan mengalami proses suksesi menjadi hutan mangrove.
Sebanyak 29 jenis burung berhasil teramati di sepanjang alur Sungai Manggar. “Mayoritas adalah jenis-jenis burung air seperti dari famili Alcedinidae, Anatidae, Anhingadae, Ardeidae, Charadriidae, dan Laridae”, ungkap Mukhlisi. Selain itu, ada kecenderungan jika daerah hulu sungai memiliki kekayaan jenis burung lebih tinggi dibandingkan daerah hilir. Situasi ini diduga berkaitan dengan tingkat gangguan dan ancaman daerah hulu yang lebih rendah, sehingga satwa liar lebih banyak terkonsentrasi di daerah hulu. Fenomena serupa juga terjadi dari hasil pengamatan primata Bekantan. “Sungai Manggar setidaknya dihuni oleh empat kelompok Bekantan, seluruhnya ditemukan mulai dari daerah pertengahan hingga hulu sungai saja”, ungkap Amir Ma’ruf yang fokus pada aspek pengamatan Bekantan.
Kawasan Mangrove Sungai Manggar memiliki 21 jenis tumbuhan pada ekosistem mangrove dengan dominasi oleh Bakau (Rhizophora spp.), khususnya pada bagian pertengahan sungai Manggar. Hulu sungai Manggar lebih didominasi Nipah (Nypa fruticans), dan bagian hilir yang mendekati wilayah laut lebih beragam dengan kehadiran api-api (Avicenia marina), Rambai laut (Sonneratia alba) dan Nyirih (Xylocarpus granatum). “Salah satu temuan menarik pada kawasan ini adalah keberadaan jenis Aglaia cucullata sebagai jenis asosiasi mangrove yang merupakan catatan baru untuk wilayah Balikpapan”, ungkap Bina Swasta Sitepu. Temuan ini juga menambah koleksi tumbuhan di Herbarium Wanariset (WAN) dengan pembuatan spesimen herbarium dari individu pohon yang memiliki buah.
Data dan informasi dari hasil pelaksanaan eksplorasi ini dapat dipergunakan dalam usaha pengelolaan DAS Manggar secara umum oleh pemerintah setempat untuk menjaga kelestarian serta memaksimalkan pemanfaatan tanpa merusak ekosistem yang ada. Masyarakat setempat diharapkan dapat lebih memaksimalkan pengetahuan tentang keanekaragaman hayati di areal mangrove sungai manggar melalui transfer informasi yang didapatkan selama kegiatan pengamatan.