Survey Biodiversitas Calon Lokasi Proyek PLTA di TN Kayan Mentarang
Sebanyak 9 orang tim survey gabungan yang yang berasal dari TN Kayan Mentarang, Balitek KSDA, dan PT. Kahayan Hidropower Nusantara melakukan survey singkat kondisi biodiversitas di resort Sungai Tubu, SPTN Wilayah II – Taman Nasional Kayan Mentarang. Survey dilaksanakan selama 15 hari (23 Februari s.d 8 Maret) dengan aspek yang diamati meliputi: vegetasi, aves, mamalia, dan herpetofauna.
Balitek KSDA berpartisipasi dengan mengirimkan dua orang tenaga peneliti dan teknisi, yaitu Mukhlisi, S.Si., M.Si yang membantu dalam pengamatan satwa, serta Priyono yang berperan dalam pengenalan jenis pohon. Selain itu, kegiatan survey juga dibantu oleh kelompok masyarakat adat Dayak Punan yang bermukim di sekitar Sungai Tubu.
Mukhlisi dan Priyono Priyono melakukan survey vegetasi
Tamsil, S.Hut selaku kepala SPTN Wilayah II menjelaskan bahwa lokasi pengamatan di prioritaskan di sepanjang anak Sungai Tubu, seperti Kuala Rian, Menabur, dan Belanga. Areal taman nasional tersebut diprediksi akan terendam seluas 256 Ha akibat pembangunan PLTA. Sungai Tubu sendiri merupakan pecahan dari Sungai Mentarang di mana lokasi PLTA akan dibangun dengan cara membendung aliran sungainya.
Sungai Tubu masih memiliki biodiversitas yang beragam, meskipun sebagian di antaranya adalah bekas perkampungan Dayak Punan yang direlokasi pemerintah sejak tahun 1970an. “Kami masih menemukan jejak macan dahan (Neofelis diardi borneensis) serta kelompok primata endemik Kalimanta Utara, Lutung Bangat (Presbytis hosei)” ujar Mukhlisi, S.Si., M.Si salah satu peneliti Balitek KSDA. Sebanyak 70 an jenis burung dan 30 an jenis herpetofauna juga turut terdata dalam survey ini.
Kegiatan pengamatan herpetofauna Satwa penghuni TN Kayan Mentarang
Misoniman, A.Md selaku kepala resort Sungai Tubu menjelaskan bahwa informasi ilmiah biodiversitas di wilayah Sungai Tubu masih sangat minim. Hal ini disebabkan banyaknya tantangan untuk dapat melakukan survey di sepanjang aliran sungai pada wilayan ini, karena lokasi yang sulit dijangkau, topografi terjal, serta diperlukan ketahanan fisik untuk berjalan kaki di aliran sungai deras berbatu.
Hasil survey akan menjadi basis data dalam perencanaan pembangunan PLTA, khususnya potensi dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap aspek biodiversitas TN. Kayan Mentarang. Lebih lanjut, Misoniman, A.Md mengungkapkan bahwa laporan dari hasil survey ini akan diteruskan ke Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam Kementerian LHK di Jakarta.
Transportasi air pengantar tim survey Tim beristirahat menuju lokasi
Sebelumnya diberitakan bahwa proyek pembangunan PLTA 1.375 MW ini telah ditinjau oleh Presiden Joko Widodo pada akhir tahun lalu (19 Desember 2019). Pembangunan PLTA adalah bagian dari proyek strategis nasional untuk menyuplai kebutuhan listrik Provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. Sebagian suplai listrik ke depannya akan digunakan untuk mendukung pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur dan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Kalimantan Utara.