Buku “Mengenal Hutan Lembonah dan Lingkungan Sekitarnya”

Balitek KSDA dan PT Borneo Surya Mining Jaya (PT BSMJ) yang berada di Kutai Barat, Kalimantan Timur bekerja sama dalam menerbitkan buku modul pendidikan lingkungan berjudul “Mengenal Hutan Lembonah dan Lingkungan Sekitarnya”.  Buku dengan 124 hlm ini ditulis oleh peneliti Balitek KSDA Ardiyanto Wahyu Nugroho, Ulfah Karmila Sari, Tri Sayektiningsih, dan Mukhlisi. Modul ini merupakan hasil dari implementasi kerja sama dalam mengidentifikasi potensi flora dan fauna yang terdapat di Hutan Lembonah, serta budaya masyarakat di sekitarnya.

Modul pendidikan lingkungan dibuat untuk membantu siswa dalam memahami peran Hutan Lembonah bagi lingkungan sekitar.  Para siswa akan diberikan penjelasan dan pemahaman bahwa menjaga hutan sangat penting agar lingkungan tetap lestari. Diharapkan dengan modul ini para siswa akan memahami manfaat Hutan Lembonah untuk keseimbangan ekosistem alam serta pengelolaan lingkungan secara bijaksana dan lestari.

PT BSMJ memiliki komitmen yang kuat untuk melaksanakan pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara lestari dan berkelanjutan. Saat ini terdapat sebanyak 10 areal HCVF di areal perkebunan PT BSMJ dengan luas total + 722 ha. Areal yang terluas adalah Hutan Lembonah, yaitu seluas 340 ha dengan kondisi hutan yang kompak. Lokasinya berada tepat di tengah perkebunan kelapa sawit PT BSMJ, membuat keberadaannya penting secara ekologis.

Hutan Lembonah dinilai masih memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna yang cukup beragam. Selain itu, kehidupan masyarakat Dayak Benuaq yang ada di sekitarnya juga merupakan kekayaan budaya yang wajib untuk dilestarikan.

Keberadaan Hutan Lembonah sangat baik untuk membantu siswa sekolah dalam pendidikan lingkungan. Hal ini karena tempat tersebut dapat digunakan sebagai tempat praktik maupun tempat untuk memberikan gambaran atau ilustrasi langsung kepada para siswa akan pentingnya hutan untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Link download di sini

Share Button

Survey Biodiversitas Calon Lokasi Proyek PLTA di TN Kayan Mentarang

Sebanyak 9 orang tim survey gabungan yang yang berasal dari TN Kayan Mentarang, Balitek KSDA, dan PT. Kahayan Hidropower Nusantara melakukan survey singkat kondisi biodiversitas di resort Sungai Tubu, SPTN Wilayah II – Taman Nasional Kayan Mentarang. Survey dilaksanakan selama 15 hari (23 Februari s.d 8 Maret) dengan aspek yang diamati meliputi: vegetasi, aves, mamalia, dan herpetofauna.

Balitek KSDA berpartisipasi dengan mengirimkan dua orang tenaga peneliti dan teknisi, yaitu Mukhlisi, S.Si., M.Si yang membantu dalam pengamatan satwa, serta Priyono yang berperan dalam pengenalan jenis pohon. Selain itu, kegiatan survey juga dibantu oleh kelompok masyarakat adat Dayak Punan yang bermukim di sekitar Sungai Tubu.

Tamsil, S.Hut selaku kepala SPTN Wilayah II menjelaskan bahwa lokasi pengamatan di prioritaskan di sepanjang anak Sungai Tubu, seperti Kuala Rian, Menabur, dan Belanga. Areal taman nasional tersebut diprediksi akan terendam seluas 256 Ha akibat pembangunan PLTA. Sungai Tubu sendiri merupakan pecahan dari Sungai Mentarang di mana lokasi PLTA akan dibangun dengan cara membendung aliran sungainya.

Sungai Tubu masih memiliki biodiversitas yang beragam, meskipun sebagian di antaranya adalah bekas perkampungan Dayak Punan yang direlokasi pemerintah sejak tahun 1970an. “Kami masih menemukan jejak macan dahan (Neofelis diardi borneensis) serta kelompok primata endemik Kalimanta Utara, Lutung Bangat (Presbytis hosei)” ujar Mukhlisi, S.Si., M.Si salah satu peneliti Balitek KSDA. Sebanyak 70 an jenis burung dan 30 an jenis herpetofauna juga turut terdata dalam survey ini.

Misoniman, A.Md selaku kepala resort Sungai Tubu menjelaskan bahwa informasi ilmiah biodiversitas di wilayah Sungai Tubu masih sangat minim. Hal ini disebabkan banyaknya tantangan untuk dapat melakukan survey di sepanjang aliran sungai pada wilayan ini, karena lokasi yang sulit dijangkau, topografi terjal, serta diperlukan ketahanan fisik untuk berjalan kaki di aliran sungai deras berbatu.

Hasil survey akan menjadi basis data dalam perencanaan pembangunan PLTA, khususnya potensi dampak yang mungkin ditimbulkan terhadap aspek biodiversitas TN. Kayan Mentarang. Lebih lanjut, Misoniman, A.Md mengungkapkan bahwa laporan dari hasil survey ini akan diteruskan ke Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam Kementerian LHK di Jakarta.

Sebelumnya diberitakan bahwa proyek pembangunan PLTA 1.375 MW ini telah ditinjau oleh Presiden Joko Widodo pada akhir tahun lalu (19 Desember 2019). Pembangunan PLTA adalah bagian dari proyek strategis nasional untuk menyuplai kebutuhan listrik Provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. Sebagian suplai listrik ke depannya akan digunakan untuk mendukung pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur dan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Kalimantan Utara.

Share Button

Isu Kelestarian Hutan di Balik Pemindahan IKN menjadi Perhatian Anggota DPR RI

Tantangan kelestarian kawasan hutan di balik pemindahan ibu kota negara menjadi salah satu isu hangat dalam diskusi anggota DPR RI, Budi Satrio Djiwandono di Balitek KSDA.

Pemindahan ibu kota negara dan tantangan kelestarian kawasan hutan menjadi salah satu isu hangat yang mengemuka pada diskusi kunjungan masa reses anggota DPR RI Budi Satrio Djiwandono di Balitek KSDA, pada 10 Maret 2020. Pindahnya ibu kota negara di satu sisi diyakini dapat membawa perbaikan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Namun, di sisi lain akan berdampak pada kualitas lingkungan hidup dan kelestarian hutan di Kaltim.

“Pembangunan IKN (ibu kota negara), di satu sisi akan memacu pertumbuhan ekonomi yang bagus untuk Kaltim. Di sisi lain, pembangunan akan berefek pada lingkungan hidup, seperti kelestarian hutan di sekitar calon lokasi IKN,” kata Budi Satrio saat berdiskusi dengan Kepala Balitek KSDA.

Anggota DPR RI dari Dapil Kaltim tersebut juga menyampaikan bahwa informasi tentang kondisi di lapangan menjadi salah satu agenda target kunjungannya ke Kaltim kali ini. “Masukan dan informasi dari berbagai mitra kerja yang saya temui selama di Kaltim ini menjadi informasi yang sangat berharga untuk disampaikan sebagai bahan rapat di Jakarta.” kata pria kelahiran 38 tahun silam ini.

Selain itu, Budi Satrio merupakan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI mengapresiasi kinerja mitra-mitra bidang kehutanan dalam menjaga kelestarian kawasan hutan dan kualitas lingkungan hidup di tingkat tapak. Komisi IV DPR RI merupakan satu dari 11 (sebelas) Komisi yang ada di DPR RI yang mempunyai ruang lingkup tugas di bidang Pertanian, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kelautan. “Seperti Balitek KSDA ini, sebagai salah satu lembaga litbang di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menunjukkan kinerja positif dalam mendukung upaya-upaya konservasi sumber daya alam. Ini akan saya sampaikan ke Ibu Menteri (LHK),” katanya.

Seperti dijelaskan Kepala Balitek KSDA, Ishak Yassir dalam paparannya, “Balitek KSDA telah mengambil inisiatif-inisiatif dalam rangka menyambut pemindahan ibu kota negara ke Kaltim, dengan mengumpulkan informasi potensi kehati di wilayah IKN. Tahun lalu, kami melakukan eksplorasi jenis-jenis flora yang ada di wilayah sekitar IKN, serta melakukan kajian dan pemetaan sebaran kawasan hutan beserta satwa-satwa kunci yang ada di dalamnya”

“Balitek KSDA juga terlibat dalam mendukung penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Startegis (KLHS) dan menjalin komunikasi dengan tim-tim yang turun ke lapangan dari Jakarta terkait persiapan IKN ini.” imbuh Ishak Yassir.

Setelah berdiskusi, Budi juga melihat koleksi spesimen tumbuhan dan proses pembuatannya di Herbarium Wanariset. Tak lupa, Budi Satrio juga menyempatkan untuk foto bersama dengan para pegawai Balitek KSDA yang ditemuinya. (disp)

Share Button

Meriahkan Bulan K3, Peneliti Balitek KSDA Menjadi Pemateri Pelatihan Penanganan Ular di PT. Pertamina EP 5 Sanga Sanga

Balitek KSDA (Sanga Sanga, 10 Maret 2020)_ Tim Peneliti Herpetofauna dari Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) berkesempatan melakukan pelatihan terkait karakteristik dan cara penanganan ular berbahaya kepada karyawan dan karyawati PT. Pertamina EP Asset 5 Sanga Sanga dalam rangka memeriahkan Peringatan Bulan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Nasional Tahun 2020 di PT. Pertamina EP Asset 5 Sanga Sanga Field (8/03/2020).

Tujuan pelatihan ini adalah memberikan pengetahuan secara umum pengenalan ciri ular yang berbisa dan yang tidak berbisa serta cara penanganannya ketika memasuki lingkungan pemukiman dengan alat-alat sederhana yang ada di rumah. Tim Herpetofauna Balitek KSDA yang terlibat pada kegiatan ini antara lain Teguh Muslim, S.Hut., M.Hut (Peneliti), Deny Adi Putra, S.Hut dan Widyawati, S.Hut (Teknisi Litkayasa). 

Di awal presentasi Teguh Muslim memaparkan gambaran umum mengenai ular, antara lain: ular adalah jenis reptil yang pada umumnya dijumpai yang dianggap berbahaya sehingga ditakuti manusia. Di Indonesia terdapat lebih dari 350 jenis ular dan 135 jenis diantaranya ada di Kalimantan. “Ada empat jenis ular yang dilindungi di Indonesia yang dari famili Phytonidae, diantaranya adalah Sanca Timor (Malayophyton timorensis), Sanca Hijau (Morelia viridis), Sanca Bodo (Python bivittatus) dan Sanca Bulan (Simalia boeleni). Berdasarkan data jenis hewan (Herpetofauna) dilindungi, dari empat jenis sanca tersebut hanya satu jenis yang dapat ditemukan di Kalimantan”, kata Teguh.

Teguh Muslim selanjutnya menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memastikan keamanan dan keselamatan bagi manusia ketika harus berhadapan dengan ular dengan cara dan prosedur yang benar tanpa harus membunuh hewan yang dikhawatirkan berbahaya. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka diperlukan pemahaman terkait karakteristik ular dan juga teknik penanganan bahaya ular secara aman, efektif dan efisien untuk mencegah terjadinya kecelakaan baik di tempat kerja maupun di rumah dan lingkungan sekitar.

Setelah pemberian materi tentang ular, para peserta diajak untuk praktik simulasi penanganan bahaya ular yang memasuki lingkungan pemukiman dengan alat dan bahan peraga secara tepat, cepat, dan aman. Dalam kesempatan ini peserta juga diminta melakukan peragaan langsung penanganan bahaya ular dengan menggunakan peralatan sederhana yang ada di rumah seperti, sapu, baskom, kain lap, ember dan beberapa peralatan rumah tangga lainnya serta alat standar penanganan ular (Grab Stick). Jenis ular yang digunakan adalah jenis ular tidak berbisa yaitu Malayophyton reticulatus (ular sanca/sawah), selain itu tim Balitek KSDA juga memperkenalkan salah satu jenis ular berbisa Boiga dendrophila dari famili Colubridae.

Dani Haru Ciptadi, dari bagian HSSE PT. Pertamina EP Asset 5 Sanga Sanga Field sekaligus Ketua Panitia Penyelenggara Peringatan Bulan K3, mengungkapkan kegiatan ini merupakan upaya konkret terhadap pelaksanaan K3 di lingkungan kerja agar budaya K3 benar-benar terwujud dalam kegiatan sehari-hari. “Kami sangat antusias dan berharap sekali kegiatan edukasi ini dapat terus dilakukan pada tahun-tahun berikutnya, karena kesehatan dan keselamatan kerja adalah nomor satu”, tambah Dani.

Kedepannya, kegiatan ini diharapkan dapat dilanjutkan dengan lebih intensif khususnya untuk tenaga pengamanan (security) untuk lebih memahami karakteristik ular dan cara penanganannya di lingkungan kerja Pertamina EP Asset 5 Sanga Sanga dan pemukiman karyawan serta diluar pemukiman yang terjangkau. Harapan dari Tim Balitek KSDA, agar HSSE EP 5 membekali peralatan standar untuk penanganan ular yaitu menggunakan stik ular (Grab stick) minimal untuk petugas keamanan (Security) kantor dan pemukiman karyawan. Pesan penting di akhir sosialisasi dari pemateri adalah “Jangan pernah menyentuh ular berbisa tanpa alat yang aman”  (DAP/TM).

Share Button