Expose Hasil Kajian Kerjasama Penelitian Balitek KSDA dengan PT Pertamina EP
Balitek KSDA (14 Oktober 2019)_Bertempat di ruang rapat Balitek KSDA, tim peneliti Balitek KSDA yang diketuai oleh Suryanto, S.Hut., M.Si menyampaikan expose dan paparan hasil kajian “Arahan Pengelolaan Lingkungan dan Perlindungan Kehati Tanjung Una, Mitigasi Dampak Pembangunan Sumur Minyak Baru” pada 26 September 2019. Kajian ini merupakan hasil survey keanekaragaman hayati dan kajian pengelolaan lingkungan kerjasama antara Balitek KSDA dengan PT Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field yang telah dilaksanakan pada 22 Juli – 7 Agustus 2019. Kegiatan survey dilaksanakan oleh 15 staf peneliti dan teknisi, terbagi dalam tim pemetaan, botani, demografi bekantan, burung, mamalia kecil dan herpetofauna. Area Tanjung Una yang merupakan area IPPKH PT Pertamina EP Asset 5 untuk eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, termasuk dalam wilayah kelola KPHP Delta Mahakam. Dalam memanfaatkan ijin eksplorasi dan produksi minyak bumi, PT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field akan membangun 20 sumur minyak baru di Area Tanjung Una. 20 sumur ini berada di 14 lokasi terpisah, dengan total luas area dibuka sebesar 53,55 ha. Berdasarkan analisis yang dilakukan, pembukaan lahan dengan sistem land clearing dan penimbunan tanah akan menghasilkan luas area terdampak sebesar 1.5-2 kali area dibuka dan juga menyebabkan fragmentasi habitat, khususnya Bekantan menjadi 7-10 habitat.
Suryanto menyampaikan “Area Tanjung Una seluas 600,81 hektar memiliki nilai-nilai strategis yang perlu dikelola secara baik, selain kekayaan sumberdaya hayatinya juga keindahan alamnya. Mitigasi dari dampak pembangunan sumur diupayakan dengan membagi ruang kelola Tanjung Una dalam 4 satuan pengelolaan lahan, yaitu area Sumur seluas 53,55 ha, area perlindungan kehidupan liar seluas 275,34 ha, area rehabilitasi sebagai pengganti area terdampak seluas 94.75 dan cadangan (sisa) seluas 177.17 ha. Lebih lanjut Tim Balitek menyampaikan detil nilai strategis keanekaragaman hayati dari hasil surveynya beserta tim. Teguh Muslim, peneliti Herpetofauna menyatakan,“area ini bertipe ekosistem hutan rawa air payau dan dipengaruhi pasang air laut. Ekosistemnya sehat, ditandai dengan kehadiran Katak Batu (Limnonectes paramacrodon) sebagai bio-indikator dari jenis herpetofauna,”. Lebih lanjut, Muklisi berhasil mengidentifikasi 58 individu satwa endemik Bekantan (Nasalis larvatus). “Keberadaan satwa dalam status Endangered (IUCN) dan Appendix I (CITES) serta dilidungi ini didukung dengan ketersediaan 21 jenis tumbuhan pakan yang tumbuh alami di Tanjung Una,”jelas Muklisi.. Dua di antaranya yaitu Syzygium creaghii dan Sonneratia casiolaris adalah pakan utama bekantan. “Secara keseluruhan, jumlah jenis tumbuhan yang berhasil kami identifikasi adalah sebanyak 76 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 34 famili,”jelas Burhanuddin Adman, ketua tim survei tumbuhan. Keanekaragaman Hayati di Tanjung Una dilengkapi dengan kekayaan jenis burung yang cukup tinggi. “Berdasarkan 8 hari survei yang kami lakukan, kami mencatat 553 pertemuan dengan individu burung. Dari jumlah tersebut, berhasil diidentikasi 38 jenis burung . Tiga jenisnya bahkan dalam status endangered (IUCN). Hal yang cukup unik, juga ditemukan Kangkareng Perut Putih atau dikenal dalam nama latin Anthracoceros albirostris serta Elang Bondol dengan nama latin Haliastur indus,” jelas Amir Ma’ruf, ketua tim survei burung.
Tanjung di ujung pulau yang di apit kecamatan Anggana dan Sangasanga dan hanya berjarak 25 Km dari Kota Samarinda ini sejatinya memiliki potensi ekowisata dan edukasi. Menurut Suryanto dan tim, nilai strategis lain dari Area Tanjung Una adalah harmoni sore hari. “Sore hari di Tanjung Una adalah waktu yang tepat untuk menyaksikan satwa bekantan beraktifitas dan berlanjut menikmati sunset yang ekstrim berbeda. Ujung dari Area Tanjung Una adalah titik yang tepat untuk menyaksikan matahari tenggelam di Sungai Mahakam, satu harmoni yang mungkin tidak ditemukan di tempat lain.” imbuh Suryanto.
Suryanto memaparkan beberapa program yang melengkapi arahan pengelolaan dan perlidungi KEHATI di Tanjung Una. “Program yang di arahkan adalah bagian dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan PT Pertamina EP 5 di Tanjung Una, melengkapi visi-misi dan sebuah proper untuk menjadi perusahaan berkelas dunia yang menerapkan prinsip SDG’s atau tujuan pembangunan berkelanjutan dan 3P; planet, people, profit; dalam menjamin masa depan yang lebih baik untuk semua,”lanjut Suryanto
Beberapa tindakan teknis konservasi yang disarankan oleh tim peneliti Balitek KSDA antara lain :
- Pembangunan koridor satwa Bekantan dalam kontruksi jembatan titian berukuran lebar 50 cm dan panjang menyesuaikan jarak antar pohon di dua sisi jalan. Jembatan ini menghubungkan kluster hutan (habitat) yang terpisah akibat pembukaan lahan untuk sumur.
- Ekpose upaya perlindungan kehidupan liar di Tanjung Una dalam seminar-seminar nasional-internasional serta dan publikasi ilmiah dalam bentuk Buku, Jurnal maupun leafleat,
- Rehabilitasi seluas 94,75 ha sebagai pengganti area terdampak. Rehabilitasi bertujuan menyediakan habitat baru dan sekaligus berfungsi sebagai koridor satwa, tepat di bagian barat Tanjung Una .
- Patroli dan pengamanan area untuk menekan aktifitas illegal logging dan peladangan yang teridentifikasi di bagian barat. Walaupun dilakukan secara sporadis dan dalam skala kecil, praktek illegal tersebut berpotensi merusak.
- Pengembangan Eko-edu Wisata Terbatas dalam program kunjungan terkontrol, antara lain Field Schooling siswa tingkat dasar dan menengah dan publik yang terhimpun paguyuban atau organisasi ***).
Download disini