Founder and President Four Paws International Meninjau Sekolah Hutan – Orangutan Research Center Samboja

Heli Dungler, Founder and President of Four Paws International berkunjung ke Sekolah Hutan Orangutan di KHDTK Samboja pada kamis, 17 mei 2018. Dungler datang bersama dengan rombongan didampingi oleh tiga pihak penggagas ORC yaitu Balitek KSDA (Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si), BKSDA r (Ir. Sunandar Trigunajasa) dan Hery Estaman (Yayasan Jejak Pulang).Kalimantan Timur (Ir. Sunandar Trigunajasa) dan Hery Estaman (Yayasan Jejak Pulang). Ia ingin melihat secara langsung bagaimana aktifitas Orangutan Research Center (ORC).

Four Paws adalah organisasi internasional berpusat di Wien Austria, yang konsern dengan isu kesejahteraan satwa (animal welfare) di berbagai negara. Di Indonesia, Four Paws menjadi donor utama aktifitas Yayasan Jejak Pulang.

Sampai saat ini ORC telah merawat 8 individu bayi orangutan dari berbagai tempat di Kalimantan Timur. Semua orangutan rehabilitant tersebut sudah tidak mempunyai induk yang disebabkan oleh perburuan atau konflik dengan manusia.

“Mr Heli Dungler datang meninjau apa saja kegiatan yang telah dilakukan di Jejak Pulang yang bekerjasama dengan Balitek KSDA dan BKSDA. Dia juga ingin melihat bagaimana program rehabilitasi dan reintroduksi orangutan di Jejak Pulang dikelola,” Ungkap dr Signe Preuschoft.

Kepala BKSDA mengapresiasi Four Paws dengan membantu penyelamatan satwa di kaltim melalui Jejak Pulang. “Kami berterimakasih dan apresiasi atas support dan dukungan Four Paws terhadap upaya penyelamatan satwa di kaltim khususnya orangutan. Karena masih banyak hal terkait penanganan satwa liar yang membutuhkan bantuan dari berbagai pihak,” kata Nandar.

Pada kesempatan ini juga diberikan dua penghargaan “Honorary Orangutan Ambassador” kepada Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi dan Justiani Liem atas dukungan dan kepeduliannya terhadap konservasi orangutan khususnya di Yayasan Jejak Pulang.

Share Button

Opening Ceremony Orangutan Forest School di KHDTK Samboja

Kepala Balitek KSDA, Kepala BKSDA, President Four Paws International dan Pembina Yayasan Jejak Pulang secara bersama-sama melakukan gunting pita sebagai tanda diresmikannya Orangutan Forest School di KM 7 KHDTK Samboja. Pembukaan ini menandai kesiapan fasilitas sekolah hutan bagi orangutan rehabilitan. Fasilitas yang telah dibangun itu antara lain Portacamp yang berfungsi sebagai klinik, gudang buah, kamar bayi orangutan, serta ruang teknisi. Selain itu juga telah dibangun pos pengamanan, rumah pengolahan kompos, dan kandang. Beberapa fasilitas lain masih dalam proses pengerjaan.

Orangutan forest school ini merupakan kawasan KHDTK Samboja yang dialokasikan sebagai tempat pendidikan dan rehabilitasi bagi individu orangutan secara langsung di alam. Luas area tersebut ialah 130 Ha dengan didukung 2 orang dokter hewan, 1 orang tenaga ahli perilaku satwa, 1 orang ahli biologi, 15 orang teknisi, dan disupport oleh 30 orang tenaga pengamanan sebagai pengelolanya.

“Peresmian ini merupakan langkah maju penuh optimis dalam jejaring kerjasama Balitek KSDA, BKSDA Kalimantan Timur dan Yayasan Jejak Pulang untuk Program Pusat Penelitian Orangtuan/Orangutan Research Centre (ORC) di KHDTK Samboja.  Sebuah wahana yang bukan hanya sangat bermakna untuk konservasi orangutan, akan tetapi juga sebuah kesempatan besar untuk menghasilkan peneliti Indonesia yang ahli di bidang konservasi orangutan,” kata Ahmad Gadang Pamungkas Kepala Balitek KSDA Samboja.

Jejak Pulang menyampaikan komitmennya untuk melaksanakan kegiatan rehabilitasi orangutan dan menjaga keamanan sekolah hutan. “Kami sekuat tenaga menjaga keamanan Kawasan sekolah hutan orangutan dari berbagai ancaman dengan menyiapkan tenaga pengamanan 24 jam. Kami juga memberlakukan non-contact policy bagi bayi orangutan demi keberhasilan program rehabilitasi orangutan,” Ungkap Signe Preuschoft ahli perilaku satwa ini.

Selama ini, bayi orangutan ditempatkan di kandang karantina yang berada di Arboretum Balitek KSDA. Setiap hari orangutan rehabilitant harus diangkut untuk menuju lokasi sekolah hutan di KM 6 dengan ditemani teknisi. Setiap individu bayi orangutan membutuhkan waktu sekitar 5-7 tahun untuk siap mandiri dan kembali dilepasliarkan di alam. Perbedaan durasi ini tergantung pada kondisi kesehatan dan kemampuan masing-masing individu. Kompetensi minimal yang diajarkan di sekolah hutan orangutan ini antara lain pengetahuan tentang pakan, bagaimana memperoleh pakan, kemampuan memanjat, membuat sarang, serta mengenali berbagai bahaya.

Dengan tersedianya fasilitas di KHDTK Samboja, para bayi orangutan dapat langsung beraktifitas di lokasi sekolah hutan tanpa perlu mobilisasi. Hal ini akan dapat mengurangi frekuensi perjumpaan orangutan dengan manusia, sehingga mempercepat proses pendidikan orangutan untuk dapat tumbuh secara alami menyerupai kondisi alamiahnya di hutan.

Share Button

Evakuasi Ular Sanca Batik di Arboretum Balitek KSDA

Balitek KSDA, 10 Mei 2018

Kamis malam (10 Mei 2018), petugas pengamanan yang sedang melakukan patroli Orangutan Research Center dikejutkan adanya ular sanca batik (Python reticulatus) yang melintas di lokasi kandang karantina orangutan di Arboretum Balitek KSDA.

Menurut dokter hewan Yayasan Jejak Pulang, drh. Anne, ular tersebut belum lama berganti kulit dan sedang mencari mangsa. Hal ini terlihat dari kenampakan kondisi kulit yang sangat bagus serta agresivitas gerakannya. “Ular ini belum lama berganti kulit dan oleh karenanya dia butuh mangsa untuk mengembalikan tenaganya. Selain itu, terlihat gerakannya yang agresif menunjukkan bahwa dia lapar.” Kata drh Anne.

Upaya penangkapan ular berjalan cukup lama karena keterbatasan alat dan kondisi gelap. Akhirnya dengan melibatkan beberapa orang, ular berhasil diamankan. Ular tersebut kemudian dilepaskan di Tahura Bukit Soeharto yang jauh dari kawasan pemukiman warga. Ular dengan ukuran diameter 20 cm dan panjang 5 meter itu sudah berbahaya bagi manusia. Meskipun tidak berbisa, namun kekuatan lilitan otot ular sanca dewasa mampu melumpuhkan seorang manusia dewasa dan memangsanya.

Evakuasi satwa liar ini bukan pertama kalinya dilakukan oleh Balitek KSDA dan Jejak Pulang. Pada 19 Maret 2018 lalu, tim Forest Ranger ORC membantu melepaskan beruang muda yang terkena jerat babi hutan yang dipasang warga di KM 7. Kemudian pada 30 Maret 2018, tim peneliti Balitek KSDA juga mengamankan buaya muara yang masuk pemukiman warga di Teluk Pemedas Kecamatan Smaboja dan diserahkan ke BKSDA Kaltim. Terakhir, pada 25 April 2018 tim Jejak pulang mengevakuasi seekor individu bekantan yang berada di persawahan warga di KM 30 Kelurahan Karya Merdeka ke Habitatnya di Sungai Hitam Samboja.

 

Share Button

Kunjungan Peserta Temu Pecinta Alam se-Kaltim XVI di Balitek KSDA

Jumat malam, 4 Mei 2018 Balitek KSDA menerima kunjungan pecinta alam se-Kalimantan Timur. Mereka adalah para peserta kegiatan Temu Pecinta Alam se-Kalimantan Timur XVI (TPA XVI) yang diselenggarakan oleh Himpunan Pecinta Alam Politeknik Balikpapan selama 3 hari dari Jumat sampai Minggu (4-6 Mei 2018).

Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan secara bergilir oleh kelompok pecinta alam sebagai ajang silaturahim, saling berbagi informasi, dan menyusun kegiatan aksi komunitas pecinta alam di Kaltim. Para peserta merupakan perwakilan organisasi mahasiswa pecinta alam (Mapala), kelompok pecinta alam (KPA) dan siswa pecinta alam (Sispala).

Jumat malam, peserta dibekali materi kelas antara lain pengenalan profil Balitek KSDA, pengenalan tumbuhan berkhasiat obat Kalimantan, herbarium, dan teknik pengamatan satwa menggunakan kamera trap yang disampaikan oleh peneliti dan teknisi Balitek KSDA dengan suasana santai. Para peserta mendengarkan dengan antusias paparan yang disampaikan para pemateri dan berharap mendapatkan wawasan yang baru dari kunjungan ke Balitek KSDA. “Panitia sengaja memilih Balitek KSDA sebagai lokasi kegiatan karena mempunyai fasilitas penelitian yang jarang ditemui di tempat lain seperti herbarium. Harapannya, para peserta memperoleh pengalaman baru di sini.” Kata Ahmad Ridho, panitia TPA XVI.

Kegiatan hari kedua diisi dengan praktik dan kunjungan lapangan. Para peserta TPA XVI diajak ke Herbarium Wanariset Samboja yang mempunyai koleksi 19.799 nomor specimen dari 3.675 species tumbuhan. Mereka diajari teknik pembuatan specimen herbarium, dari mengambil specimen di lapangan hingga penyimpanan di Gedung Herbarium. Selanjutnya para pecinta alam ini belajar bagaimana membuat bibit tanaman di persemaian. Mereka diajari beberapa perlakuan untuk menyapih bibit anakan dari alam, cara pemeliharaan, hingga bibit siap tanam.

Tujuan kunjungan berikutnya ialah trek Tumbuhan Obat Tri Joko Mulyono di KHDTK Samboja yang mempunyai koleksi 55 jenis tumbuhan berkhasiat obat asli Kalimantan. 50 jenis di antaranya secara alami tumbuh di KHDTK Samboja, sedangkan 5 jenis lainnya diambil dari lokasi penelitian. Selesai trekking di Trek Tri Joko para peserta dibawa ke Air Terjun Katak di dalam KHDTK Samboja untuk berkemah serta melakukan kegiatan pengamatan satwa. Beruntung, kondisi cuaca cukup bagus dan cerah sehingga kegiatan berjalan dengan lancar.

Share Button

LOKAKARYA PEMANTAPAN ISU ISU STRATEGIS UNTUK PENYUSUNAN RENSTRA BALITEK KSDA

Setelah melaksanakan workshop penggalian isu-isu strategis bersama pihak LSM dan swasta seminggu sebelumnya (03/05/2018), Balitek KSDA kembali melaksanakan Lokakarya Pemantapan Isu-Isu Strategis Untuk Penyusunan Renstra dengan mengundang para pihak dari pemerintah dan akademisi. Acara yang difasilitasi oleh The Nature Conservancy (TNC) Indonesia digelar di Hotel Selyca Mulia Samarinda pada Rabu, 9 Mei 2018.

Kepala Balitek KSDA terlebih dulu menyampaikan monitoring dan evaluasi capaian Renstra Balitek KSDA 2015-2019 serta rencana tahapan penyusunan Renstra Balitek KSDA 2020-2024. “Kegiatan ini merupakan kegiatan kedua setelah minggu lalu kami mengadakan workshop dengan mitra dari LSM dan swasta. Harapannya pertemuan hari ini lebih memantapkan isu-isu yang sudah muncul minggu lalu disinkronkan dengan arah kebijakan pemerintah.”

Hadir sebagai narasumber pada acara lokakarya kali ini yaitu Drs. Johny Holbert Panjaitan, M.Sc, Kabag Program Badan Litbang Inovasi LHK menyampaikan paparan terkait arahan kebijakan litbang dan inovasi periode 2020-2024. Dalam arahannya, Johny menyampaikan skema dukungan kebijakan pemerintah dalam Prinas dan RKP yang bersifat dinamis, serta sinkronisasi RPPI sebagai induk setiap kegiatan litbang UPT di daerah. Johny juga mengapresiasi inisiatif Balitek KSDA menyelenggarakan pertemuan ini. “Kegiatan ini sangat bagus untuk menjaring isu dan permasalahan di lapangan. Sehingga penyusunan renstra balai maupun BLI tidak hanya secara top down tapi juga bottom up.”

Narasumber lainnya Wiwied Widodo, S.Hut., M.Si dari Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati menyampaikan paparan  Arah kebijakan KSDAE periode 2020-2024. Lebih jauh Wiwied menyoroti tentang kekayaan sumberdaya genetik hutan Indonesia serta beberapa contoh pemanfaatannya. “Banyak sekali potensi sumberdaya genetic yang kita miliki yang belum kita ketahui manfaatnya. Bahkan banyak negara lain yang menginginkan mendapatkan material sampel dari negara kita untuk kegiatan penelitian.”

Hadir dalam lokakarya kali ini Dinas Kehutanan Propinsi Kaltim, P3E Kalimantan, UPT Kementerian LHK dan para KPH. Selain itu juga diundang kembali perwakilan pihak swasta, LSM, forum Lembaga dan akademisi. Beberapa isu yang mengemuka dalam lokakarya kali ini di antaranya terkait penelitian kehati, FEM (food, energy, and medicine), kebijakan konservasi, kajian social ekonomi, kuota ekspor satwa, database dan knowledge management, konflik SDA, dan lokus penelitian di Taman Nasional.

“Usulan-usulan bapak ibu akan kami kolaborasikan dengan rencana penelitian yang kompatibel dengan sumberdaya yang ada di Balitek KSDA. Ini menjadi satu proses yang penting dan membantu sekali dalam proses penyusunan rencana penelitian kami ke depan.” kata Ahmad Gadang di akhir acara lokakarya.

Share Button

Workshop Sehari “Penggalian Isu Strategis Untuk Penyusunan Renstra Balitek KSDA 2020-2024”

Balitek KSDA difasilitasi oleh The Nature Conservancy (TNC) Indonesia menyelenggarakan workshop  sehari bertajuk “Penggalian Isu-isu Strategis untuk Penyusunan Renstra Balitek KSDA 2020-2024 (Kamis 03/05/18). Workshop ini sebagai upaya persiapan penyusunan Renstra Balitek KSDA periode 2020-2024 serta menjaring peluang kerjasama penelitian dengan para pihak di lingkup Kalimantan. Acara yang digelar di Hotel Selyca Mulia Samarinda ini dihadiri 24 orang peserta dari kalangan LSM, perusahaan swasta, dan forum lembaga lingkup Kalimantan.

“Hasil litbang selalu dikatakan penting untuk menjawab berbagai isu dan permasalahan. Namun realitanya dukungan penyediaan sumberdaya bagi kegiatan instansi litbang masih dinomorakhirkan. Bicara soal penelitian paling tidak diperlukan tiga sumberdaya yaitu personil peneliti, pendanaan dan waktu. Hal terakhir (waktu) merupakan variable yang paling berharga dan tidak bisa diulang. Dan oleh karenanya, workshop ini kami selenggarakan untuk mendapatkan masukan terkait isu-isu strategis terkini sehingga nantinya kegiatan penelitian yang kami lakukan benar-benar mampu menjawab kondisi permasalahan faktual di lapangan,” kata Kepala Balitek KSDA, Ahmad Gadang Pamungkas dalam sambutan pembukaannya.

Pada sesi pertama, diskusi dipandu oleh moderator dari TNC Indonesia Dr Neil Makinuddin dan sesi kedua dipandu oleh moderator Kepala Balitek KSDA. Neil menyampaikan “Paling tidak ada beberapa tema yang masih aktual sampai saat ini yaitu keanekaragamanhayati, perubahan iklim, ekonomi hijau, konflik sumberdaya alam, serta ekosistem danau dan sungai (pengelolaan DAS).”

Para pihak yang diundang terdiri dari lembaga maupun asosiasi lembaga. Adapun beberapa lembaga yang diundang dan hadir pada acara workshop kali ini antara lain : The Nature Conservancy Indonesia, World Wildlife Fund (WWF), The Wildlife Conservation Society (WCS), Global Green Growth Institute (GGGI), Ecositrop, Yayasan Konservasi Khatulistiwa (Yasiwa), Yayasan Palung, LSM Biosfer Manusia (Bioma), PT Pertamina RU V Balikpapan, PLN Kaltimra, PT Surya Hutani Jaya, PT Gunung Gajah Abadi, dll. Sedangkan peserta perwakilan  forum lembaga antara lain Forum Orangutan Indonesia (FORINA), Forum DAS Kaltim, Forum APHI, dan Forum Kepala Teknik Tambang (FKTT) Kaltim.

Ada beberapa isu penting yang muncul dalam workshop kali ini. Isu yang muncul di workshop ini beberapa di antaranya terkait dengan kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan Balitek KSDA, yaitu isu orang utan, bekantan, buaya siam dan buaya badas hitam, reklamasi pasca tambang, serta pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial.

Sedangkan isu lain yang mengemuka dari para peserta workshop antara lain penelitian satwa gajah di Kalimantan, pesut Mahakam, dinamika kehati dan perubahan iklim, pengembangbiakan Badak Sumatera di Kaltim, ekonomi hijau, konsep perhutanan sosial dalam IPPKH tambang batubara, serta penanganan konflik sumberdaya alam.

Kegiatan ini merupakan workshop pertama dari rangkaian acara yang direncanakan dilaksanakan beberapa tahap. “Acara ini merupakan acara pertama dari rangkaian persiapan penyusunan Renstra Balitek KSDA. Minggu depan kita akan lanjutkan dengan pemantapan isu-isu yang sudah diperoleh hari ini dengan kembali mengundang  para pihak dari lingkup instansi pemerintah” ucap Tresina, S.Hut., M.Si, Kasi Program Evaluasi dan Kerjasama mengakhiri pembacaan rumusan workshop.

 

 

 

 

 

 

Share Button