Kurang lebih tujuh puluh orang yang berasal dari instansi pemerintah, swasta, LSM, dan tokoh masyarakat menandatangani komitmen untuk melindungi Hutan Samboja dalam lokakarya yang diselenggarakan di Hotel Platinum, Balikpapan (6/12). Komitmen tersebut merupakan wujud kepedulian para pihak untuk melestarikan kekayaan alam luar biasa yang terdapat di hutan yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara.
Dalam lokakarya tersebut, para pihak mengidentifikasi potensi dan ancaman Hutan Samboja bagi pembangunan. Ishak Yassir, salah satu pemateri dari Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) menjelaskan peran penting Hutan Samboja dalam pembangunan Kecamatan Samboja.
“Hutan Samboja merupakan hutan primer yang memiliki kekayaan jenis tertinggi kedua di Indonesia. Selain berfungsi sebagai daerah tangkapan air penting, kawasan ini memiliki setidaknya lima belas objek wisata menarik. Kekayaan lainnya adalah adanya sumber benih bersertifikat serta wadah penelitian dan pendidikan lingkungan bagi generasi muda. Potensi tersebut bila dikelola dengan baik akan mendukung pembangunan, khususnya di Kecamatan Samboja,” katanya.
“Sayangnya, potensi yang luar biasa tersebut terancam oleh perambahan hutan, illegal logging, kebakaran hutan dan lahan, perburuan satwa liar, serta tambang batu dan batubara,” lanjut Ishak.
Pemateri lainnya, Tri Atmoko memaparkan potensi yang terdapat di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja. “Setidaknya ada 15 ribu jenis tumbuhan, 3 ribu pohon, 200 anggrek, 1000 pakis, 222 mamalia, 522 burung, 166 ular, 100 amfibi, 394 ikan, dan 40 jenis kupu-kupu terdapat di KHDTK Samboja,” ungkapnya.
Selanjutnya Suryanto memaparkan rencana pengelolaan kolaboratif KHDTK Samboja dengan segala potensinya. Program bertajuk ‘Green Responsibility’ tersebut akan memadukan penelitian dan konservasi, pendidikan, serta wisata dan petualangan. Melalui program tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi yang mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar.
Pemaparan para pemateri tersebut ditanggapi oleh para pihak, baik pemerintah daerah maupun tokoh-tokoh masyarakat. Nurkhairi, salah satu ketua RT di sekitar KHDTK Samboja mengapresiasi langkah-langkah yang ditempuh Balitek KSDA. “Bila air panas dikelola bersama masyarakat, tentu ada warga yang menjadi tenaga kerja. Dengan demikian warga pasti akan ikut menjaga hutan. Warga akan marah bila ada yang merusak hutan,” katanya. Ia berharap, lokakarya tidak hanya berakhir sebagai wacana. Namun, hasilnya benar-benar dijalankan dan dapat memecahkan berbagai persoalan, termasuk sosial ekonomi.
Menanggapi harapan para peserta, Kepala Balitek KSDA, Ahmad Gadang Pamungkas menjelaskan bahwa lokakarya merupakan langkah awal untuk membangun silaturahmi, saling percaya, dan saling menghargai. Kedepannya akan dilakukan diskusi-diskusi lebih mendalam bersama para pihak mengenai pengelolaan kolaboratif KHDTK Samboja.
Pada akhir lokakarya, para pihak membuat kesepakatan bersama yang berbunyi: ‘Kami peserta lokakarya Hutan Samboja bersepakat untuk melindungi kawasan hutan Samboja menjadi kawasan lestari demi kesejahteraan masyarakat’. ***emilf