Perairan Delta Berau, Salah Satu Habitat Pesut di Kalimantan Timur
Wilayah perairan Delta Berau perlu mendapat perhatian untuk dilestarikan, karena menjadi habitat satwa langka dan dilindungi, pesut (Orcaella brevirostris).
Saat kunjungan penelitian di perairan Delta Berau, peneliti satwa Balitek KSDA, Tri Atmoko dan Mukhlisi, sangat beruntung dapat menjumpai dan mengabadikan satwa langka tersebut. Dalam kurun waktu penelusuran sungai-sungai dan pulau yang ada di Delta Berau, 3 s/d 10 Agustus 2016, tercatat sebanyak dua kali perjumpaan dengan mamalia air tersebut.
Menurut Mukhlisi, perjumpaan pertama terjadi di sekitar Pulau Badak-Badak, Kecamatan Pulau Derawan, Jumat (5/8/2016), sedangkan perjumpaan kedua terjadi dua hari kemudian di Muara Sungai Mantaritip, Kecamatan Sambaliung. “Beberapa kali sepasang pesut melompat kepermukaan air secara bergantian dan sesekali menyemburkan air keatas,” lanjut Mukhlisi.
Tri Atmoko, menyatakan bahwa penyebaran pesut meliputi perairan tropis dan sub-tropis di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Sebarannya terbagi dalam lima sub-populasi, yaitu Sub-populasi Sungai Ayeyarwady, Sungai Mekong, Danau Songkhla, Selat Malampaya, dan Sungai Mahakam.
Populasi pesut di Delta Berau diperkiraan masih dalam kelompok sub-populasi Sungai Mahakam. Saat ini sub-populasi tersebut menurut IUCN termasuk dalam kategori kritis (Critically Endangered). “Informasi terkait keberadaanya di perairan Delta Berau masih sangat terbatas jika dibandingkan yang ada di sungai Mahakam, sehingga masih diperlukan banyak kajian danpenelitian,” lanjut Tri.
Menurut beberapa masyarakat sekitar pernah menjumpai kemunculan pesut di perairan Delta Berau. Ridi Haidir, warga Desa Batu-batu, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau, yang ikut menyaksikan kemunculan pesut tersebut mengaku pernah melihat pesut di sekitar pulau pada tahun 2012 lampau. “Ini adalah kali kedua saya melihat pesut di daerah sini,” ungkap Ridi.
Sedangkan Aliansyah, seorang nelayan lokal, menyatakan bahwa daerah sekitar Pulau Badak-Badak adalah memang tempat hidup dari pesut tersebut. Menurut pengalamannya, dia pernah menyaksikan sekitar 15 ekor pesut yang sedang berenang di lokasi tersebut.
Cukup sulit mengabadikan mamalia air ini. Lokasi kemunculannya yang tak terduga dan hanya muncul dalam hitungan detik cukup menyulitkan saat mengarahkan moncong kamera. “Belum lagi gelombang air yang menggoyang perahu yang kami naiki menjadikan beberapa hasil jepretan kamera gagal fokus,” terang Tri Atmoko.
Keberadaan satwa dilindungi seperti pesut di Delta Berau harus segera disadari, khususnya oleh pemerintah daerah agar upaya perlindungan dan pelestarian habitatnya segera dilakukan. Mengingat saat ini banyak sekali aktivitas pembangunan tambak yang terus berlangsung di Delta Berau.***sbj