Kantong Belanja Butuh Standardisasi?

Sejak uji coba kebijakan kantong plastik berbayar diberlakukan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indoesia, banyak konsumen berinisiatif membawa tas atau kantong belanja dari rumah. Selain hemat, tas belanja bisa dipakai berulang kali.

Pertanyaan yang lalu mencuat adalah tentang daya tahan kantong belanja untuk dipakai berkali-kali demi menjaga kebiasaan tak lagi menggunakan kantong plastik ini.

“Ada penelitian dari Filipina, kantong belanja berulang pakai di sana sudah mendapat standar nasional. Bisa digunakan paling tidak 120 kali sampai 130 kali,” ujar Kepala Subdirektorat Barang dan Kemasan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ujang Solihin Sidik, Kamis (28/4/2016).

Ditemui Kompas.com usai konferensi pers sosialisasi tas belanja berulang kali pakai dari Tempo Scan Love Earth, Ujang menerangkan, standardisasi itu penting untuk memastikan seberapa kuat materialnya.

Dengan begitu, masyarakat tahu perkiraan umur pemakaian dan seberapa kuat tas tersebut mampu membawa barang belanjaan.

”Standardisasi itu untuk (memastikan) kantong belanja kuat dan bisa dipakai berulang kali. Tujuannya kan agar masyarakat sadar lingkungan dan bijak menggunakan plastik,” ungkap Ujang.

Karenanya, lanjut Ujang, tim di kementeriannya sudah menyiapkan rencana mengajukan standar nasional untuk kantong belanja. Dengan standar seperti itu, harga tas belanja tidak akan semurah kantong plastik sekali pakai di toko-toko ritel.

Evaluasi kebijakan

Regulasi kantong plastik berbayar rencananya akan dikeluarkan setelah uji coba penerapannya pada 21 Februari  2016 hingga 5 Juni 2016 rampung. Menurut dia, akan ada evaluasi terlebih dahulu atas uji coba penerapan kebijakan kantong berbayar, termasuk dampaknya.

“Sebenarnya, tim evaluasi sudah menyisir kota-kota yang telah memberlakukan uji coba kebijakan kantong plastik saat satu bulan pemberlakuan. Hasilnya, beberapa kota memang memperlihatkan penurunan angka pemakaian plastik,” sebut Ujang.

Salah satu kota yang menunjukkan angka penurunan signifikan adalah Banjarmasin. Di sana, angka pemakaian plastik turun hingga 80 persen sebulan sejak pemberlakuan uji coba.

“Bahkan, pemerintah daerahnya berencana mewajibkan masyarakat sekitar untuk memakai tas lokal, yaitu (tas) bakul purun saat berbelanja,” ujar Ujang.

sumber : klik di sini

Share Button

Menemukan kota yang hilang melalui foto satelit dan astronomi

Seorang bocah laki-laki berusia 15 tahun menemukan Kota Bangsa Maya yang hilang menggunakan foto satelit dan astronomi Bangsa Maya.

Bocah tersebut bernama William Gadoury dan berasal dari  Quebec. Ia berteori bahwa peradaban Maya memilih lokasi kota-kota mereka sesuai dengan konstelasi bintangnya.

William menemukan kota Maya segaris dengan bintang di rasi bintang utama peradaban. Setelah mempelajari peta bintang lebih jauh, William menemukan satu kota yang telah hilang dari rasi tiga bintang.

Menggunakan citra satelit yang disediakan oleh Badan Antariksa Kanada yang kemudian dipetakan ke Google Earth, ia menemukan kota di lokasi yang ditunjukkan oleh bintang ketiga dari rasi tersebut.

William telah memberi nama kota yang belum dieksplorasi di hutan Yukatan ini dengan nama K’aak Chi, atau Mulut Api.

Daniel De Lisle, dari Badan Antariksa Kanada mengatakan bahwa area tersebut sulit diteliti karena memiliki vegetasi padat. Meski begitu, pemindaian satelit terhadap area tersebut menemukan fitur linear yang ‘terjebak’.

“Ada fitur-fitur linear yang mengindikasikan bahwa ada sesuatu di bawah hutan kanopi besar ini,” ujar Daniel kepada The Independent.

“Terdapat cukup banyak benda-benda yang menunjukkan bahwa itu merupakan struktur buatan manusia,” sambungnya.

Armand La Rocque, seorang doktor dari University of New Brunswick mengatakan bahwa salah satu gambar menunjukkan jaringan jalan dalan kotak besar yang bisa jadi merupakan pyramid.

“Bentuk Kotak tidak alami, struktur semacam itu kebanyakan buatan dan hampir tidak dapat dikaitkan dengan fenomena alam,” kata La Rocque.

“Bila semua digabungkan, kita memiliki banyak petunjuk bahwa mungkin ada kota Maya di area tersebut,” tambahnya.

La Roque mengungkapkan bahwa temuan William ini dapat mengarahkan para arkeolog untuk menemukan kota-kota Maya lain menggunakan teknik serupa.

Penemuan William akan diterbitkan dalam jurnal ilmiah dan ia akan mempresentasikan hasil temuannya di Brazil’s International Science fair tahun 2017 mendatang.

sumber : klik di sini

Share Button