Hutan Kalimantan Rusak, Satwaliar Terancam

Kerusakan hutan di Kalimantan sebagai pulau terbesar di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Padahal hutan sebagai habitat satwaliar adalah faktor terpenting bagi kelangsungan hidup satwaliar itu sendiri. Karena itu, perlu dukungan berbagai pihak/stakeholders untuk menyelamatkan hutan, terutama di Kalimantan.

Untuk mewujudkan upaya penyelamatan hutan dan satwaliar tersebut, Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) Samboja menggelar seminar hasil-hasil penelitian dengan tema ‘’Pengelolaan Satwaliar sebagai Upaya Pelestarian Sumber Daya Alam’’ di Hotel Grand Senyiur, Balikpapan pada Kamis, 5 November 2015 mendatang mulai pukul 08.00 WITA s/d selesai.

Seminar ini menjadi sangat penting karena telah banyak hasil penelitian tentang upaya penyelamatan satwaliar, terutama dengan menjaga kelestarian hutan yang belum terpublikasikan, apalagi dimanfaatkan oleh berbagai pihak, terutama pengampu kebijakan di Kalimantan.

Ketua Panitia Ir IGN Oka Suparta mengungkapkan, seminar menargetkan 100 peserta yang terdiri atas peneliti, akademisi, pengambil kebijakan, pihak swasta, dan LSM. Dengan demikian, seminar menjadi ajang diskusi dan saling bertukar informasi antara para peneliti, akademisi, pengambil kebijakan, pihak swasta dan LSM terkait pengelolaan pengelolaan satwaliar secara lestari. Tujuan lebih lanjut, agar hasil-hasil penelitian tentang upaya penyelamatan satwa liar terpublikasikan, diketahui, dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak.

Menurut Oka, berbagai upaya pelestarian sumber daya alam, khususnya satwa, secara terpadu dan bersama-sama oleh berbagai pihak secara arif dan bijak sangat diperlukan. Selanjutnya berbagai upaya pengembangan, konservasi ek-situ dan in-situ juga harus digalakkan untuk menjaga kelestarian dan kemanfaatan satwa liar tersebut.

‘’Jika hal ini terwujud, maka upaya menjaga pelestarian satwaliar Indonesia, terutama Kalimantan lewat kerja sama berbagai pihak akan terwujud,’’ tandasnya.

Terlebih, Kalimantan memiliki 558 spesies burung, 225 jenis mamalia, 166 ular, 100 amphibi, dan 350 jenis ikan air tawar yang keberadaannya mulai terancam akibat konversi hutan menjadi fungsi lain, seperti perkebunan dan tambang yang kurang memperhatikan kelangsungan hidup satwaliar.

Seminar ini akan menghadirkan narasumber utama Guru Besar Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra dengan topik “Status Keanekaragaman dan Pemanfaatan Satwaliar di Indonesia”, dosen Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman Dr. Ir. Candra Dewana Boer yang mengangkat “Strategi Pengelolaan dan Potensi Pemanfaatan Satwaliar di Kalimantan” dan Dr. Yaya Rayadin dengan topik (Konservasi Orangutan di Kalimantan). Pembicara lainnya, para peneliti Balitek KSDA Samboja, yaitu  Amir Ma’ruf  (Standart Operating Procedure (SOP) Translokasi Orangutan), Tri Atmoko (State Of The Art Penelitian dan Upaya Konservasi Bekantan (Nasalis larvatus) di Kalimantan, Teguh Muslim (Pengelolaan Labi-labi (Amyda cartilaginea) di Kalimantan Timur, Ishak Yassir (Peran Satwaliar sebagai Agen Pemencar Biji dan Pengendali Populasi Serangga di Lahan Pasca Tambang Batubara), Mukhlisi (Perumusan Kriteria Pembangunan Koridor Orangutan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi), Ike Mediawati (Satwaliar sebagai Obyek Pendidikan Konservasi Lingkungan di Wartono Kadri.

Bagi pihak-pihak yang berminat dan ingin mengetahui informasi lebih lanjut terkait seminar, dapat menghubungi Panitia, Eka Purnamawati / Hari Hadiwibowo via telp  081346620410 / 0081347743734 atau email  eka.purnama@yahoo.com, atau hhadiwibowo@gmail.com.

Share Button