Polusi Udara Menjadi Penyebab Utama Kematian Dini

Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa polusi luar ruangan menyebabkan lebih dari 3 juta kematian prematur setiap tahunnya dan lebih dari dua per tiganya terjadi di China dan India.

Penyebab polusi udara bervariasi antara satu tempat dengan tempat lainnya. Di India dan China, penelitian mengatakan, emisi dari pemanasan perumahan dan industri menghasilkan jumlah asap yang berbahaya bagi kesehatan. Secara keseluruhan, emisi pemanasan perumahan menyebabkan sepertiga dari kematian polusi udara di seluruh dunia.

Sementara itu di negara yang ketat peraturan seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, emisi dari pertanian cenderung menjadi kontributor utama polusi udara. Pupuk yang digunakan dalam pertanian merilis amonia ke atmosfer. Secara global, polusi udara dari pertanian membunuh lebih dari 600.000 orang per tahun.

Temuan ini konsisten dengan laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa 7 juta kematian terjadi setiap tahun karena kedua polusi udara dalam ruangan dan luar ruangan.

Polusi udara berpotensi menjadi penyebab berbagai penyakit yang akhirnya menyebabkan kematian dini seperti kanker paru-paru, stroke dan gagal jantung.

Para peneliti menemukan bahwa hampir di semua negara Asia jumlah kematian diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2050 jika pemerintah tak segera mengambil langkah pencegahan.

Sumber : klik di sini

Share Button

Menyelamatkan Badak Tersisa di Bumi Kalimantan

Penemuan tanda-tanda keberadaan badak di Kalimantan awal tahun 2013 menjadi momentum penting bagi dunia konservasi badak di Indonesia maupun dunia. Hal ini menjadi harapan di tengah prediksi mengenai menurunnya angka populasi badak di dunia.

Dalam beberapa dekade terakhir, banyak pihak meyakini bahwa badak di pulau Kalimantan sudah punah. Badak sejatinya kerap hadir dalam cerita rakyat khususnya masyarakat Dayak yang tinggal di Kalimantan. Demikian juga dengan kenyataan bahwa ada anggota masyarakat yang memiliki organ tubuh badak sejak lama.

Survey bersama yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK); Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Ulu, Universitas Mulawarman (Unmul), Yayasan Badak Indonesia (YABI), dan WWF Indonesia pada akhir tahun 2013 sampai awal tahun 2014 berhasil merekam keberadaan badak melalui kamera jebak.

Sejak itu pula, perlindungan populasi badak di Kalimantan menjadi perhatian serius. Pertemuan di Balikpapan pada 21 – 22 September 2015, yang bertajuk ‘Pertemuan Nasional Para Pihak untuk Upaya Konservasi Badak di Kalimantan dan Penyusunan Strategi Konservasi Badak di Kalimantan’ bertujuan untuk menggagas langkah konkret sebagai upaya konservasi populasi badak yang teridentifikasi di Kutai Barat. Di samping itu, dalam pertemuan ini juga akan disusun strategi konservasi badak di Kalimantan sebagai bagian integral dari strategi konservasi badak Nasional 2007 – 2017.

Dr. Ir. Tachrir Fatoni MSc, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, mengingatkan dari 5 jenis badak yang ada di dunia, dua diantaranya hidup di Indonesia, yaitu Badak Jawa (Rhinocerus sondaicus) dan Badak Sumatera (Dicerhorinus sumatrensis). “Kedua jenis tersebut kini hanya tersisa di Indonesia. Ini merupakan kebanggaan, tantangan dan tanggung jawab bagi kita semua,” ujar Dr. Ir. Tachrir Fatoni MSc. “Perlu komitmen dan peran serta pihak yang hadir dalam pertemuan ini untuk bersama-sama melakukan upaya konservasi bagi pelestarian kedua jenis badak tersebut.”

Bupati Kutai Barat, Ismael Thomas, mengeluarkan surat edaran dan himbauan kepada masyarakat dan jajaran pemerintah Kabupaten untuk turut membantu upaya penyelamatan badak di Kutai Barat. “Saya menyambut gembira pertemuan ini dan berharap tumbuh kerjasama yang berkelanjutan dari para pihak yang hadir untuk melestarikan badak di Kalimantan khususnya di Kutai Barat,” kata Ismael Thomas. Keberadaan badak di Kutai Barat juga menjadi kebanggaan masyarakat, khususnya masyarakat di Kampung Besiq, yang selalu aktif mendukung upaya konservasi badak di Kalimantan. Ini membawa harapan baru bahwa badak akan selalu menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Kalimantan.

Hasil survey WWF Indonesia di lansekap Hulu Mahakam, habitat badak teridentifikasi berada di dalam kawasan hutan produksi, sehingga dikhawatirkan keberadaannya terancam oleh praktik penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kaidah perlindungan terhadap habitat satwa liar. “WWF percaya dengan peran aktif pemegang izin konsesi melalui penerapan kaidah konservasi dan prinsip berkelanjutan menjadi salah satu kunci untuk mewujudkan kelestarian lingkungan hidup dan konservasi badak pada khususnya,” ujar Dr. Arnold Sitompul, Direktur Konservasi WWF Indonesia.

Sumber : klik di sini

Share Button