Informasi Taman Nasional di Indonesia

Berkaitan dengan informasi 51 Taman Nasional di Indonesia, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem telah membuat website yang berisikan informasi.
Informasi tersebut dapat dilihat pada tautan dibawah ini:
Share Button

Hari Konservasi Alam Nasional 2015 (HKAN 2015)

Peringatan Hari Konservasi Alam yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Agustus merupakan momen strategis sebagai ajang penyadartahuan masyarakat tentang pentingnya konservasi alam bagi kesejahteraan masyarakat. Melalui peringatan HKAN ini diharapkan kesadaran pentingnya konservasi alam semakin meningkat, menggalang semangat, memotivasi masyarakat Indonesia untuk memahami pentingnya menyelamatkan ekosistem alam dengan tidak melakukan kerusakan terhadap kawasan-kawasan konservasi, tidak membuang sampah sembarangan, menanam jenis-jenis tanaman endemik dan jenis langka, melepas satwa liar yang dilindungi ke habitat alamnya, menghindari penggunaan barang-barang yang tidak terurai seperti plastik, tidak melakukan pembakaran lahan tanpa terkendali, turut berpartisipasi mencegah pembalakan liar dan perdagangannya termasuk perdagangan satwa dan flora yang dilindungi.
Maksud dilaksanakannya Peringatan Hari Konservasi Alam Tahun 2015 adalah sebagai momentum untuk terus memasyarakatkan konservasi alam sebagai komitmen, sikap hidup dan budaya seluruh unsur bangsa.
Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi alam dan kelestarian kenakeragaman hayati beserta ekosistemnya bagi kesejahteraan masyarakat;
Tema Peringatan Hari Konservasi Alam Tahun 2015 adalah : “Keberlanjutan Konservasi Alam untuk Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan”.
Peringatan Hari Konservasi Alam Tahun 2015 ini dilaksanakan melalui serangkaian acara yang dimulai sejak tanggal 7 – 18 Agustus 2015, yaitu :
  • Jambore Konservasi Alam Nasional, tanggal 8-10 Agustus 2015 di Daerah Penyangga TN Ujung Kulon
  • Talkshow Konservasi Alam, tanggal 8 Agustus 2015 di Daerah Penyangga TN Ujung Kulon
  • Deklarasi Gerakan Nasional Penyelamatan Biodiversitas, tanggal 8 Agustus 2015 di Daerah Penyangga TN Ujung Kulon
  • Sarasehan Wana Lestari, tanggal 14 – 18 Agustus 2015 di Jakarta
  • Talkshow “Save Our Littoral Life”, tanggal 16 Agustus 2015 di Jakarta
  • Launching “Indonesia Biodiversity Strategic Action Plan” tanggal 18 Agustus 2015 di Jakarta
  • Penandatanganan Kerjasama Bidang Konservasi, tanggal 18 Agustus 2015 di Jakarta
Ayo kita ikut berpartisipasi dan semarakkan acara HKAN tahun 2015 untuk konservasi alam konservasi kehidupan.
Berikut Poster dan Slide Banner
Sumber : klik di sini
Share Button

Pelatihan Budidaya Lebah Madu Trigona

“Usaha-usaha untuk menggali pengembangan ekonomi hijau yang ramah lingkungan sangat penting dilakukan sebagai salah satu upaya mengantisipasi dan menanggulangi serta meningkatkan kemampuan masyarakat di Kecamatan Samboja,” ungkap Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si., Kepala Balitek KSDA, dalam sambutannya mengawali Pelatihan Budidaya Lebah Madu yang dilaksanakan selama dua hari dari tanggal 4 s.d. 5 Agustus 2015.

Kegiatan yang dibuka oleh Ir. Djohan Utama Perbatasari, M.M. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan ini dihadiri oleh 50 peserta dari perwakilan kelompok tani maupun masyarakat di Kelurahan Sungai Merdeka. Mengambil tempat di Aula Kantor Kelurahan Sungai Merdeka, Kec. Samboja, Kalimantan Timur, kegiatan ini merupakan kerjasama ASEAN-Korea Forest Cooperation (AFoCo) dengan Puslitbang Hutan, Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam, Kecamatan Samboja dan Kelurahan Sungai Merdeka.

1 2“Pelatihan dengan tema budidaya lebah madu ini dipilih selain memiliki prospek ekonomi yang sangat bagus, juga sangat ramah lingkungan serta sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat di daerah sekitar hutan,” kata Djohan. Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pengembangan lebah madu antara lain dapat meningkatkan pendapatan dan mutu gizi masyarakat dari hasil-hasil lebah seperti madu, tepung sari, royal jelly, lilin lebah, propolis. “Dalam hal pelestarian sumber daya alam, lebah madu berperan penting dalam membantu proses penyerbukan tanaman” ujar Djohan. Selain itu, menurut beliau kegiatan perlebahan dapat juga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian alam.

“Pemilihan budidaya jenis Trigona sp. ini dengan pertimbangan selain prospek pasar yang masih sangat baik, juga budidaya dari jenis ini memiliki beberapa kemudahan diantaranya tidak perlu dipelihara, tidak perlu digembala, tidak perlu peralatan khusus, tidak perlu takut disengat, kemudahan pengembangan koloni, produktivitas propolis lebih tinggi, tahan hama penyakit, serta dapat dipanen sepanjang waktu,” kata Dr. Ishak Yassir selaku moderator pelatihan ini.

Narasumber yang dihadirkan dalam pelatihan ini adalah Paimin Ponijan (Peternak Lebah dari Luwu Utara, Sulawesi Selatan), Nanang (Peternak Lebah dari Panajam Paser, Kalimantan Timur), Tarigan dan Farida (Tenaga Ahli dari Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya Lau Kawar, Kelurahan Sungai Merdeka).

Pelatihan hari kedua dilakukan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya Lau Kawar, Kelurahan Sungai Merdeka dengan materi penjelasan budidaya lebah madu dan teori pembuatan kotak tempat lebah.  Setelah itu kegiatan dilanjutkan di KHDTK Samboja dengan melakukan praktek pembuatan kotak, pemindahan lebah dari kotak yang ada isi lebah ke kotak baru. Pada akhir praktek seluruh peserta mencicipi madu lebah Trigona sp. yang telah disiapkan oleh panitia.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan pelatihan ini selain meningkatnya pengetahuan masyarakat di Kelurahan Sungai Merdeka didalam pengembangan budidaya lebah jenis Trigona sp., juga akan meningkatnya kesadaran dan pemahaman serta pengetahuan masyarakat tentang bagaimana mengelola hutan dan lahan yang seimbang dan berkelanjutan.

Selain itu, diharapkan dari pelatihan ini masyarakat di Kelurahan Sungai Merdeka, Kecamatan Samboja memahami dan mampu mengantisipasi terhadap dampak perubahan iklim, memiliki komitmen dan pengetahuan untuk mengelola hutan dan lahan secara lestari, serta bersedia menjaga kelestarian hutan sebagai sumber penghidupannya. Pada akhir pelatihan dibagikan koloni lebah Trigona sp. kepada 3 kelompok agar dapat dimanfaatkan tiap kelompok untuk dibudidaya dan ditutup dengan pembagian sertifikat kepada setiap peserta pelatihan.***ADS

3 4 5 6 7 8 9 10 11

Share Button

Peneliti: “ManiakKerja”

BPT KSDA (Samboja, 4/08/2015) Dalam kunjungan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Ir. Djohan Utama Perbatasari, M.M. ke Kalimantan Timur untuk membuka kegiatan Pelatihan Budidaya Lebah Madu Trigona, beliau berkesempatan melakukan pembinaan pegawai Balitek KSDA pada Selasa, 4 Agustus 2015. Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Balitek KSDA ini dihadiri oleh pejabat struktural, fungsional umum,  peneliti, teknisi litkayasa serta seluruh pegawai di lingkup Balitek KSDA.

Kepala Balitek KSDA, Ahmad Gadang Pamungkas, M.Si., dalam pengantarnya menyatakan bahwa pembinaan pegawai ditujukan agar kinerja pegawai lingkup Balitek KSDA menjadi lebih baik.  Pembinaan yang dilaksanakan di aula Balitek KSDA berjalan santai dan penuh suasana kekeluargaan. Pembinaan diawali dengan penyampaian materi pembinaan oleh Kapuslitbang Hutan dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan pegawai.

3 djohan“Peneliti harus memiliki jiwa Baca, Bicara dan Menulis”, kata Djohan menyampaikan pesan pertama dalam pembinaanya. Seorang peneliti harus memiliki hobi membaca untuk meningkatkan referensi dalam ilmu pengetahuannya, pandai berbicara agar bisa menyampaikan ilmu yang ditekuninya, dan harus rajin menulis baik majalah, jurnal dalam maupun di luar negeri untuk menyampaikan hasil dari penelitiannya.

“Maju atau tidaknya peneliti tergantung diri sendiri, karna jika tidak bisa mengikuti “arus”, maka akan tergilas oleh masa,” ujar Djohan, sebagai pesan kedua. Sehingga melanjutkan studi dan berbagai research school juga akan menjadi prioritas bagi peneliti kedepannya.

Selain menjadi peneliti yang pekerja keras, Djohan juga menegaskan bahwa peneliti juga harus menjadi seorang yang “Maniak Kerja”. Bekerja “lebih” dari sekarang merupakan niat yang harus direalisasikan untuk meningkatkan kapasitas peneliti baik di tingkat nasional maupun internasional. “Skill tidak bisa diraih begitu saja namun merupakan hasil dari usaha dan kerja keras”, tandasnya.

Sebagai penutup dalam pembinaan ini, Kapuslitbang Hutan mendorong seluruh pegawai Balitek KSDA untuk meingkatkan semangat bekarja. “Mari kita tingkatkan “semangat, motivasi dan inovasi”, pesan Djohan. Secara khusus, Djohan juga mendorong Balitek KSDA untuk melakukan terobosan-terobosan yang segera “diangkat” terutama teknologi di bidang konservasi.***ADS2 djohan

 

Share Button

Kabadan Mengajak Seluruh Negara ASEAN untuk Saling Berkolaborasi dan Bekerjasama

Dr. Henry Bastaman, M.ES, Kepala Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengajak kepada seluruh negara ASEAN agar bisa saling berkolaborasi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Hal ini diungkapkan Kabadan saat memberikan sambutan pembukaan pada acara The 18th Meeting of the ASEAN Experts Group on Herbal and Medicinal Plants /AEG HMP (Pertemuan kelompok pakar/ahli ASEAN di bidang tanaman herbal dan obat-obatan ke-18) dan the 7th Meeting of the ASEAN Experts Group on Forest Products Development/AEG FP (Pertemuan kelompok pakar/ahli ASEAN di bidang pengembangan hasil hutan) di Nakula-Sadewa Ballroom, Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, Indonesia (Senin, 03/08).

“Sebagai produsen utama dari kayu dan produk kayu, negara-negara anggota ASEAN harus bisa saling berkolaborasi dan bergandengan tangan, “kata Kabadan.

Kabadan menyadari bahwa masalah pengembangan produk kehutanan terutama produk kayu merupakan isu penting dalam sektor kehutanan. Hal ini dikarenakan adanya pasar tunggal dan basis produksi bagi produk kehutanan serta tingginya persaingan ekonomi.

Oleh karena itu, Kabadan berharap bahwa dalam pertemuan ke-7 AEG FPD bisa menyelesaikan agenda-agenda yang menjadi target utamanya seperti fasilitasi perdagangan, regulasi teknik dalam perdagangan, standar untuk mengatasi hambatan dalam perdagangan, monitoring, promosi perdagangan kayu legal sehingga hasil hutan ASEAN lebih kompetitif, dan mempertahankan SFM.

“Saya menghargai bahwa kemajuan yang telah dicapai oleh AEG ini yang telah berhasil telah berhasil menyusun informasi mengenai hambatan-hambatan utama dalam perdagangan terutama dalam prinsip legalitas kayu”, kata Kabadan.

Selain itu, masalah tanaman herbal dan obat-obatan (Herbal and Medicinal Plants/HMP) juga menjadi isu penting dalam sektor kehutanan dimana: a). Sekitar 80% populasi di beberapa Negara ASEAN sangat tergantung pada HMP; b) Berdasarkan  sudut pandang ekonomi, HMP menjadi sumber pendapatan utama bagi warga dengan menanam HMP dipekarangan mereka untuk menyediakan bahan baku industri farmasi; c). Masalah HKI pada HMP;

Dan beberapa kemajuan yang telah dicapai dalam AEG HMP sebelumnya adalah terbitnya buku volume kedua ASEAN HMP serta informasi kegiatan penelitian dan pengembangan HMP.

Oleh karena itu, Kabadan berharap bahwa dalam kedua pertemuan atau forum AEG yang dilaksanakan di Yogyakarta selama dua hari atau tanggal 3-4 Agustus 2015 ini bisa memperbaharui kegiatan dan kemajuan dari pertemuan AEG sebelumnya telah dilaksanakan di Kamboja, pada Bulan Juli 2014. Selain itu, diharapkan dalam pertemuan ini juga bisa saling berbagi data dan informasi, penelitian dan pengembangan, produksi dan perdagangan, kolaborasi, kerjasama dan networking serta pengembangan rencana aksi strategi tahun 2011-2015 dalam HMP dan FPD.

“Saya berharap bahwa seluruh program dan agenda dalam AEG tahun ini tetap pada jalurnya sehingga bisa mencapai target-target yang diinginkan,”kata Kabadan.

Disadari bahwa kedua AEG ini merupakan anak cabang the ASEAN Senior Officials on Forestry (ASOF). Kedua pertemuan ini biasanya dilaksanakan beriringan dengan pertemuan ASOF. Begitu juga pada tahun ini. Dimana the 18th meeting of ASEAN Senior Officials on Forestry/ASO akan dilaksanakan pada 3 hari ke depan, yaitu tanggal 6-8 Agustus 2015, di Yogyakarta.

“Ini merupakan kehormatan besar bagi Bangsa Indonesia bahwa pertemuan ini dilaksanakan di Yogyakarta,” kata Kabadan.

Pertemuan ini dihadiri oleh beberapa delegasi negara ASEAN antara lain Indonesia, Malaysia, Laos, Myanmar, Kamboja, Thailand, Filipina, dan Brunai.

Sumber : klik di sini

Share Button

Buat Pertanian Pengungsi Sinabung, KLHK Izinkan Pemanfaatan 416 Hektar Hutan Siosar

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan izin pemanfaatan hutan Siosar seluas 416 hektar untuk areal pertanian warga korban erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo.  Tahap awal, pembersihan 180 hektar buat lahan tani 370 keluarga.

Gatot Pujo Nugroho, Gubernur Sumatera Utara, ketika diwawancarai Mongabay, Jumat (31/7/15), mengatakan, dari 416 hektar,  ditargetkan 180 hektar segera ditebang untuk lahan pertanian 370 keluarga korban Sinabung,  yang menempati perumahan relokasi di Siosar.

“Saya sudah minta Dinas Kehutanan Sumut memantau, diharapkan secepatnya bisa digunakan pengungsi memperbaiki pertanian mereka,” katanya, yang kini resmi menjadi tersangka KPK, dalam kasus dugaan penyuapan hakim PTUN Medan bersama pengacara OC Kaligis.

Menurut dia, bersama tim penanggulangan bencana Sinabung, sudah menghitung pembagian lahan untuk pertanian ini. Masing-masing keluarga, katanya, akan mendapatkan 0,5 hektar lahan bercocok tanam. Lokasi perladangan, terletak tak jauh dari kompleks perumahan kini proses pengerjaan.

“Lahan bercocok tanam, dekat perumahan yang baru dibangun. Sampai kini, selesai dan diresmikan 112 rumah, sisanya proses penyelesaian, target 370 unit tuntas Agustus ini.”

Dia mengatakan, setelah pembersihan lahan, areal ini belum bisa langsung ditanami. Ia harus melalui pengolahan lahan terlebih dahulu, yang diperkirakan sekitar satu tahun. Jadi, menunggu lahan siap, kata Gatot, pemerintah akan menyewakan lahan pertanian di sekitar hutan Siosar, agar tidak jauh dari pemukiman warga.

Pada Selasa (5/5/15), Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, datang ke Karo dan  menyerahkan simbolis 103 rumah bagi pengungsi erupsi Sinabung, di perumahan Desa Siosar, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.

Sebanyak 103 rumah ini dibangun tim gabungan TNI AD, masyarakat di hutan produksi Kecamatan Merek. Pembangunan rumah bagi warga Desa Bekerah dan tahap awal pembangunan site plan relokasi sebanyak 267 rumah.

Kala itu, Siti mengatakan, masih perlu penyediaan prasarana dan fasilitas umum di rumah baru seperti jalan lingkungan, fasilitas kesehatan, pendidikan, lahan pertanian, dan usaha peternakan.

Namun, dia menegaskan, pemberian izin hutan ini, tidak boleh disalahgunakan karena akan berhadapan dengan hukum.

“Setelah menempati rumah baru, tolong sama-sama dijaga agar hutan tidak rusak. Harus dijaga baik. Ini kita beri izin pemakaian karena mempertimbangkan kemanusiaan.”

Kompleks Siosar, sebagai relokasi pemukiman dan perladangan 2.035 keluarga pengungsi Sinabung. Vulkanologi dan BNBP menganggap, pengungsi tidak bisa kembali ke lokasi di bawah radius lima kilometer.

Erupsi Sinabung berlanjut

Gunung Sinabung, terus memuntahkan lahar dan belum menunjukkan penurunan aktivitas. Pemerintah provinsi dan Kabupaten Karo, sudah mengusulkan agar menjadi bencana nasional. Meskipun begitu, katanya, terpenting Pusat memberikan perhatian. “Salah satu KLHK yang memberikan izin penggunaan hutan menjadi lahan pertanian, dan penyedian hunian tetap sementara di dekat radius tujuh Km. Jika situasi aman, warga  bisa kembali ke ladang maupun rumah,” kata Gatot.

Syamsul Maarif, Kepala BNPB mengatakan, erupsi Sinabung terus terjadi menyebabkan penambahan pengungsi mencapai 10.000-11.000 jiwa. Arah erupsi, katanya, sudah mencapai arah Selatan, Tenggara dan Timur, hingga sebagian warga harus diungsikan. Namun pengungsian jauh dari tempat bercocok tanam.

“Misal, di Desa Kutagugung jarak terlalu jauh dari pegungsian ke ladang. Kita tengah memikirkan kemungkinan ada hunian sementara, kita upayakan lokasi tidak jauh dari tempat bercocok tanam. Sebagian ladang masyarakat masih bisa dimanfaatkan.”

Erupsi Sinabung, berlangsung lebih kurang lima tahun. Sejak erupsi pertama 2010, tiga tahun jeda, pada September 2013 kembali bergolak dan memaksa masyarakat ngungsi 1,8 tahun. Pengungsi dinyatakan berakhir 18 Maret 2015, dan dua desa terakhir dipulangkan adalah Desa Sukanalu dan Sigarang-Garang.

Namun awal Juni 2015, Sinabung kembali ‘aktif’ dari kegempaan guguran lava, abu vulkanik dan luncuran awan panas. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengeluarkan peningkatan status Sinabung dari siaga III menjadi awas IV dan zona merah bertambah dari radius lima km menjadi radius tujuh km sektoral.

Bupati Karo mengubah status penanganan bencana dari transisi darurat menuju pemulihan kembali, menjadi tanggap darurat 2 Juni 2015.

Adapun titik pengungsian korban erupsi di sejumlah tempat, yaitu Posko Penampungan Paroki, GBKP, KNPI, GPDI, Gudang Jeruk, Batu Karang, Jambur Tanjung Mbelang, dan Jambur Korpri, Jambur Simpang Jaya dan BPPT Jambur Tongkoh. Total pengungsi 9.526 jiwa.

Sumber : klik di sini

Share Button