Mencari Jejak Kehadiran Bekantan Di Kecamatan Jempang Kabupaten Kutai Barat
Tanjung Isuy, 12 Agustus 2015. Bekantan (Nasalis larvatus) adalah jenis primata yang tergolong langka. Bekantan merupakan salah satu species dalam family cercopithecidae, sub family Colobinae. Bekantan merupakan salah satu satwa endemik borneo yang dilindungi. Penyebaran bekantan secara alami hanya terbatas di pulau Borneo dan pulau kecil di sekitarnya. Secara Nasional bekantan dilindungi berdasarkan peraturan pemerintah nomor 7 tahun 1999 selain itu bekantan juga termasuk dalam Apendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) dan sejak tahun 2000 masuk dalam kategori endangered species berdasarkan Red Book IUCN (Internasional Union for Conservationof Natureand Natural Resources). Bekantan adalah jenis satwa unik yang termasuk dalam sexually dimorphic yaitu memiliki perbedaan yang jelas antara jantan dan betina, perbedaan tersebut meliputi segi ukuran maupun morfologinya.
Dalam rangka menghimpun data keberadaan populasi bekantan yang ada di Kalimantan, telah mendorong Tim Penelitian dari Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) Samboja untuk melakukan survey di Kecamatan Jempang Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Survey ini bertujuan untuk memastikan kondisi terkini keberadaan bekantan. Keberadaan bekantan ini pernah dilaporkan oleh Erik Meijaard dan Vincent Nijman melalui makalahnya pada Jurnal Biological Conservation yang terbit tahun 2000.
Berdasarkan pustaka lokasi populasi bekantan di Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat berada di sekitar Danau Jempang dan beberapa sungai disekitarnya seperti sungai kedang pahu dan sungai ohong.
“Laporan dan informasi terkait keberadaan bekantan di Kabupaten Kutai Barat masih sangat terbatas, sehingga pada survey ini akan lebih difokuskan pada penyebaran populasi, kondisi habitatnya, dan juga akan dikoleksi materi DNA yang ada pada kotoran bekantan” ungkap Tri Atmoko, ketua tim peneliti bekantan Balitek KSDA.
Survey pendahuluan ini dilakukan oleh 1 tim selama 8 hari, terhitung dari tanggal 10 – 17 Agustus 2015. Tim melakukan observasi langsung pada lokasi-lokasi yang didapat dari literatur dan juga informasi masyarakat sekitar yang pernah melihat keberaadan bekantan dan menjadi habitat utamanya.
Gurdi, salah seorang warga suku Dayak benuaq yang tinggal di Desa Perigiq, Kecamatan Jempang, mengungkapkan saat dia menangkap ikan di daerah aliran sungai Ohong biasanya dia menjumpai sekitar 10 kelompok bekantan yang setiap kelompoknya berjumlah 30-50 ekor.
Dari hasil survey sementara hari pertama, Tim peneliti menemukan 4 titik perjumpaan langsung dengan kelompok bekantan dengan jumlah berkisar antara 10-25 ekor pada setiap kelompoknya. Selain itu dijumpai 2 titik yang ditemukan feses (kotoran) bekantan di bawah pohon tidurnya. Pada umumnya bekantan di DAS Ohong menggunakan pohon dari jenis Rengas (Gluta rengas) sebagai pohon tidurnya. Pada hari berikutnya akan dilakukan penelusuran di daerah hilir Sungai Ohong dan pengambilan data terkait kondis habitat.
Kedepannya, kegiatan ini diharapkan menjadi titik tolak pelestarian bekantan di Kabupaten Kutai Barat dan Kalimantan pada umumnya, demi keberlangsungan populasi bekantan. (DAP)