Alih Teknologi Mangrove untuk Masyarakat Asmat

Dalam rangka alih teknologi terkait mangrove di Kabupaten Asmat, 6 orang suku Asmat yang tinggal di sekitar mangrove belajar tentang dasar-dasar pengenalan dan teknik identifikasi jenis mangrove di Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA).

Kepala Balitek KSDA, Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si. dalam sambutannya mengapresiasi  alih teknologi ini. “Mangrove yang tersebar di seluruh nusantara harus dilestarikan. Kekayaan alam ini hendaknya dimanfaatkan namun harus tetap terjaga kelestariannya. Saya persilahkan belajar sebanyak mungkin dalam waktu yang singkat ini dan pertukaran informasi juga sangat saya harapkan,” kata Gadang.

“Kabupaten Asmat memiliki sumberdaya tumbuhan yang beraneka ragam yang berpotensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan. Salah satu ekosistem yang ada di Kab. Asmat adalah ekosistem mangrove yang sering pula diidentikkan dengan hutan bakau. Ekosistem ini telah lama menjadi tempat tinggal dan sebagai penopang kehidupan masyarakat sehari-hari. Selain jenis-jenis ekosistem mangrove, Kab. Asmat juga memiliki beberapa jenis Tanaman Unggulan Lokal (TUL) yang telah lama dikenal memiliki manfaat bagi masyarakat dan bernilai ekonomi,” terang Hassanudin, S.Hut dalam sambutannya mewakili Kepala Dinas Kabupaten Asmat.

Alih teknologi yang merupakan hasil kerjasama Balitek KSDA dan Dinas Kehutanan Kabupaten Asmat ini berlangsung selama dua hari tanggal 21 sampai 22 Agustus 2015 di Aula Balitek KSDA, Hutan Mangrove Margomulyo Balikpapan, dan Herbarium Wanariset Samboja.

Bertempat di aula Balitek KSDA, alih teknologi dimulai dengan penyampaian materi oleh peneliti Balitek KSDA, salah satunya Tri Atmoko, S.Hut, M.Si yang menjelaskan “Sekilas Tentang Herbarium Wanariset” dan “Ekologi Mangrove”

“Pengenalan jenis merupakan salah satu dasar dalam pemanfaatan sumberdaya hutan, khususnya tumbuh-tumbuhan. Pengenalan jenis menjadi penting ketika suatu jenis memiliki manfaat dan kandungan yang unik atau spesifik dan tidak dapat ditemukan pada jenis lain. Dengan sistem taksonomi yang berkembang saat ini, pengenalan jenis melalui morfologi tumbuhan seperti bunga, buah dan kelengkapan tumbuhan lainnya menjadi semakin mudah,” kata Tri.

Materi dilanjutkan dengan Pengenalan Jenis-jenis Mangrove dan Tanaman Unggulan Lokal Kabupaten Asmat; dan Teknik Identifikasi Tumbuhan yang disampaikan oleh Arbainsyah, S.Pd, M.Sc, peneliti lainnya. Dengan informasi dan kondisi herbarium yang baik, proses identifikasi akan lebih mudah dilakukan dan lebih banyak informasi yang dapat didapat dari koleksi tersebut.

“Pemilihan material tumbuhan yang tepat akan memberikan informasi yang baik untuk spesimen herbarium yang dibuat,” jelas Insya.

Pada hari kedua, peserta alih teknologi dibagi dalam dua group untuk praktek pembuatan spesimen herbarium. Kegiatan hari kedua ini diikuti para peserta dengan antusias karena lokasi praktek lapangan merupakan lokasi wisata Hutan Mangrove Margomulyo yang terletak di Kelurahan Margomulyo, Balikpapan.

Setelah memasuki Hutan Mangrove Margomulyo para peserta diminta mengambil sampel pohon. “Cari pohon yang lengkap dengan bunga, buah dan daunnya,” kata Priyono, salah satu pendamping di lapangan.

Terlihat David salah satu peserta sibuk mencatat keterangan pohon sesuai teori yang telah didapat dari hari pertama. Peserta lain, Jimmi memasukkan sampel yang telah dipotong dari pohonnya dan Abeel mengambil dokumentasi dengan ponsel miliknya. Sambil praktek teman-teman dari Asmat ini mendapat suguhan istimewa dengan adanya dua kelompok bekantan di balik pepohonan mangrove di dekat mereka.

“Akhirnya kami bisa lihat bekantan di sini,” teriak David kegirangan. Menurut David, mereka sangat penasaran dengan monyet berhidung panjang endemik Kalimantan tersebut.

Siang harinya, peserta dan tim kembali ke Samboja untuk melanjutkan praktek pembuatan herbarium di Herbarium Wanariset Samboja. Peserta didampingi oleh Priyono (Drawerdan pengenal jenis), Mira Kumalaningsih, S.Hut (pengelola database) dan Iman Suharja (Pengelola Herbarium Wanariset) untuk proses pengeringan, pengeplakan, pemberian label dan penyimpanan data di database.

Di akhir acara, dilakukan pembagian sertifikat kepada setiap peserta oleh Ir. IGN Oka Suparta, Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian Balitek KSDA, sekaligus menutup kegiatan alih teknologi ini. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan ilmu yang didapat selama pelatihan dapat dimanfaatkan oleh Dinas Kehutanan Asmat dan masyarakat Asmat, secara khusus yang tinggal di daerah mangrove agar dapat mengenal dan memanfaatkan potensi mangrove secara lestari.*** ADS.

Share Button