Kinerja Badan Litbang dan Inovasi Harus Memenuhi Target

“Waktu kerja kita (Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) tinggal 164 hari – sekitar enam bulan lagi dengan target pencapaian masih berkisar di angka sekitar delapan puluh persen. Kita harus kerja keras, kerja..kerja..dan kerja. Demikian disampaikan Dr. Henry Bastaman, M.ES, Kepala Badan (Kabadan) Penelitian,  Pengembangan dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Balai Penelitian Kehutanan Makassar (BPK Makassar), Sabtu (13/06).

“Kinerja kita harus memenuhi target pencapaian tersebut sebagai sasaran jangka pendek, sambil kita mempersiapkan diri untuk menjelang tahun 2016 sebagai satu kesatuan utuh Kementerian LHK.” kata Kabadan

BPK Makassar merupakan Balai kedua yang dikunjunginya setelah Yogyakarta. Selanjutnya Kabadan meminta kepada seluruh warga Badan Litbang dan Inovasi KLHK agar dapat bekerja fokus pada kebijakan yang akan dan telah dicanangkan oleh pemerintahan dalam Kabinet Kerja ini. Apalagi disadari bahwa KLHK sedang dalam masa ‘sulit’ terkait dengan upaya konsolidasi yang perlu terus-menerus dilakukan akibat adanya perubahan kelembagaan akibat penggabungan dua kementerian menjadi satu.

Dalam kesempatan ini, Kabadan menawarkan diri kepada siapa saja warga Badan Litbang yang memiliki ide maupun gagasan untuk dapat berdialog yang konstruktif, melalui jalur komunikasi apa saja, untuk membangun kapasitas penelitian dan peneliti yang kreatif dan inovatif. Disamping itu, Kabadan menyampaikan pula pesan Presiden RI, Joko Widodo, yang disampaikan pada saat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia tanggal 5 Juni 2015 lalu di Istana Bogor, dimana disampaikan agar Badan Litbang dapat menghasilkan hasil-hasil penelitian yang memenuhi harapan pemerintahan Jokowi, yaitu hasil-hasil penelitian yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Terkait dengan pesan Presiden RI di atas, Badan Litbang meminta BPK Makassar dan Balai-Balai lain untuk dapat menyampaikan maksimal 2 (dua) penelitian unggulannya kepada Badan Litbang untuk ditelaah lebih jauh terkait dengan pencapaian serta manfaatnya bagi rakyat banyak, sesuai harapan Bapak Presiden.

Dalam kesempatan kunjungan kerjanya kali ini, Kabadan melaksanakan dialog dengan peserta pertemuan dimana terangkum beberapa informasi penting yang perlu ditindak-lanjuti, yaitu:

  • Kabadan mengharapkan informasi penting terkait dengan penanganan banjir dan tanah longsor yang merupakan hasil penelitian BPK Makassar yang penting bagi kemaslahatan rakyat dapat diinformasikan selengkap-lengkapnya kepada Kabadan agar setelah dikaji dapat diinformasikan segera kepada Menteri KLHK.
  • Kabadan sangat mendukung dan menaruh perhatian penuh terhadap upaya penyediaan fasilitas (dana) bagi peneliti yang mampu berkiprah di dunia internasional (misalnya melalui seminar, kongres dan lain sebagainya) dan akan membicarakan tentang hambatan-hambatan yang ada selama ini dengan pihak terkait.
  • Terkait dengan masalah yang sudah lama muncul, yaitu permasalahan tentang Teknisi Litkayasa yang sudah ‘mentok’, Kabadan, walau baru menjabat, telah mendengar dan mengetahui permasalahan ini dan berjanji akan segera mediskusikan dengan pihak-pihak terkait, termasuk dengan Kementerian PAN dan RB untuk mencari solusi yang tepat. Kabadanpun menganggap persoalan ini adalah persoalan serius yang segera perlu dicarikan solusinya.

Pertemuan dengan Kabadan yang walau dilaksanakan di hari libur, yaitu hari Sabtu tetapi cukup banyak dihadiri oleh peserta ini mempertemukan pula antara ‘dua anak’ yang merupakan hasil perkawinan takdir (demikian seperti dinyatakan oleh Kabadan), yaitu Balai Penelitian Kehutanan (tadinya dibawah Kemenhut) – dinahkodai oleh Ir. Misto, MP dan PPE (Pusat Pengelolaan Eko-Region Sulawesi, Maluku dan Papua) – tadinya dibawah Kemeneg LH, sekarang telah menjadi satu kesatuan dibawah KLHK. Disamping kedua institusi ini tadinya berada dalam induk kementerian yang berbeda, tapi dalam kenyataan lokasi kantornya sangat dekat, hampir saling berhadapan, hanya terpisah oleh jalan poros Makassar – Kabupaten Maros. Untuk itulah dalam kesempatan ini pula Kabadan meminta agar kedua institusi ini dapat bekerja sama lebih erat lagi (berkonsolidasi) dengan semangat korsa KLHK. (BUG*)

Sumber : forda-mof.org

Share Button

Restorasi Lahan Bekas Tambang: Suatu Keniscayaan

Restorasi lahan bekas tambang merupakan suatu keniscayaan, hal ini terungkap dalam Gelar Teknologi Hasil Litbang dan Inovasi di Hotel Novotel, Balikpapan (Selasa, 9/6/2015). Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menemukan teknologi dalam upaya restorasi areal pasca tambang.

Hasil penelitian Prof. Dr. Pratiwi dan tim peneliti Badan Litbang dan Inovasi telah  berhasil menemukan solusi dalam menghutankan kembali bekas tambang timah. “Salah satu permasalahan lahan bekas tambang timah yaitu meninggalkan hamparan overburden dan tailing kuarsa sehingga  diperlukan input teknologi dalam upaya untuk meningkatkan kualitas lahan” papar Pratiwi. Lebih lanjut Pratiwi menjelaskan bahwa  over burden merupakan lapisan top soil yang  dipindahkan pada waktu pengupasan penutup bijih timah. Sedangkan tailing kuarsa  merupakan limbah hasil pemisahan biji timah yang didominasi oleh pasir kuarsa, sedangkan unsur organiknya kurang dari 3%, sehingga secara alami tanaman sukar tumbuh.

“Strategi rehabilitasi lahan bekas tambang timah antara lain dapat dilakukan dengan memperbaiki kondisi  tanah dengan menambahkan bahan ameliorant, memilih jenis tanaman, membuat bibit, menanam dan memelihara” ungkap Pratiwi.

Lebih lanjut Pratiwi mengaakan bahwa hasil penelitian menemukan fakta bahwa pada umur 3 tahun tanaman yang survive pada hamparan overburden yaitu Eucalyptus urrophila, Eugenia garcinaefolia dan sengon buto (Enterolobium cyclocarpum). Sedangkan pada hamparan tailing kuarsa bisa ketiganya bisa tumbuh tapi perlu penanganan berupa input energi.

Pada akhir paparannya Pratiwi mengatakan bahwa “Menghutankan kembali lahan bekas tambang timah tidak mustahil dilakukan dengan pemanfaatan teknologi, jenis tanaman yang dikembangkan juga sebaiknya jenis asli dan dikombinasikan dengan jenis cepat tumbuh dan pemeliharaan tanaman mengingat tingkat kesuburan lahan bekas tambang sangat rendah.”

Teknologi lain dalam upaya restorasi yang telah dilakukan Badan Litbang dan Inovasi yaitu berupa penerapan konsep bersinergi dengan alam untuk merehabitasi  lahan bekas tambang batubara. ”Konsep bersinergi dengan alam, cukup sederhana bagaimana kita membantu alam mempercepat memperbaiki dirinya sendiri. Intervensi berupa penanaman kembali, pemeliharaan, pengendalian gulma, dan lain-lain” kata Dr. Ishak Yassir dalam paparannya.

Lebih lanjut Ishak menjelaskan bahwa usaha perbaikan dan pemulihan yang dilakukan melalui kegiatan rehabilitasi dan restorasi khususnya di hutan atau lahan yang terdegradasi akan jauh lebih efektif dan efisien jika kita  mampu menciptakan kondisi di lapangan yang dapat mempercepat terjadinya proses regenerasi alami.

Hal ini dilatarbelakangi oleh perkembangan pemanfaatan areal tambang batu bara yang telah mencapai 5 juta ha yang telah menyebabkan permasalahan yang tidak hanya menyangkut isu lingkungan saja, namun juga masalah kesehatan, deforestasi, dan degradasi kawasan hutan.

Ishak juga menjelaskan pengembangan konsep untuk merehabilitasi lahan bekas tambang batubara di luar kawasan hutan (Areal Penggunaan Lain) yaitu dengan pengembangan konsep tambang berkelanjutan dengan menanaman jenis penghasil energi biomass, pengembangan pemilihan jenis dengan pendekatan 3 (People, Planet dan Profit) dan perbaikan kualitas tanah dengan biochar.

Sementara itu Retno Prayudaningsih, peneliti dari BPK Makassar memaparkan teknologi isomik (isolat mikroba) untuk rehabilitasi lahan bekas tambang.  Isomik sendiri merupakan penemuan tim peneliti BPK Makassar.

Isomik berupa isolat mikroba  yang telah dicampur dengan pasir sebagai material untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan meningkatkan kualitas lahan bekas tambang.  Isomik generasi pertama dinamai MK 1, merupakan isolat fungi mikoriza arbuskula hasil isolasi dari tanah lahan bekas tambang kapur. Input dari teknologi isomik juga memberikan dampak pertumbuhan swalanjut, bahkan muncul jenis-jenis alami lain.

“Dampak terhadap fauna tanah, karena fauna tanah merupakan bioindikator. Input teknologi isomik mengundang jenis-jenis fauna tanah untuk datang. Hal ini menunjukkan bahwa lahan tersebut sudah mengalami pemulihan” terang Retno.

Retno juga menjelaskan kelebihan isomik  yaitu hanya satu kali aplikasi pada saat penyiapan bibit, dapat meningkatkan pertumbuhan dan keberhasilan tanaman, memperbaiki kualitas tanah (fisik, kimia, biologi) dan menurunkan tingkat polusi.

Teknologi ini telah banyak dimanfaatkan oleh stake holder terkait, namun sayangnya isomik sampai sekarang belum dipatenkan.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Badan Litbang Kehutanan, Ir. Tri Joko Mulyono, MM menyatakan bahwa Badan Litbang dan Inovasi harus mengkomersialisasikan IPTEK yang dihasilkan, caranya dengan HaKI,  ada dua sisi bisa dijual ke investor dan juga bisa dipatenkan menjadi milik rakyat dan tidak boleh ada satu perusahan yang bisa menggunakannya. “Yang kita hasilkan adalah IPTEKnya, sedangkan produk sampingan bisa kita jual (PNBP)” pungkas Tri Joko di akhir acara Gelar Teknologi yang dihadiri oleh para pelaku usaha pertambangan di wilayah Kalimantan.***(TS)

Sumber : forda-mof.org

Share Button

Pisah Sambut Kepala Badan

Pernah menjadi warga litbang merupakan kebanggan sendiri bagi Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, M.Sc. mantan Kepala Badan Litbang Kehutanan. Hal ini diungkapkan Beliau pada saat memberikan sambutan pada acara pisah sambut Kabadan di Hotel Novotel, Balikpapan (Kamis, 11/06/2015).

“Litbang itu jauh lebih hebat dari Eselon I lain. Kepandaianya di atas rata-rata. Mencari orang pandai carilah di Litbang, “kata Awang.

Lebih lanjut, Kabadan juga menyatakan kebanggan atas keberhasilan litbang yang berhasil menemukan berbagai formula untuk menanam berbagai tanaman, bahkan di lahan marginal ataupun lahan tanduspun.

“Tengok semua KHDTK kita berbunga, Kalau lihat keberhasilan menanam maka datanglah ke KHDTK,”kata Awang.

Namun demikian, Kabadan mengingatkan agar keberhasilan menanam ini tidak hanya diimplikasikan pada lahan yang sempit tetapi juga untuk dicoba pada lahan yang lebih luas, atau lebih dari 3 ha. Selain keberhasilan menanam, Awang juga bangga atas berbagai temuan benih unggul seperti minyak kayu putih, nyamplung, jati dan juga berbagai hasil penelitian yang telah dipatenkan.

Selain itu, Awang juga menyampaikan beberapa pesan kepada Dr. Henry Bastaman, M.ES., selaku  Kepala Badan Litbang dan Inovasi LHK maupun kepada seluruh pegawai lingkup Badan Litbang dan Inovasi LHK. Pesan tersebut antara lain: 1) Selalu menjaga komunikasi dan hubungan baik antar fungsional dan struktural, 2) Unit kerja daerah harus siap untuk membantu pemerintah daerah dalam menyelesaikan permasalahan pembangunan daerah dengan kajian dan penelitian yang bisa dibiayai dari DIPA maupun kerjasama; 3) Professor riset haruslah diberi posisi pada kelompok intelektual yang kuat. Selain itu melibatkan mereka untuk mengkaji proposal dari peneliti dan juga melakukan pembinaan kepada peneliti lainnya untuk membuat proposal yang baik. Dan peneliti lainnya jangan merasa untuk didikte, sehingga bisa mencapai hasil yang lebih baik; 4) Mendorong hasil penelitian terkait kebijakan untuk menyelesaikan masalah atau terlibat dalam pembuatan keputusan/kebijakan di KLHK; 5) Untuk lebih melakukan penelitian yang menjadi permasalahan nasional yang rutin dan berkepanjangan dan belum ada solusinya, seperti kebakaran hutan; dan 6) Membuat proposal proyek sebanyak-banyaknya dan alokasikan proyek tersebut untuk dikerjakan di KHDTK.

Sementara itu Dr. Henry Bastaman, M.ES., Kepala Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengajak Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, M.Sc. Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK  untuk mewujudkan mimpi bersama membuat KLHK menjadi lebih baik.

“Ini kesempatan untuk kita sekarang mewujudkan mimpi. Kita sudah bersusah payah untuk menggabungkan dua kementerian. Mari kita wujudkn mimpi kita bersama-sama pada tugasnya masing-masing,”kata Kabadan.

Disadari bahwa sebelumnya kedua tokoh tersebut berasal dari dua kementerian yang berbeda sangat mendukung adanya proses peleburan dua kementerian (KLH dan Kemenhut) untuk menjadi satu bendera menjadi KLH. Mereka berharap dengan peleburan kedua kementerian tersebut akan membuat Kementerian (KLHK) menjadi lebih baik dan nomer satu di kabinetnya.

“Lingkungan hidup bicara dari tanah, air dan udara. Kehutanan riilnya bicara dari tanah dan dampaknya kemana-mana. Jadi sebetulnya lingkungan hidup dan kehutanan sebuah keniscayaan,“kata Awang.

Namun demikian, Awang sangat mendukung peleburan tersebut karena saat ini orang-oarang banyak bicara atau bertugas pada kehutanan tetapi melupakan mandatnya untuk menjaga lingkungan. Selain itu, Awang juga mengingatkan kepada Bastaman untuk lebih mengarahkan  penelitian untuk melihat persoalan lingkungan hidup.

“Untuk mewujudkan mimpi kita, Kehutanan yang berdampak pada lingkungan hidup biotik maupun abiotik maka formulasinya harus muncul dari litbang. Ini merupakan tantangan bagi teman-teman peneliti. Dan kita arahkan untuk melihat persoalan lingkungan hidup,”kata Awang.

Lebih lanjut, Awang menegaskan bahwa apa yang dilakukan sampai saat ini adalah baru mulai melakukan perubahan. Selanjutnya perubahan itu diwujudkan dalan proses-proses pengambilan keputusan.

Mendukung hal tersebut, Bastaman berjanji akan meneruskan hal-hal yang baik yang telah dilakukan oleh Awang selama menjabat menjadi Kepala Badan Litbang Kehutanan. Selain itu, Bastaman juga terbuka untuk diskusi kepada siapapun untuk membuat Badan Litbang dan Inovasi LHK menjadi lebih baik

Sumber : forda-mof.org

Share Button

Keintegrasian Penelitian antar RPPI

Keintegrasian kegiatan penelitian antar RPPI (Rencana Penelitian dan Pengembangan Integratif) bukanlah tidak mungkin, demikian disampaikan Prof.Ris.Dr. Gustan Pari, Ketua Dewan Riset, Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian LHK, pada kegiatan Rakornis Tahun 2015 di Balikpapan, Kamis (11/06/2015).

Menurut Gustan, ada beberapa kita untuk mengintegrasikan antar RPPI, yaitu pertama terletak pada komunikasi, baik antara fungsional dengan struktural, fungsional dengan fungsional maupun koordinator RPPI satu dengan koordinator RPPI lainnya.

Cara kedua dapat dilakuan dengan peningkatan kuantitas maupun kualitas SDM.

“Tetapi untuk mengatasi kekurangan SDM terutama peneliti, maka langkah awal yang dilakukan adalah perekrutan SDM. Kualitas dapat dikembangkan nanti setelah SDM terpenuhi,” kata Gustan.

Selain itu, langkah yang paling penting adalah pencermatan proposal kegiatan Rencana Penelitian Pengembangan Integrasi (RPPI) sejak awal.

“Penyusunan proposal untuk kegiatan tahun yang akan datang sebaiknya dimulai pada bulan Juni 2015 dan waktu pencermatan terjadwal secara jelas agar menghindari pencermatan proposal yang tergesa-gesa,”kata Gustan

Usaha peningkatan keintegrasian kegiatan penelitian baik dalam RPPI maupun antar RPPI diharapkan dapat memperoleh paket Iptek yang dilakukan dengan lengkap dari suatu tema penelitian, mulai dari hulu sampai hilir, baik dari aspek deskripsi, produksi, pengolahan, keekonomian hingga kelembagaan serta kebijakan.

Sejak tahun 2010, Badan Litbang Kehutanan (Balitbanghut) yang sekarang berubah menjadi Badan Litbang dan Inovasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) telah mencanangkan adanya penelitian terintegratif, baik antar unit kerja maupun Rencana Penelitian Integratif (RPI) lainnya. Namun demikian, berdasarkan hasil pengamatan Dewan Riset (DR) Badan Litbang dan Inovasi, sampai dengan tahun 2014 sebanyak 78% kegiatan dalam RPI belum terintegrasi.

Sumber : forda-mof.org

Share Button

Menanam Merupakan Komitmen Badan Litbang dan Inovasi

“Kegiatan menanam ini sudah sejak tiga tahun lalu dilakukan dan akan tetap diteruskan tiap kali melakukan kegiatan Rakornis (Rapat Kordinasi Teknis), ini merupakan komitmen”, demikian dikatakan Ir. Tri Joko Mulyono, MM., Sekretaris Badan Litbang Kehutanan (Sekbadan) dalam sambutannya pada acara penanaman di KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Samboja, Jumat (12/06).

Lebih lanjut Sekbadan  juga mengatakan : “Kita tidak menghitung berapa jumlah pohon yang kita tanam, tapi kita ingin memberikan gambaran pada semua pihak, bahwa setiap kegiatan litbang kita akan terus menanam dan menanam, sehingga lingkungan akan terjaga dengan baik.”

Pada kesempatan tersebut, Sekbadan juga memohon maaf  karena  sedianya kegiatan ini akan dihadiri oleh Prof. San Afri Awang, M.Sc. dan Kabadan Litbang dan Inovasi Dr. Henry Bastaman, namun karena ada tugas lain sehingga beliau tidak dapat hadir dan ikut bergabung. Walaupun demikian, hal itu tidak menyurutkan antusias peserta untuk tetap menanam.

Diakhir sambutan, Sekbadan tak lupa mengucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak dan mengajak seluruh peserta yang hadir untuk menanam.

“Selamat menanam, walaupun sebatang, semoga kita meninggalkan sesuatu di KHDTK Samboja ini.” harap Sekbadan.

Ekskursi ke Samboja ini adalah akhir rangkaian Rakornis Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian LHK Tahun 2015. Kegiatan ekskursi dilaksanakan dengan penanaman masal dan dilanjutkan dengan menyusuri trek Wartono Kadri di KHDTK Samboja.

Kegiatan penanaman ini tidak hanya dihadiri oleh pegawai Badan Litbang dan Inovasi saja, ada beberapa tamu undangan juga hadir, antara lain pihak pemerintah daerah yg diwakili oleh lurah setempat, perwakilan UPT lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, peserta ladies program dan juga para tamu undangan.

Dalam kegiatan menanam ini telah disediakan sebanyak 200 lubang tanam dengan pohon yang siap ditanam, sehingga para peserta dapat seluruhnya ikut berpartisipasi menanam di KHDTK Samboja..***LSG

Sumber : forda-mof.org

Share Button

Litbang Harus Berperan Strategis Dalam Kebijakan LHK

Dr. Henry Bastaman, M.ES., Kepala Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, berjanji akan berupaya membawa hasil-hasil litbang ke arus utama kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Hal ini diungkapkan pada saat memberikan arahan pada acara Rakornis di Hotel Novotel, Balikpapan (Rabu, 10/06/2015).

“Hal tersebut sangat penting. Jangan sampai kita mempunyai kebijakan dengan presisi yang rendah. Tidak ada lagi kebijakan melulu pertimbangan politik atau kepentingan tertentu. Tetapi Scientific judgement  harus kuat betul. Arus pemikiran kita sudah harus kesana,” kata Kabadan yang optimis bahwa hal itu bisa dilakukan.

Kabadan menyadari bahwa hal tersebut membutuhkan usaha yang sangat keras dan kuat. Banyak hasil litbang yang telah dihasilkan tetapi belum ada formula atau kemasan yang pas untuk membawa hasil litbang tersebut mempunyai arti penting dan strategis dalam satu kebijakan.

“Tentunya kita harus membedakan yang kita lakukan disini bukan penelitian di Perguruan Tinggi (PT), tetapi penelitian yang mendukung kebijakan khususnya lingkup Kementerian LHK,”tegas Kabadan. Oleh karena itu, Kabadan mengajak kepada seluruh pegawai Badan Litbang dan Inovasi LHK untuk mulai berpikir cara yang paling efektif untuk mengemas hasil litbang dan memanfaatkan networking atau jaringan yang ada.

“Forum ini kita manfaatkan untuk mensinergikan berbagai kegiatan yang kita lakukan dan menjadi satu kekuatan yang signifikan untuk merubah pola-pola kebijakan yang jauh dari sempurna menggunakan hasil-hasil penelitian apalagi ada aspek inovasinya,”kata Kabadan.

Disadari bahwa tema Rakornis Badan Litbang dan Inovasi LHK Tahun 2015 adalah“Penguatan Peran Strategis Badan Litbang dan Inovasi Lingkungan HIdup dan Kehutanan untuk  pencapaian sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan”.

Tema tersebut selaras dengan komitmen Kabadan untuk mengangkat Litbang sebagai salah satu hal yang sangat penting dalam konteks kebijakan LHK ke depan. Selain itu, tema tersebut juga merefleksikan tantangan strategis Badan Litbang dan Inovasi LHK untuk menyiapkan Iptek dari hulu sampai hilir dan hampir disetiap aspek kehidupan masyarakat.

Disisi lain, Drs. Suryanto Ibrahim, MM., Kepala Balai Hidup Lingkungan Hidup (KBLH) Kota Balikpapan menyatakan bahwa litbang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan karena litbang berperan untuk membuat program-program strategis 5-25 tahun untuk pengembangan satu sektor tertentu. Oleh karena itu, Suryanto tidak setuju bahwa litbang tidak penting dan hanya merupakan tempat pembuangan.

Non sense. litbang tidak ada hasilnya. Ketika litbang ditinggalkan, maka program tidak tercapai,” kata  Suryanto.

Disadari bahwa pembangunan nasional yang berhasil harus memperhatikan aspek aspek ekonomi, sosial maupun ekologi serta didukung dengan akan baik pada IPTEK yang valid, terkini dan dihasilkan dari kegiatan penelitian dan pengembangan. Sedangkan khusus untuk Balikpapan, peranan litbang sangat diharapkan dapat mendukung komitmen Pemerintah Kota Balikpapan dalam menjaga lingkungan hidup terpadu. Diketahui bahwa Balikpapan mempunyai dua komitmen tinggi dalam pembangunan yaitu: a). Pembangunan berasaskan tata ruang 5248, dimana 52% untuk lingkungan hidup dan 48% untuk pembanguna; dan b). Masyarakat diharamkan untuk melakukan penambangan batubara di kota Balikpapan, meskipun 60% potensi  Balikpapan adalah batubara.

Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan H.M. Rizal Effendi, SE., Walikota Balikpapan yang mengatakan bahwa Balikpapan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berani tidak memberikan izin penambangan batubara.

“Bahkan saya telah berkirim surat kepada Menteri ESDM untuk menghapuskan potensi batubara di kota Balikpapan,”kata Effendi.

Selain itu, Effendi menyatakan untuk menjaga lingkungan hidup terpadu, Balikpapan juga melakukan penghijuan dan pengelolaan kawasan hutan serta kebijakan pembangunan green corridor serta pembangunan hutan kota. Diketahui bahwa Kota Balikpapan mempunyai dua Hutan lindung, yaitu Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) dan Hutan Lindung DAS Manggar. Kedua jenis hutan tropis tersebut merupakan jenis hutan tropis basah dan terdapat berbagai jenis tanaman lokal yang wajib dilindungi dan dikembangkan karena proses penambangan dahulu.

Oleh karena itu, Effendi sangat berharap Badan Litbang dan Inovasi LHK bisa membantu Balikpapan untuk menyelamatkan flora dan fauna yang ada di Balikpapan, seperti Beruang Madu yang bisa dijadikan sebagai maskot Balikpapan dan berbagai jenis tanaman hutan tanaman tropis basah.

“Saya yakin bahwa penelitian hutan tropis basah yang intensif akan berguna untuk anak cucu kita,” kata Effendi.

Menganggap hal tersebut, Ir. Tri Joko Mulyono, MM., Sekretaris Badan Litbang, Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Sekbadan) menegaskan bahwa 30% anggaran Badan Litbang dan Inovasi adalah untuk memenuhi kebutuhan daerah. “Disamping itu, setiap UPT untuk segera mengusulkan kegiatan-kegiatan unggulan daerah,”kata Sekbadan.

Disadari bahwa mayoritas atau sebanyak 15 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang dan Inovasi berada di daerah. Untuk itu, diharapkan bahwa setiap unit kerja tersebut dapat berpartisipasi untuk membangun daerah yang ada di lokasi mereka berada.

Usulan kegiatan penelitian tersebut bisa dilaksanakan dengan inisiatif UPT sendiri yang tahu masalah yang dihadapi oleh wilayahnya atau usulan dari pemerintah kota wilayah UPT tersebut.

“Apabila Balikpapan perlu, maka bisa meminta UPT kami terkait judul penelitian yang diperlukan oleh Kota Balikpapan,”kata Sekbadan. Lebih lanjut, Sekbadan juga menjelaskan bahwa usaha tersebut merupakan satu langkah yang dilakukan oleh Badan Litbang dan Inovasi untuk lebih mengenalkan dan meningkatkan kerjasama litbang dengan pemerintah daerah maupun rakyat.

Pelaksanaan kegiatan Rakornis Badan Litbang dan Inovasi Tahun 2015 pada hari pertama tersebut,  diawali dengan pelaksanaan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU antara Badan Litbang dan Inovasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dengan Pemerintah Kota Balikpapan. Dimana secara simbolis, Badan Litbang dan Inovasi LHK diwakili oleh Ir. Tri Joko Mulyono, MM., Sekretaris Badan. Sedangkan Pemerintah Kota Balikpapan ditandatangani oleh H.M. Rizal Effendi, SE., selaku Wali Kota Balikpapan. Nota kesepahaman atau kerjasama tersebut berkaitan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Dimana kerjasama tersebut lebih menfokuskan pada 3 lokasi kawasana hutan di Kota Balikpapan, yaitu Kebun Raya Balikpapan, kawasan hutan yang ada Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) serta Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup.

Sumber : forda-mof.org

Share Button