Gelar Teknologi Hasil Litbang dan Inovasi Tahun 2015

Dalam rangka menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) hasil penelitian dan pengembangan (litbang) dan inovasi kepada para pihak, Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen-LHK) akan menyelenggarakan Gelar Teknologi (Geltek ) Hasil Litbang dan Inovasi Tahun 2015 di Hotel Novotel, Balikpapan (Selasa, 9/06/2015).

Hasil litbang tersebut diharapkan akan menjadi input  yang obyektif dalam pengambilan kebijakan, basis solusi permasalahan aktual kehutanan, dan penghasil inovasi teknologi yang dapat mendorong akselerasi pencapaian tujuan pembangunan kehutanan. Diketahui bahwa untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari baik dalam aspek ekonomi, sosial maupun ekologi harus didasarkan pada IPTEK yang valid, terkini dan dihasilkan dari kegiatan penelitian dan pengembangan.

Geltek Hasil Litbang dan Inovasi Tahun 2015 bertemakan “Konservasi Sumber Daya Alam, Restorasi Areal Terdegradasi Pasca Tambang dan Pengelolaan Dipterokarpa”. Hal ini mencerminkan bahwa hasil litbang berkontribusi dalam memecahkan masalah utama pembangunanan kehutanan, yaitu degradasi hutan dan lahan yang disebabkan oleh kegiatan penambangan, illegal logging, kebakaranmaupun konversi hutan. Selain itu, juga mencerminkan bahwa hasil litbang dapat meningkatkan produktivitas hutan alam dan menjaga keseimbangan alam dan ekosistem.

Kegiatan geltek tahun ini bertujuan untuk lebih mendekatkan, mentransformasikan dan meningkatkan pemanfaatan IPTEK kehutanan yang dihasilkan Badan Litbang dan Inovasi kepada para pengguna, mendorong terwujudnya keberhasilan rehabilitasi dan restorasi lahan terdegradasi pasca tambang, kelestarian jenis dan keseimbangan ekosistem hutan yang harmonis,  produktivitas hutan dari jenis dipterokarpa , serta meningkatkan interaksi dan kerjasama kemitraan, antara peneliti dan pengguna.

Geltek Hasil Litbang dan Inovasi Tahun 2015 dilaksanakan sebagai side event kegiatan Rapat Koordinasi (Rakornis) Badan Litbang dan Inovasi, Kemen-LHK pada tanggal 9-12 Juni 2015 di Hotel Novotel, Balikpapan. Dimana kegiatanya dibagi menjadi dua kegiatan yaitu: a). Geltek hasil litbang dan inovasi Kemen-LHK serta Launching beberapa buku hasil penelitian pada tanggal 9 Juni 2015, ; b). Pameran hasil litbang dan inovasi kemen-LHK, pada tanggal 9-11 Juni 2015.

Acara ini akan dibuka oleh kepala Badan Litbang dan Inovasi Kemen-LHK dan mengundang sekitar 100 orang peserta, yang terdiri dari: para pengambil kebijakan, peneliti, akademisi, praktisi kehutanan dan lingkungan, swasta, dan NGO/LSM serta instansi terkait di wilayah Kalimantan.

Rangkaian acara geltek tahun ini akan dikemas dalam bentuk talkshow yang dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama menyajikan materi ‘Menghutankan Lahan Bekas Tambang Timah’ dan ‘Penerapan Konsep Bersinergi dengan Alam untuk Merehabilitasi Lahan Pascatambang Batubara’. Sedangkan sesi kedua menyajikan materi ‘Teknologi Tepat Guna dalam rangka Diversifikasi Produk Tengkawang untuk Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat Lokal’ dan ‘Teknologi Isomik (Isolat Mikroba) untuk Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang’.

Sebelum acara talkshow akan diselenggarakan launching 5 buah buku hasil litbang dan inovasi, yaitu:

  1. Agroforestry Berbasis Jelutung Rawa : Solusi Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Pengelolaan Lahan Gambut ;
  2. Jenis-jenis Tumbuhan dari proses Regenarasi Alami di Lahan Bekas Tambang Batubara;
  3. Burung dan Kelelawar di Lahan Bekas Tambang Batubara
  4. Panduan Pengukuran Karbon Tegakan Tanaman Meranti
  5. Shorea leprosula Miq dan Shorea johrensis Foxw: Ekologi, Silvikultur, Budidaya dan Pengembangan.

Selama acara berlangsung juga dilaksanakan pameran hasil litbang dan inovasi lingkungan hidup dan kehutanan. Kegiatan pameran ini terselenggara atas kerjasama dan dukungan dari Pusat Kegiatan pameran terselenggara atas kerjasama dan dukungan dari Pusat Pengelolaan Ekoregion Kalimantan, Balai Besar Penelitian Dipterokarpa (B2PD) Samarinda, dan Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (BPTKSDA) Samboja.

Sumber : forda-mof.org

Share Button

Tantangan Baru Badan Litbang dan Inovasi

Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kabadan) baru, Dr. Henry Bastaman, M.ES., telah ditantang oleh Bu Menteri LHK untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat bahwa ada Litbang Kehutanan. Hal ini disampaikan oleh Kabadan saat memberikan sambutan pada acara perkenalan Kabadan baru di Ruang Rapat Sudiarto, Kampus Badan Litbang dan Inovasi, Bogor (Jum’at, 05/06/2015).

”Tolong kasih tahu rakyat, bahwa ada litbang kehutanan. Saya tahu, Anda tahu, rakyat juga harus tahu,” kata Kabadan menyampaikan pesan Menteri KLHK.

Hal ini diakui oleh Kabadan sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi oleh Badan Litbang dan Inovasi. Lebih lanjut, Kabadan bertekad bahwa hasil litbang tidak akan hanya diketahui oleh rakyat, tetapi akan dimanfaatkan oleh rakyat.

“Luar biasa kekayaan yang kita punya semoga bermanfaat. Informasinya  diketahui rakyat sudah luar biasa apalagi bisa dimanfaatkan oleh rakyat,” kata Kabadan. Dimana sebelum acara perkenalan dirinya, Kabadan telah berkeliling Kampus Badan Litbang dan Inovasi didampingi oleh Ir. Tri Joko Mulyono, MM., Sekretaris Badan Litbang (Sekbadan).

“Saya kira tidak masalah, pasti kita bisa. Kerjasama bersama membangun Badan Litbang dan Inovasi sebagai suatu institusi yang kuat, bermanfaat dan menjalankan mandat-mandat yang ditugaskan buat kita,”tegas Kabadan yang berasal dari Ciamis ini.

Selain itu, Kabadan juga mengajak seluruh pegawai Badan Litbang dan Inovasi untuk mulai bekerja keras dan saling bekerjasama untuk membangun Badan Litbang dan Inovasi.

Menanggapi hal tersebut, Sekbadan menyatakan bahwa siap mendukung kebijakan dan program baru Kabadan.

“Kewajiban kami untuk mendukung program Bapak, “kata Sekbadan.

Selain itu, Sekbadan juga akan mengagendakan kegiatan Kabadan untuk bersafari ke seluruh Unit Pelaksana Tugas (UPT) Badan Litbang dan Inovasi. Tujuanya agar Kabadan lebih mengenal dan memahami kekayaan dan potensi yang ada di Badan Litbang dan Inovasi. ***THS

Sumber : forda-mof.org
Share Button

Desa Deaga Punya Aturan Lindungi Hutan Mangrove, mari belajar!

Masyarakat Desa Deaga, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), berupaya melindungi ekosistem mangrove. Awal Mei 2015, mereka mengeluarkan Peraturan Desa (Perdes) tentang Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pembuatan perdes selama lima bulan ini, melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda.

Pembuatan perdes itu beranjak dari penilaian masyarakat soal fungsi mangrove. Mereka menyadari, ekosistem mangrove dapat melindungi wilayah pesisir dan laut, sebagai penyedia sumberdaya perikanan laut dan wilayah penyangga.

“Perusakan hutan mangrove mengakibatkan potensi sumberdaya pesisir dan laut yang menjamin kehidupan masyarakat berkelanjutan makin terancam,” kata Ruslani Mokoginta, Sangadi (kepala desa) Deaga.

Pembuatan perdes itu, katanya, memiliki beberapa tujuan, pertama, mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang adil, menjamin kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat desa Deaga, terpenuhi.

Kedua, mewujudkan kelestarian, keselarasan dan keseimbangan lingkungan hidup dan sumberdaya alam desa. Ketiga, menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia maupun kelangsungan kehidupan makhluk hidup, serta kelestarian ekosistem mangrove.

“Perdes ini bertujuan melindungi, dan mendidik masyarakat bisa mengerti fungsi mangrove. Sebab, potensi perikanan bersumber dari perlindungan mangrove. Misal, kepiting dan kerang mangrove. Itu, kan, bisa meningkatkan ekonomi masyarakat,” katanya.

Dalam perdes ini, pemerintah desa menetapkan wilayah perlindungan mangrove (WPM) di empat titik, meliputi sebelah barat, utara dan timur dan selatan Desa Deaga. Luas diperkirakan 150 hektar.

Menurut Ruslani, penetapan WPM untuk melindungi daerah pesisir pantai dari berbagai kegiatan perusakan yang mengancam kelestarian pesisir pantai  dan keselamatan pemukiman masyarakat. WPM juga dilindungi daerah tabungan ikan dan pelindung pantai serta keragaman hayati terumbu karang.

“WPM akan jadi bagian rencana tata ruang desa. Penetapan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan, sambil mempertimbangkan karakteristik ekosistem mangrove serta aspek-aspek flora dan fauna,  sosial budaya, dan kelembagaan masyarakat.”

Masyarakat, katanya, secara terbatas diberi izin memanfaatkan mangrove guna memenuhi kebutuhan, seperti, pembibitan untuk rehabilitasi mangrove, pemanfaatan kayu secara terbatas untuk keperluan rumah tangga, serta memanfaatkan buah mangrove sebagai makanan olahan.

Pengambilan atau penebangan mangrove hidup atau utuh dinyatakan sebagai tindakan perusakan. Tak diizinkan pula, alih fungsi lahan untuk tambak atau percetakan sawah baru.

“Pemanfaatan mangroves untuk kayu bakar hanya bisa pada yang sudah mati, kering, batang yang patah atau roboh.”

Sesuai tercatat dalam perdes, mangrove mati bisa dimanfaatkan masyarakat.  Masyarakat, memanfaatkan daun nipa untuk atap dan dinding bagian belakang rumah. Mereka juga meggunakan air nipa untuk membuat gula mangrove.

Dalam pembuatan perdes ini, pemerintah desa didukung Perkumpulan Kelola dan Mangrove For the Future (MFF). Selain itu, dalam satu tahun, sudah rehabilitasi mangrove di desa ini, salah satu penanaman Rhizopora 4.000 bibit di bagian utara hutan mangrove Desa Deaga. Di sini, mangrove mati alami karena banjir dan kencing kelelawar.

“Area yang ditanami sekitar satu hektar. Pemilihan jenis ini sesuai indikator biologis lokasi itu,” kata Yakob Botutihe, staf lapangan Perkumpulan Kelola. 

Perlu pemukiman

Hutan mangrove di Desa Deaga termasuk dalam Hutan lindung Kombot. Luasan hutan mencapai 800 hektar, melingkupi tiga kecamatan yaitu, Pinolosian, Pinolosian Tengah dan Pinolosian Timur.

Meski termasuk hutan lindung, warga Deaga perlu pemukiman karena wilayah mereka tidak mencukupi. Maxi Limbat, Kepala Dinas Kehutanan Bolsel, menyatakan, berusaha mengkomunikasikan keinginan ini kepada kementerian. “Kesempatan perubahan RTRW itu lima tahun, jadi kemungkinan tiga tahun kedepan sudah bisa kami ajukan.”

“Ada kemungkinan. Tergantung kebutuhan. Kalau memang vital, sudah tidak ada pilihan lain. Namun kementerian meminimalisir alih fungsi lahan.”

Kondisi hutan mangrove di Bolsel, relatif baik. Sebagian besar masyarakat peduli dengan mangrove berkat kerja sama antara pemerintah, LSM dan masyarakat.

“Hutan mangrove tidak cuma di Deaga, ada lebih 1.000 hektar di Bolsel. Apalagi, mangrove di Bolsel relatif baik dibanding daerah-daerah lain,” katanya. “Kita harus pertahankan agar kerusakan bisa ditekan. Pemerintah kabupaten akan buat perda mangrove agar perlindungan bukan cuma di desa tetapi di Bolsel.”

Sumber : Klik di sini

Share Button

Trichoderma, Cendawan Sakti untuk Pengolahan Lahan Tanpa Bakar

Beberapa petugas penyuluh pertanian berkumpul di halaman Januraga Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu. Mereka berkutat dengan jerami dan media plastik berbentuk persegi empat. Uniknya, yang sibuk mengatur media plastik tersebut berseragam polisi.

“Mereka adalah Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas),” ungkap Direktur Pembinaan Masyarakat Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, Komisaris Besar Polisi Suhadi Suwondo. Bekerja sama dengan penyuluh dari Dinas Pertanian Kalimantan Barat, mereka tengah diajarkan cara mengembangbiakkan trichoderma sp.

Trichoderma adalah sejenis cendawan yang dapat menambah unsur hara  tanah. Nantinya, cendawan ini akan berperan penting dalam pengolahan lahan tanpa bakar. Para Bhabinkamtibmas ini, kata Suhadi, diberdayakan untuk mengadopsi ilmu dari para penyuluh pertanian. Sebanyak 1.800 lebih anggota Bhabinkamtibmas di Kalimantan Barat ini, akan mengajarkan cara membuat trichoderma kepada para petani di penjuru Kalimantan Barat nantinya.

Upaya ini merupakan salah satu komitmen Polda Kalimantan Barat dalam menekan angka kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat. Suhadi bahkan menekankan agar seluruh Bhabinkamtibmas melaporkan kegiatan kejadian kebakaran hutan dan lahan, yang berada di wilayah kewenangannya. “Bahkan dilengkapi dengan foto. Syukurnya, saat ini komunikasi dimudahkan dengan teknologi,” tukasnya.

Kapolda Kalimantan Barat, Brigadir Jenderal Polisi Arief Sulistyanto, mengatakan, pemberdayaan Bhabinkamtibmas dalam penanggulangan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan ternyata cukup efektif. “Buktinya, terjadi penurunan jumlah titik api yang cukup signifikan. Ini membuktikan, masalah asap ternyata bisa diantisipasi jika kita benar-benar bergerak.”

Secara terpisah, Plt Dinas Perkebunan dan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Barat, Hazairin Haderi mengatakan, pembukaan lahan dengan cara membakar bertentangan dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan. Medote pembukaan lahan tanpa bakar ini, akan kita kembangkan ke seluruh Kalbar.

“Pelaksanaan pembukaan lahan tanpa bakar untuk pengembangan usaha perkebunan dan ladang, disesuaikan dengan kondisi vegetasi yang akan dibuka,” ujarnya.

Menurut Hazairin, selain berkembang biak secara alami di alam bebas, trichoderma dapat juga dibiakan secara buatan. Prosesnya melalui dua tahapan yaitu starter dan pembiakan pada media tanah.

Untuk starter, digunakan beras, sekam padi, dan biang Trichoderma Sp. Biang ini tersedia di Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Dinas Perkebunan dan bisa dikembangkan.

 

Biang trichoderma sp. yang dapat dikembangkan. Sumber: Indonesia Bertanam.com

 

Sosialisasi

Hazairin mengatakan, penggunaan trichoderma di Kalimantan Barat sudah disosialisasikan sejak 2010. Namun, kegunaannya lebih pada pemupukan. Trichoderma sebagai pupuk alternatif pada tanaman padi, menjadi solusi untuk meningkatkan produksi padi Kalimantan Barat. “Uji cobanya di Desa Sungai Itik, Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya,” ujarnya.

Sebagai perbandingan, hasil panen padi tanpa Trichoderma hanya sebanyak 2.729 kilogram per hektar. Dengan menggunakan Trichoderma cair hasilnya mencapai 3.591 Kilogram. Sedangkan menggunakan Trichoderma padat,  panennya dapat mencapai 4.022 kilogram per hektar.

Untuk pembukaan lahan tanpa bakar, menurut  Hazairin, trichoderma diperbanyak dengan sekam padi. Satu hektar padi yang menghasilkan 200 kilogram jerami dicampur trichoderma. Setelah dibiarkan dua minggu lalu ditebar ke lahan yang telah disiangi. “Biasanya, alasan masyarakat melakukan pembakaran lahan untuk menghilangkan keasaman tanah. Namun, dengan trichoderma, masalah ini bisa diatasi.”

Pada 4 Juni ini, Dinas Pertanian Kalimantan Barat dan Polda Kalbar akan membagikan secara gratis  trichoderma kepala seluruh kepala desa. Terutama, daerah yang rawan kebakaran hutan dan lahan. “Saat ini tengah kita biakkan,” pungkas Hazairin.

Sumber : klik di sini

Share Button

Presiden: Harus Tegas Awasi dan Tegakkan Hukum buat Kejahatan Lingkungan

Presiden Joko Widodo memimpin puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2015 di Istana Kepresidenan Bogor pada Jumat (5/6/15). Kala itu, Jokowi mengatakan, soal tata kelola sumber daya alam memerlukan perhatian sangat khusus dan harus diikuti langkah tegas dalam pengawasan dan penegakan hukum terhadap tindak kejahatan lingkungan hidup.

Menurut Presiden, komitmen-komitmen yang dibuat pemerintah harus diikuti langkah-langkah nyata di lapangan, baik pengaturan tata ruang dan membenahi tata kelola sumber daya alam yang mempunyai dampak negatif terhadap kualitas lingkungan hidup. “Terutama sektor pertambangan, kehutanan, dan kelautan,” katanya.

Siti Nurbaya Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan, ungkapan Presiden menunjukkan pemerintah tak ada toleransi lagi terhadap kejahatan lingkungan.

Dia mengatakan, fenomena di lapangan, bahwa, hampir di setiap kejahatan lingkungan hidup, yang terlibat pasti ada aparatnya. Karena itu, pemerintah menang dihadapkan pada kerja keras luar biasa.

“Kita dihadapkan tantangan cukup dahsyat. Presiden bilang tidak boleh ada keraguan sedikitpun di jajaran KLHK. Kita akan maju terus. Kalau kita lihat memang beberapa hal sudah kita selesaikan. Kita akan terus lakukan yang terbaik.”

Menurut dia, pada bulan-bulan pertama, KLHK didera persoalan internal karena penggabungan dua kementerian. Namun Siti meyakinkan, itu tidak terjadi lagi.

Menurut Siti, jajaran KLHK harus berani mengidentifikasi jujur persoalan yang dihadapi dalam lingkungan hidup. “Ilegal logging masih ada meskipun bertemorfisis. Soal pertambangan mineral yang merusak lingkungan. Kita akan terus benahi.”

Untuk mengatasi itu, dia berjanji membuka dialog selebar-lebarnya dengan publik. Tak ada lagi istilah sensitif terhadap LSM.

“Hal baik kita petik dalam pertemuan di istana. Para penerima penghargaan kalpataru dan adiwiyata begitu lepas dan natural berinteraksi dengan bapak Presiden. Saya kira itu pertanda baik. Bahwa itulah model interaksi antara pemerintah dan rakyat. Kalau Presiden sudah seperti itu, kita harus membuka interaksi.”

Siti mengatakan, keamanan sumberdaya alam merupakan bagian upaya membangun kekuatan dan menjaga ketahanan nasional bangsa. Jadi, keberlanjutannya harus dijaga.

Pengembangan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan, katanya,  telah masuk dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015 – 2019. Dengan begitu, memungkinkan sinergi antarprogram pemerintah secara lebih terpadu seperti konservasi, pemanfaatan sumber daya hutan dan jasa ekosistem. Juga pengendalian pencemaran, produksi bersih, produk ramah lingkungan, sekolah berwawasan lingkungan sampai pengelolaan sampah.

“Arahan ini menuntut kolaborasi dan sinergi kementerian maupun lembaga di pusat dan daerah, dunia usaha dan masyarakat.”

Pada Jumat (5/6/15), Presiden atas nama pemerintah, menyampaikan penghargaan kepada individu, kelompok maupun perwakilan pemerintah daerah yang berprestasi di bidang lingkungan hidup. Penghargaan-penghargaan itu, yakni, Kalpataru, Adiwiyata Mandiri, serta penyusun status lingkungan hidup daerah terbaik. Khusus dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ada penghargaan spesial bagi penyerah kakatua jambul kuning.

Penghargaan lingkungan

Malam hari,  di Balai Kartini, penghargaan diberikan langsung Menteri Siti Nurbaya.  ”Ini dilaksanakan tiap tahun. Tahun ini terasa istimewa dengan pergantian kepemimpinan dan penggabungan kementerian,” kata Ilyas Asaad, Wakil Ketua Tim Dewan Penilai Kalpataru.

Adapun para peraih penghargaan itu, yakni, penghargaan Kalpataru kategori perintis lingkungan antara lain, Dian Rossana Anggraini (Bangka Belitung), N. Akelaras (Sumatera Utara) dan Laing Usat (Kalimantan Utara).  Kategori pengabdi lingkungan Januinro dari Kalimantan Tengah, Mashadi (Jawa Tengah) dan Sri Partiyah (Jawa Timur).

Kategori penyelamat lingkungan, Lembaga Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur Jambi, LSM Tunas Hijau Jawa Timur dan Yayasan Bambu Indonesia Jawa Barat. Untuk pembina lingkungan,  Kamir Raziudin Brata (Jawa Barat) dan Sri Bebasari (Jakarta).

“Selain empat ini, ada satu spesial, yaitu penghargaan bagi 122 orang yang menyerahkan kakatua jambul kuning ke posko KLHK,” katanya.

Sedang penghargaan penyusunan SLHD 2014, yakni, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Jambi. Untuk kabupaten kepada Dharmasraya, Lumajang dan Surabaya. Pemerintah juga memberikan penghargaan Adiwiyata Mandiri bagi 95 sekolah.

Abadikan tokoh lingkungan

Dalam kesempatan sama, Siti menyampaikan, KLHK akan mengabadikan nama-tokoh tokoh lingkungan hidup di kementerian. Harapannya, bisa menumbuhkan semangat dan etos kerja di relung jiwa rimbawan KLHK.

Nama-nama itu antara lain, Mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim dijadikan nama Gedung Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan di Serpong.  Soedjarwo jadi nama ruang auditorium Manggala Wanabakti. Hasrul Harahap jadi nama ruang rapat utama Manggala Wanabakti.

Djamaludin Suryoadikusumo  jadi nama Gedung Museum dan Perpustakaan Manggala Wanabakti. Sarwono Kusumaatmadja jadi nama Gedung Pusat Ekoregion Jawa di Yogyakarta. Nabiel Makarim sebagai nama Gedung Pusat Ekoregion Bali Nustra di Denpasar. Rachmat Witoelar jadi nama Kantor Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) Sulawesi Maluku di Makassar.

Sujono Suryo menjadi nama Plasa Manggala Wanabakti. Rubini Atmawidjaja jadi nama Taman Nasional Way Kambas di Lampung,  Armana Darsidi jadi nama Gedung Serbaguna Manggala Wanabakti dan Lukito Daryadi  di Arboretum Manggala Wanabakti.”Kita betul-betul ingin menimba etos kerja dan semangat keteladanan kepemimpinan beliau-beliau.”

Bersepeda untuk bumi

Masih dalam rangkaian Hari Lingkungan Hidup, pada Minggu (7/6/15), KLHK mengajak masyarakat bersepeda bersama dengan tema “Bersepeda untuk Bumi.” Mulai di parkiran KLHK, Manggala Wanabakti berakhir di Bundaran Hotel Indonesia, bersama masyarakat Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan para duta besar negara sahabat, sepedaan.

Siti Nurbaya mengatakan, bumi makin padat dengan penghuni sekitar 7,2 miliar jiwa. “Konsumsi penduduk melebihi pasokan di bumi. Kualitas lingkungan hidup di banyak negara cenderung menurun. Perlu aksi mendesak seperti perubahan pola konsumsi dan produksi menuju hemat sumberdaya, berkualitas lebih baik dan melindungi lingkungan hidup,” katanya, dalam rilis kepada media. Gerakan bersepeda ini, katanya, akan mengurangi konsumsi energi bahan bakar dan mengurangi pencemaran udara perkotaan.

Sofyan Djalil menambahkan, kesadaran masyarakat perlu dalam pemanfaatan sumberdaya secara maksimal dengan bijaksana. “Dibutuhkan pola konsumsi sesuai, misal mengambil makanan secukupnya tidak membuang makanan. Tekanan akan kebutuhan pertumbuhan makin meningkat seiring peningkatan ekonomi Indonesia namun tetap kita berkewajiban menjaga bumi dari kerusakan untuk alam lebih baik.”

“Bersepeda untuk Bumi” didukung Bike2Work dan UNDP, dan bergabung pula, Daniel Price yang sedang bersepeda dari Kutub Selatan menuju Paris dan Erlend Moster Knudsen. Dia akan berlari dari Kutub Utara menuju Paris untuk Kampanye Perubahan Iklim. Mereka diharapkan tiba di Paris saat pertemuan PBB tingkat tinggi terkait perubahan iklim (National Summit on Climate Change). “Penting peran Indonesia di forum internasional iklim global, sekaligus berpesan bahwa kita harus bekerjasama mencapai masa depan berkesinambungan,” kata Price.

Price sempat singgah ke lokasi Program Kampung Iklim (Proklim) KLHK di Dukuh Serut, Bantul, Yogyakarta yang mengembangkan program pembuatan es batu oleh para nelayan yang memanfaatkan energi. Dukuh Serut menerima penghargaan Proklim 2012.

Sumber : klik di sini

Share Button

Balikpapan Borong Piala Adiwiyata Mandiri Tahun 2015

Lima sekolah di Kota Balikpapan mendapatkan penghargaan Adiwiyata Mandiri tahun 2015. Kelima sekolah yang dianggap punya budaya pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup itu terdiri dari dua sekolah jenjang Sekolah Dasar (SD), satu SMP dan dua dari SMA.

Berdasarkan daftar penerima penghargaan Adiwiyata Mandiri yang diterima, Minggu (7/6/2015), Balikpapan adalah Kota atau Kabupaten yang paling banyak mendapatkan penghargaan Adiwiyata Mandiri di Kalimantan.

Bahkan di Kalimantan Timur, hanya ada dua Kabupaten atau Kota yang mendapatkan penghargaan ini. Selain Balikpapan, Kota Bontang yang mendapatkan piala Adiwiyata Mandiri untuk dua sekolah.

Penyerahan Piala Adiwiyata Mandiri 2015 digelar di istana presiden saat peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Jumat (5/6/2015) lalu.

Presiden Jokowi menyerahkan langsung penghargaan Adiwiyata Mandiri kepada 95 sekolah di Indonesia yang dianggap memiliki komitmen dan terobosan dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan di sekolah.

Adiwiyata merupakan program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mendorong sekolah Indonesia menjadi pilar pengelolaan lingkungan hidup berkelanjutan.

Setidaknya, ada empat indikator sekolah dikatakan pantas mendapat penghargaan Adiwiyata, diantaranya kebijakan sekolah yang menganut kepedulian terhadap lingkungan, memiliki kurikulum berbasis lingkungan, melakukan kegiatan secara partisipatif dan menyiapkan sarana pendukung pengelolaan lingkungan hidup di sekolah.

 

Penerima Piala Adiwiyata Mandiri 2015 di Kaltim

  1. SD Negeri 006 Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur
  2. SD Nasional KPS, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur
  3. SMP Negeri 12, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur
  4. SMA Negeri 4 Balikpapan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur
  5. SMA Negeri 8 Balikpapan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur
  6. SMP Negeri 1 Bontang, Kota Bontang, Kalimantan Timur
  7. SMA Negeri 2 Bontang, Kota Bontang, Kalimantan Timur

 Sekolah Penerima Adiwiyata Mandiri 2015 di luar Kaltim

  1. SD Negeri Menteng, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah
  2. SMA Negeri 1 Martapura, Kab. Banjar, Kalimantan Selatan
  3. SMP Negeri 1 Martapura, Kab. Banjar, Kalimantan Selatan
  4. SMK Negeri 1 Martapura, Kab. Banjar, Kalimantan Selatan
  5. SMP Negeri 11 Banjarbaru, Kab. Banjar, Kalimantan Selatan
  6. SD Negeri Kebun Bunga 5, Banjarmasin, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan
  7. SMP Negeri 3 Banjarmasin, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan
  8. SD Negeri Atu-Atu Pelaihari, Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan

Sumber : klik di sini

Share Button