Pada tahun 2016, Badan Litbang Kehutanan menganggarkan 90 miliar rupiah untuk pembangunan kebun benih yang didedikasikan untuk penyelamatan kesejahteraan rakyat dan penyelamatan jenis-jenis tanaman langka di Indonesia. Hal ini dikemukakan oleh Prof. Dr.Ir. San Afri Awang, M.Sc., Kepala Badan Litbang kehutanan (Kabadan) saat mengunjungi Hutan Penelitian (HP) Parungpanjang, Bogor (Kamis, 30/04/2015).
“Membangun kebun benih yang unggul salah satu tugas kita. Dari sekarang kita menyediakan banyak kebun benih di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) pasti akan sustainable,” kata Kabadan.
Kabadan menyadari bahwa ke depan, orang akan kembali ke alam. Selain itu, perubahan fungsi hutan menjadi non-hutan tidak akan bisa dicegah. Oleh karena itu, Kabadan berharap bahwa sebagai rimbawan, litbang harus selalu menumbuhkan semangat forester untuk mempertahankan kawasan dan resource yang ada dengan segala cara supaya tidak hilang.
“Saya merasa bahwa kita mempunyai banyak KHDTK, HP dan kita punya banyak masalah karena banyak jenis-jenis yang mulai langka dan hilang. Oleh karena itu, jalan satu-satunya, kita harus mempertahankan secara exsitu dengan cara membangun kebun benih. Itu tujuan antara, Tujuan akhirnya adalah membangun ekowisata,”kata Kabadan.
Lebih lanjut, Kabadan berharap bahwa dalam pembangunan kebun benih tersebut harus mengutamakan tanaman khas atau asli Indonesia serta didedikasikan untuk kemaslahatan rakyat.
“Kita negara megabiodiversity, masa biodiversitynya minta ke orang. Kita punya, tapi belum kita kembangkan. Buat sebanyak mungkin dan sebarkan ke masyarakat. Kalau perlu gratis. Tetapi kalau pihak swasta biarkan saja. Kalau pakai Iptek kita, mereka harus bayar,”kata Kabadan.
Oleh karena itu, Kabadan berharap bahwa peneliti mulai memikirkan bagaimana cara memproduksi buah atau tanaman secara cepat dan banyak. Hi-tech diperlukan untuk membuat lompatan tersebut. Tetapi cara konvensional tetap harus dipertahankan karena merupakan penelitian dasar. Untuk itu, Kabadan berharap peneliti harus mempunyai keberanian dan daya spekulasi serta tidak malu untuk belajar dan bekerjasama dengan instansi lain yang lebih unggul.
“Penelitian jangan ragu-ragu. Kalau teori mengatakan itu, maka lakukan. Peneliti kemampuannya di atas rata-rata kementerian. Jadi buktikan. Buat tim kerja di balai, kalau tidak ada ahlinya, ambil dari balai lain,”kata Kabadan.
Sedangkan untuk pemilihan lokasi penelitian, Kabadan berharap lokasi yang dipilih harus sesuai dengan syarat tempat tumbuh tanaman tersebut sehingga hasilnya sesuai atau lebih tinggi dari target. Namun demikian, Kabadan lebih senang dan bangga apabila penelitian bisa dilakukan di lokasi kawasan milik Badan Litbang kehutanan (Balitbanghut).
“Kita mempunyai sekitar 34 lokasi KHDTK. Bangun dan teliti di seluruh kawasan, Kita habiskan. Kalau ada area konflik yang diduduki rakyat, teliti. Kita usahakan KHDTK bisa kita manfaatkan. Kayu dan hasilnya bisa dimanfaatkan untuk penelitian,”kata Kabadan
Kabadan berjanji akan membantu manajemen KHDTK, dimana Balitbanghut akan mengeluarkan SK pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) yang akan memberikan bantuan dana untuk pengembangan KHDTK.
Dalam kunjungan tersebut, Kabadan didampingi oleh Dr. Rufiie, M.Sc (Kapustekolah), Ir. Suhariyanto, MM (Kepala BPTPTH Bogor), Eselon III dan IV serta peneliti BPTPTH mengunjungi beberapa plot penelitian di HP Parungpanjang, seperti Plot Mahoni (Swietenia macrophylla), Jabon putih (Anthocephalus cadamba), Nyamplung (Calophyllum inophillum), Mindi (Melia azedarach) maupun Gempol (Nauclea orientalis I Linn.).
Selain itu, Kabadan beserta rombongan juga melakukan penanaman Nyamplung dan juga ramah tamah dengan perwakilan Perum Perhutani, Pejabat serta staf pengelola HP Parungpanjang beserta Peneliti BPTPTH Bogor.***THS
Sumber : klik disini