Balitek KSDA Serukan Konservasi KEHATI di Pameran IBEX EXPO 2015

BPTKSDA (Samboja 27/05/15)_Dalam rangka memperingati hari Keanekaragaman Hayati yang jatuh pada tanggal 22 Mei 2015, Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) mengikuti pameran Indonesian Biodiversity dan Conservation Expo(IBEX EXPO) 2015. Perhelatan nasional yang kedua kali ini digelar di gedung Dome Balikpapan dari tanggal 21 hingga 24 Mei 2015 dengan dibuka oleh Wakil Gubernur Kalimantan Timur, H.M. Mukmin Faisyal HP.

“Keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia harus kita lestarikan,” kata Mukmin mengawali sambutannya. Menurut Mukmin,  Kalimantan Timur memiliki wilayah yang sangat luas dan diberi anugerah oleh Tuhan YME dengan potensi sumberdaya alam yang sangat besar. “Kita harus belajar bersyukur karena di darat ada hutan, sungai, danau dan laut yang menyimpan berjuta makhluk hidup baik flora, fauna”, papar Mukmin, sembari mengingatkan bahwa generasi muda harus memahami pentingnya pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkesinambungan.

Pada pameran IBEX Expo 2015 ini, Balitek KSDA bekerjasama dengan PT. Singlurus Pratama mewakili Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengkampanyekan gerakan konservasi. Dengan tema keanekaragaman hayati, stand Balitek KSDA menampilkan berbagai jenis tumbuhan dan satwa dari kawasan hutan. Sebagai pemancing daya tarik pengunjung, Balitek KSDA menampilkan beberapa jenis kayu dari kawasan hutan yang disusun sedemikian rupa menjadi partisi dinding stand. Selain menyampaikan informasi mengenai jenis-jenis kayu dari hutan, banyak pengunjung tertarik akan nilai artistik dari partisi tersebut.

Materi lain yang ditampilkan adalah Poster Bersinergi dengan alam, Satwaliar di PT Singlurus Pratama dan Keanekaragaman tanaman obat di Kalimantan. Beberapa gambar hasil karya Priyono (Juru Gambar Herbarium Wanariset Samboja) seperti buah Dipterocarpus, Jenis-jenis buah asli Kalimantan dan tengkawang tungkul (Shorea stenoptera) juga menambah nilai kreasi dan diseminasi keanekaragaman hayati di Kalimantan dan menjadi daya tarik bagi pengunjung yang belum mengenalnya.

IMG_4667Labi-labi juga ditampilkan di stan Balitek KSDA. Anak-anak yang menjadi pengunjung pameran terlihat sangat antusias melihat hewan yang satu ini. Banyak yang belum bisa membedakan antara kura-kura, penyu, maupun labi-labi.

Pengunjung  stand Balitek KSDA juga tampak antusias mendapatkan informasi yang disajikan melalui  beberapa leaflet yang ditampilkan mengenai Tumbuhan obat anti diabetes dan kolesterol, Tumbuhan berkhasiat obat etnis asli Kalimantan untuk  pengobatan wanita pasca melahirkan, Pemanfaatan akar kuning, Kelelawar di lahan bekas tambang batubara, Burung di lahan bekas tambang batubara, Jenis-jenis tumbuhan dari proses regenerasi alami di lahan bekas tambang batubara, Rusa sambar-Referensi pakan dan adaptasi dalam penangkaran, Habitat dan penyebaran labi-labi di Kalimantan Timur dan Burung-burung di areal rehabilitasi lahan gambut TN Sebangau.

Pada kesempatan ini juga, Balitek KSDA mencoba menggerakkan masyarakat untuk lebih perduli dan ikut serta melestarikan keanekaragaman hayati, khususnya pada jenis-jenis yang dilindungi dengan membagikan bookmark dan pin gerakan konservasi dalam berbagai tema, seperti “Save Bekantan“, “Save Orangutan“, “Save Kukang“, “Save Anggrek Hitam“, “Save Ulin” dan pengenalan jenis-jenis flora fauna lainnya.

IBEX Expo 2015 ini diikuti oleh 30 stand dari berbagai provinsi dan Kabupaten/kota se-Indonesia serta instansi pusat dan daerah. Semoga langkah kecil pengenalan keanekaragaman hayati ini diharapkan dapat menggugah masyarakat terutama generasi muda untuk menjadi agen-agen pengerak konservasi. ***ADS

IMG_4591

IMG_4561IMG_4283

 

Share Button

Kuliah Lapang Mahasiswa Farmasi Unmul di Balitek KSDA

BPTKSDA (Samboja, 25/05/2015)_Dalam rangka mendekatkan dan meningkatkan pengetahuan di bidang biosistematik dan etnofarmaka, mahasiswa dan dosen Farmasi Universitas Mulawarman melakukan kuliah lapang di Balitek KSDA. Kegiatan ini dilakukan selama dua hari dari tanggal 25 s.d. 26 Mei 2015. Peserta kuliah lapang merupakan mahasiswa angkatan 2014 dengan jumlah 76 orang yang didampingi oleh 4 dosen pengampu yaitu Islamudin Ahmad, S.Si, M.Si, Apt, Riski Sulistryarini, S.Farm., Apt, Wisnu Cahyo Prabowo, S.Farm., M.Si, dan Wahyu Hidayat, S.Farm., M.Si.

Kepala Balitek KSDA, Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si dalam sambutannya mengapresisasi dengan baik adanya kuliah lapang dari perguruan tinggi. “Keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia agar dapat dikembangkan terutama yang memiliki khasiat obat. Pembuatan plot Tumbuhan Berkhasiat Obat di KHDTK Samboja telah kami lakukan sebagai bentuk upaya konservasi keanekaragaman hayati tersebut,” kata Gadang. Selain itu, kedepannya kerjasama penelitian dibidang tumbuhan obat juga terbuka lebar bagi Farmasi Unmul bersama peneliti di Balitek KSDA.

Pelaksanaan kuliah lapang dimulai di aula Balitek KSDA dengan materi pertama disampaikan oleh Dr. Wawan Gunawan, S.Hut, M.Si dan Septina Asih Widuri, S.Si. dengan tema “Kondisi Hutan Kalimantan dan Prospek Pemanfaatan Tumbuhan Obat Secara Berkelanjutan”.  “Hutan Kalimantan memiliki potensi keanekaragaman hayati terutama tumbuhan obat yang sangat tinggi. Namun juga memiliki ancaman yang tinggi terhadap kelestarian keanekaragaman tumbuhan obat tersebut akibat berbagai aktivitas manusia”, ungkap Septina. “Sebagai upaya pemanfaatan pemanfaatan tumbuhan obat secara berkelanjutan sekaligus strategi konservasi tumbuhan obat dalam menghadapi ancaman yang ada, maka dapat dilakukan kegiatan budidaya tumbuhan obat dan bioprospecting tumbuhan obat”, kata Wawan.

Materi kedua dilanjutkan dengan “Teknik Pengumpulan dan Pembuatan Herbarium”  yang disampaikan oleh Bina Swasta Sitepu, S.Hut. “Pemilihan material tumbuhan yang tepat akan memberikan informasi yang baik untuk spesimen herbarium yang dibuat”, ujar Bina. Dengan informasi dan kondisi herbarium yang baik, proses identifikasi akan lebih mudah dilakukan dan lebih banyak informasi yang dapat didapat dari koleksi tersebut. Pada sesi selanjutnya, mahasiswa dibagi dalam dua group praktek lapangan, yaitu: Potensi Tumbuhan Obat dan Teknik Sampling Tumbuhan di Plot Tumbuhan Obat Balitek KSDA dan Pembuatan Herbarium di Herbarium Samboja.

Saat mengunjungi Plot Tumbuhan Obat di KHDTK Samboja. Mahasiswa tampak antusias dapat menemukan secara langsung tumbuhan berkhasiat obat di alam. “Apa manfaat Kedemba ini pak?”, kata Lilis salah satu mahasiswa. “Etnis Kutai di Kalimantan Timur menggunakan Kedemba untuk pengobatan pasca melahirkan dan juga dapat mengatasi demam. Caranya dengan meminum air rebusan kulit batang dari pohon hutan ini”, kata Tri Atmoko, S.Hut, M.Si yang mendampingi selama di lapangan. Peserta terlihat menikmati saat menjelajahi trek Plot Tumbuhan Obat dan aktif melakukan tanya jawab juga kepada pendamping lainnya Mardi Tofani Rengku (Teknisi Litkayasa Penyelia) dan Taufiqurrohman, S.Hut, M.Si (Pengelola KHDTK Samboja).

Pada sesi pembuatan herbarium di Herbarium Wanariset samboja, mahasiswa  diajak untuk melakukan praktek pembuatan herbarium didampingi oleh Zainal Afirin (pengenal jenis), Priyono (Drawer), Mira Kumalaningsih, S.Hut (Data Base) dan Iman Suharja (Pengelola Herbarium Wanariset).  Kegiatan mulai dari pengambilan spesimen, penanganan spesimen di lapangan, pengeringan, pengeplakan, pemberian label dan penyimpanan data di database. Pada sesi ini, mahasiswa mengaku masih agak bingung ketika menemukan jenis yang memiliki daun berukuran besar. “Bagaimana membuat koleksi herbarium dari Sukun yang memiliki daun yang besar ?” tanya Barry. “Daun yang besar dapat dilipat secukupnya sesuai dengan ukuran kertas tempel sehingga informasi yang diperlukan dari koleksi tersebut tetap dapat terlihat jelas”, jelas Arifin.

Pada akhir kuliah, Mahasiswa diberi kesempatan untuk menyiapkan spesimen hasil pengambilan di lapangan untuk dikeringkan di oven pengering. Dengan adanya kuliah lapang ini, diharapkan mahasiswa dapat mengkoleksi dan membuat herbarium tumbuhan berkhasiat obat untuk kegiatan penelitian ataupun untuk koleksi   di kampus.*** ADS

Untitled-1

Share Button

Instruksi Presiden Penundaan Pemberian Ijin dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

Inpres moratorium bidang kehutanan.

“Dalam rangka menyelesaikan berbagai upaya untuk penyempurnaan tata kelola hutan dan lahan gambut yang tengah berlangsung dalam rangka upaya penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, dengan ini menginstruksikan:

Kepada:

1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 2. Menteri Dalam Negeri; 3. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional; 4. Sekretaris Kabinet; 5. Kepala Badan Informasi Geospasial; 6. Para Gubernur; 7. Para Bupati/Walikota;

Untuk Informasi selengkapnya silahkan download dokumen dibawah ini

klik download dokumen moratorium kehutanan 2015

klik download dokumen moratorium  kehutanan 2013

berita terkait lainnya 1 dan 2

Share Button

Gunakan Bioplastik, Tessa Raih Penghargaan Lingkungan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan penghargaan kepada sejumlah industri yang menggunakan biodegradable plastik. Salah satu penerima penghargaan adalah PT Graha Kerindo Utama, produsen tisu Tessa dan Multi.

Penghargaan diberikan bersamaan dengan acara “Kearifan Lokal Budaya Menjaga Lingkungan – Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan” yang digelar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Sabtu (16/5/2015).

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurabaya Bakar, mengungkapkan bahwa penggunaan plastik biodegradable merupakan inisiatif baik industri untuk menunjukkan kepedulian pada lingkungan.

Bambang Dwi Setiawan, Direktur Utama PT Graha Kerindo Utama, mengatakan, “Kami sudah menggunakan bio-plastik ini sejak tahun 2011. Kami gunakan itu sebagai bahan untuk packaging.”

Ia mengungkapkan, plastik biasa sulit terurai di lingkungan dan bahkan tak hilang dalam jangka waktu ribuan tahun. Sementara bio-plastik bisa terurai oleh lingkungan dengan bantuan mikroorganisme.

Penggunaan bioplastik adalah salah satu inisiatif hijau PT Graha Kerindo Utama. Selain penggunaan bioplastik, perusahaan itu juga kini memperbaiki kualitas tisunya dengan memakai bahan baku yang dihasilkan secara ramah lingkungan.

Bambang menuturkan, pulp yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tisu diperoleh dari wilayah yang jelas dan tidak bermasalah secara lingkungan. Salah satu indikatornya, tidak berasal dari hutan primer yang harusnya dilindungi.

Atas inisiatif itu, sejumlah produk perusahaan tersebut sudah mendapatkan sertifikat Forest Stewardship Council (FSC). “Sudah 3 produk yang mendapatkan sertifikat FSC,” kata Bambang.

Sumber : klik disini, disini

Share Button

ICCEFE 2015: Edukasi Perubahan Iklim Sejak Dini

Untuk yang kelima kalinya Climate Change Education Forum and Expo digelar di Indonesia. Pameran yang didukung oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini mengusung tema “Penguatan Pembangunan Untuk Masa Depan Berkelanjutan” berlangsung selama empat hari mulai 14 hingga 17 Mei 2015 di Assembly Hall, Jakarta Convention Center.

Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap perubahan iklim membawa mereka pada pameran ini. “Bumi semakin panas, saya sendiri merasakannya. Tapi baru saya sadari kalau kondisinya ternyata sudah separah ini.” ujar Tatitya salah seorang pengunjung.

Hingga Sabtu, 16 Mei 2015 sudah tercatat lebih dari 40.000 pengunjung memadati ICCEFE. “Kita undang sekolah-sekolah, karena memang target utama kita untuk mengedukasi sekaligus  menggerakkan generasi muda yang akan melanjutkan perbaikan dunia sejak dini.” jelas Mella Royat, project manager ICCEFE 2015.

Di tahun ini, pameran ini menghadirkan peran dari para stakeholder dalam mewujudkan pembangunan rendah emisi. Lebih dari 50 organisasi dan institusi melaporkan hasil penelitian dan upayanya dalam mendukung climate change movement. Di antaranya adalah Pertamina yang hadir dengan program “Sobat Bumi”, Djarum Foundation menanam 37.000 pohon trembesi sepanjang jalur Pantura, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang mengedukasi anak-anak melalui lukis dan permainan.

Tak ketinggalan BMKG yang melaporkan hasil penelitian kualitas udara di beberapa kota di Indonesia. Tak hanya itu, BMKG juga mengajak pengunjung untuk bergabung dalam program Urban Iklim guna mencapai target menurunkan emisi gas sebesar 2 derajat celcius. “Gaya hidup manusia selama ini menjadi penyumbang emisi gas terbesar. Kesadaran masyarakat masih rendah sehingga membutuhkan edukasi yang lebih mendalam.“ ujar Budi Suhardi, Kepala Bidang Bina Operasi Urban Iklim dan Kualitas Udara.

Berbagai cara untuk menyampaikan upaya perbaikan bumi telah terangkum dalam pameran ini. Diharapkan generasi muda tak hanya mampu beradaptasi dengan perubahan iklim, melainkan bisa berkontribusi untuk membangun bumi yang lebih sehat.

Sumber : klik disini

Share Button

Menanti Hari Perbaikan UU No. 5 Tahun 1990

25 tahun sudah UU No. 5 Tahun 1990 berjalan untuk mengatur sekaligus menjaga konservasi Sumber Daya Alam hayati dan ekosistem Indonesia. Namun, peraturan yang dijalankan selama puluhan tahun ini ternyata menuai banyak evaluasi dari pelbagai pihak yang konsen dengan perlindungan satwa. Seperti yang diungkapkan oleh Indra Exploitasia selaku Direktur Investigasi dan Perlindungan Hutan Kementrian Kehutanan, terdapat 88 kasus penyelundupan satwa selama lima tahun terakhir. Penegakan hukum yang lemah di Indonesia disebut-sebut sebagai faktor utama lahirnya kasus-kasus ini.

Kasus terbaru adalah penyelundupan 21 ekor burung Kakatua Jambul Kuning dengan modus menyembunyikannya ke dalam botol. Kasus itu menuai banyak atensi dari masyarakat. Hingga Senin (11/5) pukul 14.00, sebanyak 18.000 orang telah menandatangani petisi Pokja Kebijakan Konservasi melalui wadah petisi online change.org.

Tak hanya petisi, masyarakat yang menyerukan penyelamatan si Jambul Kuning ini pun membanjiri lini masa media sosial.

Pihak Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merespon suara masyarakat dengan baik. Diskusi untuk merevisi UU No.5 Tahun 1990 segera diselenggarakan oleh pemerintah. “Sudah saatnya kasus semacam ini menjadi extraordinary crime, seperti senjata tajam, drugs, korupsi, juga pencucian uang. Supaya di dalam Undang-Undangnya terdapat hukuman minimum dan maksimum yang benar menimbulkan efek jera untuk pelaku.” Jelas Indra Exploitasia.

Andri Santosa, koordinator Pokja Kebijakan Konservasi, menambahkan bahwa naskah Undang-Undang yang sudah didiskusikan dan menuai banyak revisi sejak 2003 sudah seharusnya segera ditetapkan. Beberapa poin seperti perluasan wilayah, spesies, dan ketegasan hukum pun juga menjadi tinta merah dalam naskah baru mendatang.

Rumitnya birokrasi dalam penetapan Undang-Undang menjadi salah satu hambatan yang ditemui selama puluhan tahun ini. Pihak Kementrian mengharapkan dukungan penuh masyarakat untuk terus mengingatkan DPR akan pentingnya melindungi keberagaman hayati yang sudah di ujung tombak, “Ini adalah PR kita semua, saya mewakili kementrian LHK mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk mengantar pengguliran ini ke DPR.” tuturnya menutup Konfrensi Pers di Kantor KEHATI Senin (11/5).

Sumber : klik disini

Share Button