Jangan Ada Lagi Masyarakat Adat yang Kelaparan dan Terpinggirkan

Pemerintah berkomitmen mengakui dan memperjuangkan hak-hak masyarakat adat. Hal itu tersirat dari ceramah Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dalam Rakernas Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) di Sorong, Selasa (17/3/2015).

“Saya bersama pemerintah mengajak gubernur dan walikota untuk memerhatikan masyarakat adat di masing-masing wilayah. Lakukan pendataan dan penataan sehingga jelas mana yang menjadi hak masyarakat adat,” ungkap Tjahjo di depan lebih dari 500 masyarakat adat anggota AMAN di Lapangan Woronai.

“Jangan sampai ada lagi masyarakat adat yang kepalaran, mendapat KTP saja susah. Jemput bola, datangi dan berikan KTP tanpa pungutan bayaran,” imbuh Tjahjo. Kata-kata Tjahjo itu merujuk pada kejadian yang menimpa Suku Anak Dalam yang sulit mengakses layanan kesehatan sehingga berujung pada kematian belasan warganya.

Sementara itu, Siti Nurbaya Bakar mengatakan bahwa masyarakat adat adalah warga negara yang berdaulat dan berperan dalam pembangunan. Terbukti, dengan kearifan lokalnya, mereka mampu mempertahankan kelestarian hutan selama ratusan tahun. Contohnya dengan menetapkan adanya hutan larangan seperti di Sumatera Barat.

Siti mengungkapkan, pihaknya ingin mengembalikan martabat masyarakat adat. “Untuk itu kita harus jelas dan tegas identitasnya. Juga bagaimana wilayahnya. Saat ini sudah ada pemetaan partisipatif. Kita kenal hutan masyarakat, hutan desa, sekarang juga harus kenal hutan adat,” urainya.

Sejumlah 4,8 juta hektar wilayah masyarakat adat telah dipetakan secara partisipatif. Siti mengungkapkan, pihaknya sedang berkoordinasi dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang sehingga hak masyarakat adat itu bisa diakui. “Sudah kita bicarakan dengan Menteri Agraria dan Tata Ruang seperti apa haknya,” katanya.

Sekreatris Jenderal AMAN Abdon Nababan mengatakan, pernyataan dua menteri tersebut memberi sinyal positif bagi perjuangan masyarakat adat. “Ada komitmen pemetaan wilayah adat untuk segera diproses. Kemudian yang bisa kita harapkan dari presiden adalah pengesahan RUU masyarakat adat,” ungkapnya.

Abdon mengatakan, keberpihakan kepada masyarakat adat sebenarnya sudah jelas, salah satunya lewat putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35 tahun 2012. Namun, acapkali muncul peraturan lain yang justru berpotensi meminggirkan hak masyarakat adat, misalnya UU Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan (P3H). “Ini malah dimanfaatkan untuk mengkriminalisasi,” kata Abdon.

Terkait kompleksitas masalah masyarakat adat, Abdon mengusulkan adanya badan khusus yang mengurus. “Soal administrasi masyarajat adat kita harapkan bisa di Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Soal masalah hutan adat bisa di KLHK. Untuk subyeknya sendiri masyarakat adat harus dikelola lembaga permanen. Kalau ada badan khusus di bawah presiden itu akan lebih mudah,” jelasnya.

Sumber : Klik di sini

Share Button

Manfaat Nyata dari Go Green

Beberapa orang melakukan go green dan dinilai sebagai orang yang pintar. Lalu apa go green itu dan apa manfaat nyata dari go green? Go green merupakan segala sesuatu yang kita lalukan untuk hidup berkelanjutan.

Hidup berkelanjutan yang dimaksud adalah melakukan hal sekecil apa pun di dalam kehidupan sehari-hari yang membuat dampak pribadi pada alam dan sekitar kita. Misalnya melakukan pengomposan sampah dapur organik sebagi pupuk, menggunakan mobil listrik atau sepeda, dan menggunakan kantong dari kain bukan plastik.

Manfaat dari “go green” yang kita lakukan memang tidak secara langsung dapat dilihat. Contohnya ketika kita menggunakan produk-produk alami, mungkin tidak tampak pengaruhnya. Namun, manfaat nyata dan positif dari “go green” benar-benar ada, yaitu:

Kesehatan kita

Ketika kita menjalankan hidup berkelanjutan, maka kita telah mengambil langkah positif untuk kesehatan. Misalnya, kita akan makan makanan alami sehingga kita tidak mengonsumsi makanan olahan. Untuk membersihkan makanan, kita dapat menggunakan bahan alami seperti cuka yang tidak akan menyebabkan munculnya residu kimia.

Kantong/Dompet kita

“Go green” dapat menghemat uang di kantong. Makanan alami lebih murah daripada makanan olahan di toko-toko. Kita juga dapat membersihkan makanan alami dengan pembersih yang alami pula dengan harga yang juga murah.

Kemudian, olahan sampah dapur organik yang dijadikan pupuk juga dapat kita gunakan untuk tanaman daripada membeli pupuk kimia. Hal lainnya adalah dengan mengonsumsi makanan alami dan sehat, kita akan jarang berurusan dengan dokter sehingga tidak mengeluarkan uang untuk biaya dokter.

Emosi kita

Dengan hidup berkelanjutan, kita melakukan hal-hal kecil yang dapat membuat kita lebih baik mengetahui tentang bumi dan bagaimana kita mempengaruhi orang-orang di sekitar. Dengan tidak menciptakan sampah dan tidak menambah polusi udara dengan mengendarai kendaraan bermotor, kita telah membuat diri merasa bahagia dan mengundang senyum untuk banyak orang lain.

Dunia kita

Melakukan “go green” berarti kita ikut menyelamatkan dunia dan membantu generasi mendatang. Sekecil apapun tindakan “go green” yang dilakukan, tentunya akan berpengaruh. Bayangkan jika ratusan hingga miliaran orang melakukannya, maka dunia akan lebih lestari dan membangun masa depan yang baik.

Sebagai Contoh

Manfaat nyata dari “go green” lainnya yaitu, kita telah memberikan contoh kepada orang-orang terdekat kita. Orang-orang di sekitar kita akan melihat kepedulian kita dan tentunya akan ikut bergabung dengan tindakan kita untuk menciptakan kehidupan masa depan yang lebih baik.

Sumber : klik di sini

Share Button

Memanen Hujan untuk Air Bersih

Berada di kawasan tropis dengan curah hujan tinggi, di kelilingi pegunungan yang jadi tangkapan air alami, dan sungai-sungai membelah pulau-pulaunya, Indonesia tak seharusnya dibayangi krisis air bersih. Nyatanya separuh penduduk Indonesia belum terlayani air bersih dan jumlah warga yang tergantung air minum dalam kemasan meningkat.

Privatisasi air yang dikuatkan oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air kian meminggirkan peran negara dalam menyediakan air bersih. Konflik perebutan sumber daya air pun merebak di beberapa daerah. Dampak lain adalah penumpulan kemandirian warga dalam menyediakan air bersih. Saat UU itu dibatalkan Mahkamah Konstitusi, pemerintah menyatakan tak siap menyediakan air bersih.

”Padahal, alam menyediakan air minum berkualitas baik secara gratis, yakni air hujan,” kata Romo Kirjito, yang sejak dua tahun terakhir melakukan riset dan percobaan pengolahan air hujan sebagai air minum.

Secara tradisional, sebagian masyarakat Indonesia telah memakai hujan sebagai sumber air bersih utama, seperti masyarakat di Kalimantan, Flores, dan Papua. ”Namun, ada asumsi air hujan dianggap tak baik bagi kesehatan. Padahal, air hujan paling rendah kadar logam beratnya,” ujarnya.

Penelitian Kirjito, air hujan di Indonesia kandungan mineral terlarutnya (TDS/total dissolved solid) di bawah 20 miligram per liter (mg/l). Padahal, TDS air kemasan banyak yang di atas 100 TDS. Versi Standar Nasional Indonesia (SNI) 2006, TDS maksimum 500 mg/l.

I Gede Wenten, ahli membran dan kimia air dari Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan, air hujan relatif belum tercemar, tapi butuh pengolahan hingga siap konsumsi. Dia optimistis kita bisa mandiri menyediakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

Wenten merupakan ahli yang meraih 15 hak paten. Salah satu temuannya adalah penyaring berpori atau membran skala nano yang bisa menyaring semua materi pencemar dalam air, termasuk bakteri. Sistem membran memiliki nanofiltrasi yang ukuran porinya lebih kecil dari ukuran bakteri 0,5–5 mikron atau 0,001 mm. Dengan sistem membran itu, air kotor bisa disaring jadi air bersih.

Potensi air hujan

Terkait air hujan, menurut Wenten, yang kerap jadi soal adalah proses penampungannya. ”Air hujan yang lewat genting rumah kemungkinan tercemar kotoran,” ucapnya.

Namun, menurut Kirjito, dibandingkan air di dalam tanah, potensi tercemarnya air hujan yang ditampung lebih kecil. ”Material pencemar di dalam tanah lebih banyak,” katanya.

Di daerah industri yang mutu udaranya buruk, kemungkinan terjadi hujan asam atau tercemarnya air hujan oleh oksida sulfur dan oksida nitrogen yang bersifat toksik, cukup tinggi. Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berdasarkan pantauan di 48 stasiun pada Desember 2014 menunjukkan, tingkat keasaman air hujan di beberapa kota di Indonesia di atas batas PH air hujan normal, sebesar 5,6. Namun, ada sejumlah kota yang ada di bawah ambang batas itu, di antaranya Jayapura, Lampung, Kediri, Mataram, Padang, dan Serang.

”Kondisi hujan asam ini bisa disiasati dengan tak memakai air hujan yang baru turun, namun menunggu beberapa saat baru ditampung,” kata Wenten.

Persoalan lain, air hujan miskin unsur-unsur mineral yang dibutuhkan tubuh seperti fosfor dan kalsium yang terlarut dalam tanah. ”Air hujan yang meresap dalam tanah lebih kaya mineral. Namun, jika berlebih bisa berbahaya,” kata Wenten.

Menurut Kirjito, masalah keasaman PH air hujan bisa diatasi dengan alat sederhana yang dibuat sendiri oleh warga. Ditemui di tempat tinggalnya di Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (28/2), Kirjito dikelilingi bejana, botol, dan gelas-gelas berisi air.

Dia lalu memperagakan teknik sederhana menjadikan air hujan yang cenderung asam jadi air basa atau alkali. Caranya, memisahkan air asam dan basa dengan arus listrik DC agar terjadi ionisasi. Arus listrik dialirkan ke konduktor stainless foodgrade pada dua bejana berhubungan berisi air hujan atau bisa dicampur air tanah selama empat jam atau lebih, tergantung kadar PH yang diinginkan.

”Jika hanya air hujan, karena mineral terlarutnya rendah, butuh waktu ionisasi lebih lama. Kita harus ukur kadar TDS-nya. Biasanya air yang kita sarankan di bawah 50 TDS,” kata Kirjito.

Makin lama proses terionisasinya, perbedaan PH antara dua bejana itu makin tinggi, satu bejana kian basa dan satunya makin asam. Air basanya bisa langsung dikonsumsi, dan yang asam untuk pupuk tanaman.

”Dari pengukuran ORP (oxidation reduction potential), air hujan yang kami proses ini sifat antioksidannya tinggi. Dua tahun ini saya mengonsumsinya, saya merasa jauh lebih sehat dan jarang sakit lagi,” kata Kirjito. Beberapa orang yang menerapkan metode pengolahan air minum itu yang bertamu ke laboratorium Kirjito siang itu mengungkapkan hal sama.

”Kami tak jualan alat, bahkan budaya instan itu yang ingin kami tolak. Hal terpenting adalah mendorong warga punya budaya meneliti dan menyediakan air bersih secara mandiri,” ujarnya.

Meneliti air

Menurut Kirjito, yang dibutuhkan warga untuk meneliti air minum adalah alat pengukur PH dan TDS, yang bisa dibeli di banyak toko kimia ataupun toko daring (online) dengan harga terjangkau. Adapun bejana dan adaptor untuk mengolah airnya bisa dibuat sendiri. Total biaya tak sampai Rp 1 juta untuk membuat instalasi pengolahan air dan membeli alat ukur.

Mintje Maukar, spesialis water treatment yang belasan tahun bekerja di perusahaan asing mengatakan, dua bulan terakhir memakai air hujan yang diionisasi. Menurut dia, tubuh bersifat asam dan butuh asupan bersifat basa. Air berfungsi membawa nutrisi dan oksigen bagi tubuh, melarutkan dan mengeluarkan sampah atau racun.

”Air bersifat basa bisa berperan lebih baik, termasuk membantu memelihara dan mengganti sel-sel tubuh rusak,” katanya. Air hujan termasuk terbaik karena paling murni. Jika dijadikan alkali, air hujan itu amat baik bagi tubuh.

Kebutuhan asupan mineral, yang minim diperoleh dari air hujan, tak perlu dikhawatirkan, karena banyak diperoleh dari makanan. ”Bahkan, pola makan masyarakat cenderung kelebihan mineral. Yang dibutuhkan justru air untuk melarutkan kelebihan asam dan racun yang terakumulasi dalam tubuh,” kata Minjte, yang berlatar belakang pendidikan kedokteran itu.

Di alam, air alkali siap minum ada pada air kelapa. Air jeruk nipis, meski terasa asam, juga bersifat basa saat dalam tubuh. Upaya menjadikan air agar ber-PH basa dengan alat, populer di Indonesia. Sejumlah alatnya yang diimpor dijual mahal. ”Padahal kami bisa membuatnya sendiri,” kata Kirjito.

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam publikasinya pada 2003, mengingatkan, air dengan PH ekstrem, terlalu basa ataupun asam, tak baik bagi tubuh. Air dengan PH lebih dari 11 menyebabkan iritasi mata dan kulit, serta pembengkakan sel rambut. Air dengan PH di bawah 4 menimbulkan hal sama. Jika PH air lebih rendah dari 2,5, berdampak serius pada organ dalam.

Kirjito menyarankan, saatnya masyarakat mandiri memperhatikan kebutuhan tubuhnya, termasuk dalam menyediakan air layak minum. Itu bisa jadi gerakan perlawanan terhadap gurita komodifikasi air. Karena air adalah hak tiap manusia….

Sumber : klik di sini

Share Button

Pengelolaan Hutan Desa Perlu Perhatikan Soal Lingkungan

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Jafar, mengharapkan pengelolaan hutan desa bukan semata-mata berorientasi ekonomi tetapi juga memperhatikan unsur lingkungan.

“Agar tidak terjadi kerusakan hutan yang membawa akibat buruk pada seluruh aspek kehidupan manusia dan lingkungannya,” ujar Marwan dalam pertemuan di Jakarta pada Rabu (4/3/2015).

Menurut Marwan, hutan desa adalah hutan negara yang dikelola oleh masyarakat dalam organisasi administratif pedesaan yang dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri.

Dengan pengertian itu, hutan desa bermaksud memberikan akses kepada masyarakat lewat lembaga desa untuk mengelolanya. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

“Karena itu pelaku utama hutan desa adalah Lembaga Desa yang dalam hal ini lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa (Perdes) secara fungsional berada dalam organisasi desa dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa dan diarahkan menjadi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),” tandasnya.

Dengan adanya pengelolaan hutan desa secara profesional oleh masyarakat setempat, Marwan yakin kawasan hutan akan bisa memberi banyak manfaat dari sisi ekonomi dan mengurangi praktek ilegal logging.

Dalam pelaksanaannya, imbuh Marwan, program hutan desa bisa diarahkan sesuai prinsip-prinsipnya dengan tidak mengubah status dan fungsi kawasan hutan.

“Ada keterkaitan masyarakat terhadap sumber daya hutan. Karena hutan mempunyai fungsi sosial, ekonomi, budaya dan ekologis,” tandasnya.

Sumber : klik di sini

Share Button

Sebelum Melindungi Terumbu Karang, Lindungi Dulu Pohon Bakau

Mengingat drastisnya kerusakan terumbu karang dunia dan adanya misi dari NOAA (The National Oceanic and Atmospheric Administration) untuk memperluas area lindung terumbu karang di Teluk Meksiko, Badan Survei Geologi AS memberikan strategi baru yang menarik: lindungi hutan bakau terlebih dulu.

Akar tunjang dari pohon bakau yang besar dan kokoh membantu pencegahan erosi di pesisir pantai dan meminimalisir dampak kerusakan apabila terjadi tsunami ataupun topan.

Sebagai tumbuhan yang hidup di persimpangan antara darat dan laut, tumbuhan amfibi ini dapat menyokong banyak kehidupan sekaligus dan memberi kegunaan penting bagi makhluk hidup lainnya, mulai dari bintang laut hingga manusia. Pohon bakau juga merupakan tempat berlindung bagi terumbu karang, merujuk pada sebuah laporan yang diterbitkan Biogeosciences.

Terumbu karang sangat sensitif terhadap perairan yang panas. Panas menyebabkan terumbu karang melepas alga atau ganggang yang sedang berfotosintesis—suatu fenomena yang disebut sebagai bleaching atau pemutihan, yang sangat fatal.

Sejak tahun 1970, sebanyak 50% dari luas area terumbu karang di perairan Karibia kini telah hilang diakibatkan terjadinya bleaching tersebut.

Caroline Rogers, seorang peneliti dari Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), menemukan sebuah penemuan mengejutkan di daerah hutan bakau Hurricane Hole di Kepulauan Virginia.

Lebih dari 30 spesies terumbu karang, termasuk diantaranya tujuh spesies terumbu karang yang terancam punah, ditemukan tumbuh dengan subur di bawah akar-akar tunjang pohon bakau.

Merujuk pada fakta bahwa terumbu karang yang ditemukan di Hurricane Hole tersebut tumbuh sangat subur dan indah, Rogers menyarankan agar pembudidayaan hutan pohon bakau menjadi salah satu strategi utama untuk melindungi terumbu karang dari efek perubahan iklim yang kian mengganas.

Sumber : Klik di sini

Share Button

Bayi Badak Langka Lahir di Taman Safari Indonesia

Bayi badak putih (Ceratotherium simum) lahir di Taman Safari Indonesia (TSI) pada 10 Februari 2015 pukul 17.30 WIB lalu. Lahir dengan berat 75 kilogram, mamalia terbesar kedua setelah gajah itu menjadi badak putih kedua yang lahir di TSI sejak 2003 lalu.

Bayi badak itu merupakan buah cinta dari Rimba dan Merdeka, badak putih pertama yang lahir di TSI pada 15 Agustus 2003 silam. Pada 14 September 2013, Rimba dan Merdeka tepergok sedang bercinta.

Saat masa birahi yang berlangsung selama seminggu, Rimba yang merupakan badak putih betina berusia 13 tahun dan Merdeka yang jantan bercinta sehari penuh, memakan waktu rata-rata 30 menit tiap sesinya.

Dua bulan setelah perkawinan, pemeriksaan dilakukan dengan bantuan  ultrasonografi. Terlibat dalam pemeriksaan adalah staf riset, dokter hewan dari TSI, serta drh Agil dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

Setelah menunggu setahun lebih, bayi badak putih buah cinta Rimba dan Merdeka pun lahir. Saat ini, CCTV masih dipasang untuk memantau kondisi sang bayi badak. Setiap 30 menit sekali, bayi yang berjenis kelamin jantan masih menyusu pada induknya.

Direktur TSI Jansen Manangsang mengungkapkan dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (3/3/2015), kelahiran bayi badak langka ini diharapkan menjadi kebanggaan Indonesia dan dunia. Spesies itu kini kian terancam oleh perburuan.

Kelahiran bayi badak itu juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi Poniran, penjaga badak putih di TSI. Hingga kini, ia masih tekun memberi makan bayi badak dengan pisang, wortel, kacang-kacangan, dan rumput gajah sebanyak 100 kilogram per harinya.

Sumber : Klik di sini

Share Button