Kambing Hutan Sumatera, Penakluk Lereng Terjal yang Tak Kenal Lelah

Hutan hujan Sumatera merupakan salah satu bentang alam Indonesia yang kaya akan ragam fauna. Dari jenis mamalia yang ada di Sumatera, 22 hanya ditemukan di Asia dan tidak bisa dijumpai di belahan dunia lainnya. Sekitar 15 diantaranya merupakan spesies asli Indonesia, termasuk orangutan sumatera.

Satu jenis satwa yang kurang terpublikasikan padahal merupakan satwa endemik pulau Sumatera adalah kambing hutan sumatera. Masih sedikit penelitian mengenai jenis ini sehingga minim akan referensi. Sedikit telaah yang diketahui adalah spesies ini merupakan satu dari enam jenis kambing hutan yang ada di Asia bagian timur.

Kambing Hutan Sumatera atau dalam Bahasa Inggris disebut Sumatran Serow ini merupakan jenis kambing hutan yang hanya ada di hutan tropis Pulau Sumatera. Ciri fisik kambing bernama ilmiah Capricornis sumatraensis sumatraensis ini adalah bertanduk ramping, pendek dan melengkung ke belakang. Berat badannya antara 50- 140 kg dengan panjang badan antara 140-180 cm. Saat dewasa, tingginya mencapai 85-94 cm.

Umumnya, kambing hutan sumatera hidup soliter. Namun begitu, terkadang, ia juga berjalan dalam grup kecil. Sebagaimana harimau, kambing ini juga mempertahankan suatu wilayah dalam hutan untuk digunakannya sebagai tempat mencari makan, berupa dedaunan dan rerumputan, serta tempat tinggal. Nah, untuk menandai suatu wilayah sebagai daerah kekuasaannya maka kambing ini akan mengeluarkan kotoran dan air seni.

Kambing hutan sumatera tentu saja berbeda dengan kambing yang biasa kita ternakkan. Karena, jenis ini merupakan perpaduan antara kambing dengan antelop, jenis yang mirip kambing dengan tanduk tegak lurus. Bahkan, masih memiliki hubungan dekat dengan kerbau.

Kambing ini merupakan satwa yang tangkas memanjat lereng terjal yang biasanya hanya bisa dicapai manusia dengan bantuan tali. Biasanya, hidupnya diketinggian 200 meter dari puncak dataran tinggi di Sumatera atau bukit-bukit kapur. Habitatnya adalah hutan primer dan hutan sekunder yang dekat pegunungan. Mereka aktif pada pagi dan sore hari. Siangnya, istirahat di tempat teduh di bebatuan.

Saat ini, populasinya yang masih tersisa berada di Taman Nasional Kerinci Seblat (Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan) juga dapat ditemukan di Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) yang secara administratif berlokasi di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Provinsi Sumatera Utara dan Taman Nasional Gunung Leuser (Nanggroe Aceh Darussalam).

Awal 2013, warga di sekitar Gunung Sinabung, tepatnya di Desa Beras Tepu, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, menemukan seekor kambing hutan sumatera yang keluar dari hutan, karena aktivitas Gunung Sinabung yang terus mengeluarkan erupsi waktu itu.

Menurut keterangan tetua masyarakat yang sudah tinggal turun temurun di desa itu, mereka sama sekali tidak pernah melihat kambing hutan Sumatera. Memang, di alam bebas keberadaan satwa ini semakin langka dan bahkan terancam kepunahan.

International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), memasukkan satwa ini dalam kategori Rentan (Vulnerable/VU). Pemerintah Indonesia juga menetapkan kambing hutan sumatera sebagai salah satu satwa yang dilindungi dari kepunahan berdasarkan PP Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Begitu langkanya satwa ini, sampai-sampai hanya sedikit kebun binatang di dunia yang memiliki koleksi kambing hutan sumatera. Bahkan, di kebun binatang di Indonesia sendiri, sepertinya tidak banyak yang memilikinya.

Masalah utama yang menyebabkan satwa ini langka adalah semakin menyempitnya habitat mereka akibat penebangan liar, alih fungsi hutan, dan perburuan liar. Mereka diburu, baik di area perlindungan ataupun area bebas, untuk dimakan dagingnya sebagai bahan baku obat tradisional. Sementara tanduknya, diperjualbelikan sebagai hiasan. Bahkan, perdagangan tanduk kambing hutan sumatera bisa kita temukan dengan mudah di media online.

Adalah tanggung jawab kita semua untuk memastikan bahwa kekayaan alam Sumatera ini terus lestari dan bukan hanya cerita.

Sumber : Klik di sini

Share Button

Hasil Penilaian PROPER Periode 2013-2014

Jakarta, 2 Desember 2014. Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER) periode 2013 – 2014 diikuti oleh 1908 perusahaan, 213 perusahaan diawasi langsung oleh Pengawas PROPER Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), 601 perusahaan diawasi melalui Mekanisme Penilaian Mandiri, dan 1094 perusahaan (57%) diawasi oleh Pengawas PROPER Provinsi. Dari 1908 perusahaan yang diawasi, 17 perusahaan tidak diumumkan peringkatnya, yaitu 8 perusahaan diarahkan ke penegakan hukum, 2 perusahaan tidak beroperasi lagi, 3 perusahaan dalam tahap komisioning, dan 4 perusahaan tutup. Tingkat ketaatan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 4% dibanding tahun sebelumnya yakni mencapai 72%. Jumlah perusahaan peserta PROPER turut mengalami peningkatan sebesar 6% dibandingkan sebelumnya.
PROPER merupakan salah satu program unggulan KLH yang berupa kegiatan pengawasan dan pembinaan terhadap
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan di bidang pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pengelolaan limbah B3. Penghargaan PROPER bertujuan untuk mendorong perusahaan untuk taat terhadap peraturan lingkungan hidup dan mencapai keunggulan lingkungan (environmental excellency). Hal ini dinilai dari pemenuhan ketentuan dalam izin lingkungan, pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3, dan pengendalian kerusakan lingkungan.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc menyatakan “Pengalaman PROPER selama 20 tahun merupakan aset penting, karena banyak pengalaman dan pembelajaran untuk membangun nilai-nilai ketaatan terhadap peraturan, penggunaan sumber daya alam yang efisien, praktek bisnis yang beretika dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dengan program pemberdayaan masyarakat. PROPER telah tumbuh menjadi organisasi pembelajaran yang akan mendorong pemikiran-pemikiran baru dan memfasilitasi proses belajar terus menerus secara sinerjik bagi para pemangku kepentingan.”
Seiring perjalanan waktu, infrastruktur PROPER berkembang, ditandai peningkatan lebih dari 10 kali lipat dari jumlah perusahaan yang diawasi dari 187 menjadi 1908 perusahaan. Pencapaian ini didukung oleh 584 petugas pengawas dan 95 tim ahli. Sebagian besar pengawas berasal dari provinsi (89%), sisanya berasal dari KLH. Adapun keberhasilan dari PROPER yakni:
1. Selama 10 tahun (2004 – 2014) berhasil mendorong ketaatan perusahaan terhadap peraturan lingkungan dari 49% menjadi 72%
2. Berhasil mengutamakan perlindungan lingkungan ke dalam perusahaan sehingga lingkungan menjadi salah satu indikator kinerja perusahaan.
3. PROPER digunakan perusahaan sebagai peta jalan untuk penerapan ekonomi hijau.
4. PROPER berhasil mengkoordinasikan pengawasan lingkungan menjadi gerakan nasional yang terkoordinasi dan dengan standar pengawasan yang sama terhadap 30 provinsi. Untuk menggerakkan sistem pengawasan ini telah dilakukan peningkatan kapasitas dan pemberdayaan terhadap 584 pejabat pengawas lingkungan hidup.
Pada periode 2013 – 2014, hasil penilaiannya yaitu:
– Peringkat Emas berjumlah 9 perusahaan;
– Peringkat Hijau berjumlah 121 perusahaan;
– Peringkat Biru berjumlah 1224 perusahaan;
– Peringkat Merah berjumlah 516 perusahaan;
– Peringkat Hitam berjumlah 21 perusahaan.
Perusahaan yang mendapat PROPER Hitam periode ini adalah Hotel Amboina-Piru – Kab. Seram Bagian Barat; Hotel Incla – Kab. Maluku Tenggara; Hotel Quality – Kota Makassar; PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Ombilin – Kota Sawahlunto; PT. Dactex Indonesia – Kab. Bandung; PT. Darmex Oil and Fats (DOF) & PT. Darmex Biofuel (DBF) – Kota Bekasi; PT. Easterntex – Kab. Pasuruan; PT. JFE Shoji Steel Indonesia – Kab. Bekasi; PT. Latexindo Toba Perkasa – Kab. Deli Serdang; PT. Nutricia Indonesia Sejahtera – Jakarta Timur; PT. Sumatera Trading Tobacco Company – Kota Pematang Siantar; PT. Toyogiri Iron Steel – Kab. Bekasi; RS Elim – Kab. Toraja Utara; RS Islam – Kota Mataram; RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan – Kota Medan; RSUD Nene Mallomo – Kab. Sidrap; RSUD Poso – Kab. Poso; RSUD Praya – Lombok Tengah; RSUD Raden Mattaher – Kota Jambi; RS Harapan Keluarga – Kota Mataram; serta RSUD Kabupaten Mamuju – Mamuju.
Sedangkan penilaian tahun 2013 – 2014 ini, terdapat 9 perusahaan mendapat Peringkat Emas, yaitu:
1. PT Badak NGL, Kota Bontang, Kalimantan Timur.
2. Star Energy Geothermal Wayang Windu Limited, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
3. PT Holcim Indonesia TBK Pabrik Cilacap, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
4. PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Rewulu, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.
5. PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
6. PT Bukit Asam (Persero) TBK, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
7. PT Medco E&P Indonesia – Rimau Asset, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
8. PT Bio Farma (Persero), Kota Bandung, Jawa Barat.
9. PT Pertamina Aviasi Regional III DPPU Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Bali
Program PROPER terbukti dapat menurunkan beban pencemaran dan konservasi, dari 173 kandidat Hijau dan Emas perusahaan dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan seperti :
– 26.105.806 Giga Joule efisiensi energi;
– 488.386.554 M3 air yang dikonservasi;
– 11.385.591 ton 3R limbah padat non B3;
– 2.428.069 ton reduksi limbah B3;
– Kontribusi 173 Perusahaan terhadap CSR sebesar Rp. 1,16 triliun
Terkait dengan tindaklanjut pelaksanaan PROPER peringkat HITAM tahun 2012 – 2013, Deputi Bidang Penaatan Hukum Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup telah menindak 17 perusahaan. Rincian tindaklanjut yang dilakukan adalah : 10 perusahaan diberikan sanksi administrasi paksaan pemerintah, 4 perusahaan dalam proses pulbaket dan 3 perusahaan telah taat sehingga dikembalikan ke mekanisme PROPER.
sumber : klik di sini

Share Button

Proper 2014: 21 Perusahaan ‘Hitam’, Sembilan Itu Rumah Sakit

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan (Proper) 2013-2014, dengan 21 perusahaan berlabel hitam, 516 merah, 1.224 biru dan hanya 121 hijau serta sembilan peringkat emas. Dari 21 Proper hitam, sembilan di antaranya rumah sakit.

“Daftar hitam rumah sakit ada sembilan, hotel-hotel juga tekstil dan pabrik logam. Itu perusahaan yang requirement tinggi. Rumah sakit kita takut limbahnya. Ada jarum, logam, segala macam, zat kimia,” kata Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Selasa malam (2/11/14) di Jakarta.

Kementerian LHK, katanya, akan mengirim surat kepada perusahaan Proper hitam agar memperbaiki kinerja dan lebih memperhatikan lingkungan hidup. Lalu, publikasi nama perusahaan di buletin kementerian dan media, diharapkan bisa menjadikan lecutan perusahaan memperbaiki kinerja.

“Kita terus dorong ke arah perbaikan. Inginnya sih sama-sama melangkah dengan kesadaran bersama. Lingkungan sekarang cukup kritis dan mari bersama-sama menanggulangi.”

Pada Proper 2012-2013, 17 berpredikat hitam dan telah ditindak. Sekitar 10 perusahaan kena sanksi administrasi paksaan pemerintah, empar proses pulbaket dan tiga perusahaan taat hingga kembali pada mekanisme Proper.

Siti mengatakan, penetapan Proper dengan berbagai kriteria, antara lain, aspek manajemen lingkungan, instalasi limbah, penerapan praktik daur ulang, partisipasi masyarakat dan lain-lain.

Awal pertama, hanya 187 perusahaan ikut Proper. Sekarang, menjadi 1908 perusahaan. Kementerian ini didukung 584 pengawas dan 95 tim ahli, sebagian besar (89%) dari provinsi. Dalam tahun terakhir, ketaatan perusahaan terhadap peraturan lingkungan naik dari 49% menjadi 72%.

Proper 2013-2014 diikuti 1908 perusahaan, naik 6%. Siti mengatakan, Proper telah menurunkan beban pencemaran dan meningkatkan upaya konservasi. Dari 173 perusahaan kandidiat predikat emas dan hijau telah efisiensi energi 26.105.806 Giga joule, konservasi air 288.386.554 meter kubik. Lalu, pengelolaan limbah padat non B3 melalui program 3R sebanyak 11.385.591 ton, reduksi limbah B3 2.428.069 ton dan kontribusi CSR Rp1,16 triliun.

Dalam kesempatan sama, Jusuf Kalla, Wakil Presiden mengatakan, perusahaan yang mendapatkan predikat emas dan hijau mendapatkan insentif nama baik. Insentif tidak diberikan dalam pengurangan pajak.

“Saya minta ke menteri diumumkan agar kinerja perusahaan dalam menjaga lingkungan meningkat,” katanya.

JK mengatakan, isu lingkungan hidup bisa mempersatukan dunia. Semua orang boleh berbeda pandangan banyak hal, tetapi disatukan dengan isu lingkungan hidup. “Karena perusakan lingkungan di tempat lain akan mempengaruhi dunia. Kerusakan yang dibuat industri, akan mempengaruhi dunia. Dunia bersatu memperbaiki lingkungan.”

Perusahaan Proper Hitam
Hotel Amboina (Kabupaten Seram bagian barat)
Hotel Incla (Maluku Tenggara)
Hotel Quality (Makassar)
PLN Persero sektor pembangkit Ombilin (Kota Sawahlunto)
PT Dactex Indonesia (Kabupaten Bandung)
PT Darmex Oil (Kabupaten Bekasi)
PT Darmex Biofuel (Kota Bekasi)
PT Easterntex (Kabupaten Pasuruan)
PT JFE Shoji Steel Indonesia (Kabupaten Bekasi)
PT Latexindo Toba Perkasa (Kabupaten Deli Serdang)
PT Nutricia Indonesia Sejahtera (Jakarta Timur)
PT Sumatra Trading Tobacco Company (Pematang Siantar)
PT Toyogiri Iron Steel (Kabupaten Bekasi)
RS Elim (Kabupaten Toraja Utara)
RS Islam (Mataram)
RSUD Dr. Pirngadi (Medan)
RSUD Nene Mallomo (Kabupaten Sidrap)
RSUD Poso (Kabupaten Poso)
RSUD Praya (Lombok Tengah)
RSUD Raden Mattaher (Jambi)
RS Harapan Keluarga (Mataram)
RSUD Mamuju (Kabupaten Mamuju).

Proper Emas
PT Badak NGL (Bontang, Kaltim)
Star Energy Geothermal Wayang Windu Limited (Kabupaten Bandung, Jabar)
PT Holcim Indonesia (pabrik Cilacap, Jateng)
PT Pertamina (Terminal BBM Rewulu, Bantul-DIY)
PT Pertamina Geothermal Energy (Area Kamojang, Garut-Jabar)
PT Bukit Asam (Muara Enim, Sumsel)
PT Medco E&P Indonesia (Rimau Asset, Musi Banyuasin-Sumsel)
PT Bio Farma (Bandung, Jabar)
PT Pertamina Aviasi Regional III DPPU Ngurah Rai (Kabupaten Badung, Bali).

Sumber : klik di sini

Share Button

Dua Unit Layanan Kementerian Kehutanan Peroleh Skor Integritas Diatas Rata-rata

Dua unit layanan di Kementerian Kehutanan memperoleh skor integritas diatas rata-rata pada survei yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kedua unit layanan tersebut unit layanan IUPHHK pada Hutan Alam dengan skor Total Indeks Integritas 7,27 dan unit layanan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dengan skor Total Indeks Integritas 7,45. Indeks integritas Unit Layanan di Kementerian/Lembaga tahun 2014 adalah 7,22, secara umum telah berada diatas standar minimal yang ditetapkan KPK yaitu 6,00. Dari 40 unit layanan yang disurvei KPK, 26 unit memperoleh skor total integritas diatas indeks rata-rata 7,22; 14 unit dibawah indeks rata-rata 7,22. Dari 14 unit dengan indeks dibawah rata-rata tersebut, 2 unit diantaranya memperoleh skor total integritas dibawah 6.

Survei Integritas Sektor Publik ini dilakukan KPK untuk mendapatkan gambaran kualitas layanan publik berdasarkan unit layanan dengan cara mengukur kualitas layanan publik dari sudut pandang pengguna layanan. Bagi KPK, hasil survei dalam bentuk indeks mencerminkan outcome yang dicapai oleh unit layanan di K/L dalam upaya anti korupsi yang dilakukan.

Survei integritas yang dilakukan KPK tahun 2014 ini hanya di unit layanan K/L dengan sampel 40 unit layanan dengan jumlah rsponden 1.200 orang atau 30 responden per unit layanan. Unit layanan bervariasi untuk tiap instansi. Kriteria unit layanan yang dijadikan sampel adalah layanan publik pada K/L strategis yang menjadi fokus renstra KPK, terkait dengan national interest, dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Survei dilaksanakan dari bulan Mei hingga September 2014.

Meskipun indeks integritas sudah mencapai 7,22, unit layanan tetap perlu secara terus menerus melakukan perbaikan dan berorientasi memberikan layanan maksimal bagi pengguna layanan dengan cara edukasi anti korupsi dan pengelolaan pengaduan masyarakat yang lebih serius, dan mengkomunikasikan kepada pengguna layanan untuk memanfaatkan sarana media yang ada baik saran dan pengaduan, serta mensosialisasikan antikorupsi dengan cara diucapkan oleh petugas kepada pengguna layanan sebagai bentuk kampanye antikorupsi.

Sumber : klik di sini

Share Button

Seminar Tanaman Obat Balitek KSDA

Indonesia tidak hanya memiliki sumber daya alam yang sangat berlimpah, namun juga kaya akan keanekaragaman hayatinya. Kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia meliputi lebih dari 515 jenis mamalia, 5.100 jenis reptil, 1.531 jenis burung, 270 jenis amphibi, dan sekitar 38.000 jenis tumbuhan yang lebih dari 1.260 jenis diantaranya merupakan tumbuhan berkhasiat obat. Khusus keberadaan tumbuhan hutan berkhasiat obat, sejalan dengan waktu pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia dari waktu ke waktu mengalami ancaman kerusakan dan kepunahan. Ancaman tersebut tidak hanya dari aspek ekologinya, namun juga dari aspek ekonomi hingga budaya. Padahal dilain pihak, perkembangan industri herbal beberapa tahun belakangan ini menunjukkan grafik yang meningkat.

Untuk itu, upaya konservasi ek-situ dan in-situ  dan budidaya tumbuhan hutan berkhasiat obat merupakan langkah penting yang harus dilakukan, terutama di Pulau Kalimantan. Hal ini dikarenakan, Pulau Kalimantan tidak hanya sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi saja, namun juga diantara kekayaan keanakeragaman hayati tersebut ternyata banyak memiliki nilai sosial, budaya dan ekonomi, serta bermanfaat untuk kesehatan masyarakat luas karena terkatagori sebagai tumbuhan hutan berkhasiat obat.

Berkaitan dengan usaha-usaha konservasi, budidaya dan pemanfaatan tumbuhan hutan berkhasiat obat, Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Samboja (Balitek KSDA-Samboja), sejak beberapa tahun lalu juga telah melakukan serangkaian kegiatan yang tidak hanya terkait dibidang penelitian berupa teknik budidaya dan pemanfaatan saja, namun juga usaha konservasi tumbuhan hutan berkhasiat obat baik konservasi ek-situ dan in-situ. Selain itu, Balitek KSDA juga telah mengeksplorasi sebagian potensi tumbuhan hutan berkhasiat obat di dalam Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Penelitian Samboja maupun di sebagian wilayah Kalimantan.

Sehubungan dengan itu, maka untuk mensosialisasikan, mendesiminasikan dan mendiskusikan beberapa hasil-hasil penelitian tersebut termasuk untuk mendapatkan masukan dan berbagi pengalaman dan pengetahuan maka Balitek KSDA Samboja berencana pada tanggal 3 Desember 2014 akan menyelenggarakan Seminar/Ekspose Hasil Penelitian dengan tema “Tumbuhan Obat Kalimantan: Konservasi, Budidaya dan Pemanfaatan”. Dalam kegiatan ekspose ini nantinya tidak hanya membahas hasil-hasil penelitian dari para peneliti Balitek KSDA saja, namun juga dari para narasumber lainnya baik dari universitas, pemerintah dan juga para praktisi  terutama di bidang usaha (industri).

Tujuan kegiatan seminar/ekspose hasil-hasil penelitian dengan tema “Tumbuhan Obat dari Hutan : Konservasi, Budidaya dan Pemanfaatan” yang akan diselenggarakan oleh Balitek KSDA Samboja bertujuan:

  1. Untuk menyebarluaskan hasil penelitian tumbuhan hutan berkhasiat obat baik yang dilakukan oleh para peneliti Balitek KSDA maupun dari universitas, pemerintah dan juga para praktisi terutama dibidang industri.
  2. Membahas aspek kebijakan, teknik budidaya dan konservasi khususnya terhadap tumbuhan hutan berkhasiat obat yang terdapat di Indonesia, dan khususnya Pulau Kalimantan.
  3. Teridentifikasinya beberapa masalah terkait dengan aspek konservasi, budidaya dan pemanfaatan tumbuhan hutan berkhasiat obat di Indonesia, dan khususnya Pulau Kalimantan.
  4. Sebagai ajang promosi, kampanye untuk melakukan kegiatan budidaya, konservasi baik ek-situ maupun in-situ terhadap tumbuhan hutan berkhasiat obat di Indonesia, dan khususnya di Pulau Kalimantan.

Kegiatan Seminar/ekspose hasil penelitian ini rencananya akan diselenggarakan:

Hari               : Rabu

Tanggal         : 3 Desember  2014

Tempat         : Aula/Ruang Pertemuan Kantor Pegadaian, Balikpapan

Alamat          : Jalan Jend. Sudirman No 38, Stalkuda, Balikpapan

Pukul             : 08.00 WITA s/d selesai

SEKRETARIAT PANITIA :

Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam

Jln. Soekarno – Hatta km. 38 Samboja, Kalimantan Timur

Contact person : Hari Hadiwibowo / Adi Surya

Telp  : 0542 – 7217663 / Fax :  0542 – 7217665

Email : bpt.ksda@forda-mof.org, hhadiwibowo@gmail.com, annajjaar@yahoo.com

Share Button

Daftar Merah IUCN Terbaru Sebutkan 22.413 Spesies Terancam Punah

Lembaga Konservasi Dunia IUCN (International Union for Conservation of Nature) mengeluarkan rilis terbaru dari daftar merah spesies yang terancam (IUCN Red List of Threatened Species) dalam rangkaian acara IUCN World Parks Congress di Sydney, Australia, pada Senin kemarin (17/11/2014). Update daftar bertepatan dengan ulang tahun IUCN yang ke-50.

Daftar merah IUCN tersebut dibuat berdasarkan 76.199 spesies yang diteliti kondisinya, dan menyimpulkan sebanyak 22.413 spesies dalam kondisi terancam punah. Hampir setengah dari spesies yang diteliti berada dalam kawasan lindung. Oleh karena itu, IUCN menghimbau perbaikan manajemen kawasan lindung untuk untuk menghentikan penurunan keanekaragaman hayati lebih lanjut.

“Setiap update dari IUCN Red List membuat kita menyadari bahwa planet kita terus kehilangan keanekaragaman yang luar biasa dari kehidupan, terutama karena tindakan destruktif untuk memuaskan selera kita yang berkembang dari sumber daya alam,” kata Direktur Jenderal IUCN Julia Marton-Lefevre dalam siaran pers IUCN.

“Tapi kami memiliki bukti ilmiah bahwa kawasan lindung dapat memainkan peran sentral dalam membalikkan tren ini. Para ahli memperingatkan bahwa spesies terancam kurang terwakili dalam kawasan lindung, menurun dua kali lebih cepat seperti spesies yang ada di kawasan tersebut. Tanggung jawab kita adalah untuk meningkatkan jumlah kawasan lindung dan memastikan bahwa mereka secara efektif dikelola sehingga mereka dapat berkontribusi untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati planet kita,” lanjut Julia.

Secara umum, perikanan, pembalakan, pertambangan, pertanian dan kegiatan pengolahan sumber daya alam untuk memuaskan selera manusia, mengancam kelangsungan hidup spesies secara global, termasuk ikan tuna bluefin Pasifik, ikan takifugu (Cina pufferfish),belut Amerika dan ular cobra Cina. Perusakan habitat juga menyebabkan kepunahan dari moluska malaysia dan earwig dikenal terbesar di dunia, serta mengancam kelangsungan hidup banyak spesies lainnya.

Daftar Merah IUCN memasukkan ikan bluefin tuna pasifik sebagai satwa kategori rentan (vulnerable). Foto : Wikipedia

Berdasar daftar terbaru ini, ikan tuna bluefin Pasifik (Thunnus orientalis) dikategorikan dari kategori kurang mengkhawatirkan  (least concern) menjadi kategori rentan (vulnerable), yang berarti  dalam kondisi terancam punah.  Ikan tuna ini menjadi target penangkapan ikan utama untuk dibuat makanan sushi dan sashimi terutama di Asia. Sebagian besar ikan yang ditangkap masih anakan yang belum punya kesempatan untuk bereproduksi dan populasinya diperkirakan mengalami penurunan hingga 19-33 persen selama 22 tahun terakhir.

Para ahli IUCN mengatakan kawasan perlindungan laut yang ada tidak cukup memberikan perlindungan bagi spesies. Perluasan kawasan perlindungan laut, berjarak 200 mil dari pantai dan daerah yang termasuk budidaya, bisa membantu melestarikan spesies, menurut para ahli IUCN.

Bruce Collette, Ketua IUCN Species Survival CommissionTuna dan Billfish Specialist Group mengatakan harga pasar dari ikan tuna bluefin nilai pasar terus meningkat. “Kecuali industri perikanan menerapkan tindakan konservasi dan pengelolaan yang dikembangkan untuk wilayah barat dan tengah Samudera Pasifik, termasuk pengurangan tangkapan ikan remaja, maka kita tidak bisa mengharapkan statusnya meningkat dalam jangka pendek,” kata Bruce.

Ikan takifugu China (The Pufferfish Cina) masuk dalam daftar spesies yang terancam punah (critically endangered). Populasinya secara global yang diperkirakan menurun hingga 99,99 persen selama 40 tahun terakhir karena eksploitasi berlebihan. Ikan tersebut dikonsumsi sebagai salah satu makanan ikan populer di Jepang, yaitu sashimi. Fugu merupakan ikan paling beracun di dunia, dan perlu chef yang ahli dalam mengolahnya.

Daftar Merah IUCN terbaru memasukkan Ikan takifugu China (The Pufferfish Cina) masuk dalam daftar spesies yang terancam punah (critically endangered).  Foto : Wikipedia

Takifugu China berada di beberapa daerah perlindungan laut di seluruh perairan pantai Cina. Para ahli IUCN mengatakn meski program konservasi, seperti pembuatan kawasan perlindungan laut yang setiap tahun tertutup untuk penangkapan telah dibuat, penangkapan saat panen masih perlu dikontrol untuk mencegah kepunahan spesies .

Sedangkan belut Amerika (Anguilla rostrata) masuk kategori hampir punah (endangered) karena kondisi hambatan dalam migrasi, perubahan iklim, parasit, polusi, hilangnya habitat dan penangkapan untuk komersial. Belut Jepang (Anguilla japonica), juga dikategorikan hampir punah, karena industri perikanan di Asia Timur berusaha untuk mengisi stok benih dengan spesies lain, seperti lele Amerika. Hal tersebut menyebabkan peningkatan perburuan belut Amerika di Amerika Serikat. Program konservasi yang tepat dapat meningkatkan status spesies tersebut.

Daftar merah IUCN terbaru memasukkan ular kobra Cina (Naja atra) dikategorikan sebagai spesies rentan (vulnerable). Populasinya menurun sebesar 30- 50 persen selama 20 tahun terakhir. Foto : Wikimedia

Ular kobra Cina (Naja atra) dikategorikan sebagai spesies rentan (vulnerable). Populasinya menurun sebesar 30- 50 persen selama 20 tahun terakhir. Kobra Cina ditemukan di selatan-timur Cina, Taiwan, Vietnam utara dan Laos, dan merupakan hewan utama yang diekspor dari Cina daratan ke Hong Kong untuk diolah menjadi makanan. Kobra Cina ditemukan di kawasan lindung seperti Cagar Alam Ailaoshan, Cagar Alam Daweishan (Yunnan) dan Taman Nasional Kenting (Taiwan). Meskipun perdagangan internasional dalam spesies diatur, mendesak diperlukan inisiatif konservasi nasional untuk menjamin kelangsungan hidupnya.

Jane Smart, Direktur Kelompok Keanekaragaman Global IUCN mengatakan industri makanan tumbuh dan membuat tekanan pada berbagai spesies tersebut. “Kita sangat butuh penerapan pembatasan ketat pada masa penangkapan dan mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi habitat,” katanya.

Kerusakan Habita Picu Kerentanan Spesies

Daftar merah terbaru ini juga menyoroti beberapa spesies yang terpengaruh kerusakan habitat, seperti 66 spesies bunglon berkategori terancam, meskipun beberapa spesies ini terjadi di dalam kawasan lindung. Bunglon bertanduk pisauThe Giant East Usambara Chameleon (Kinyongia matschiei), yang merupakan endemik pegunungan East Usambara Tanzania, dikategorikan sebagai satwa hampir punah (endangered). Seperti banyak bunglon lainnya, spesies ini menggunakan warna untuk komunikasi. Ketika pada posisi terancam, kulitnya menggelap dan ekornya membungkus batang pohon agar tetap aman. Satwa yang bisa ditemukan di Cagar alam Amani ini terancam oleh penebangan hutan untuk pertanian, produksi arang dan ekstraksi kayu.

Sementara dua spesies telah dinyatakan punah akibat kerusakan habitat, yaitu siput Plectostoma sciaphilum dan serangga The St Helena Giant Earwig (Labidura herculeana). Siput Plectostoma sciaphilum diketahui ada di bukit kapur tunggal di Semenanjung Malaysia dinyatakan punah karena pembukaan keseluruhan bukit karena penggalian batu kapur oleh sebuah perusahaan besar.

Serangga The St Helena Giant Earwig  yang merupakan earwig terbesar, di Horse Point Plain, kawasan lindung Pulau St Helena, diketemukan terakhir pada Mei 1967. Sejak awal 1960-an, habitatnya telah rusak karena pengambilan batu untuk pembangunan. Peningkatan tekanan predator dari tikus, tikus dan invertebrata predator invasif juga memberikan kontribusi terhadap kepunahan earwig ini.

Meski memprihatinkan, masih ada kabar baik yaitu status dua speses amfibi yang naik statu berkat keberhasilan pengelolaan Cagar alam Kolombia Ranita Dorada.

Konservasi Habitat

Menurut Birdlife, konservasi spesies terancam membutuhkan identifikasi dan melestarikan habitat yang paling signifikan di alam. “Pemerintah di seluruh dunia perlu didorong untuk menargetkan penambahan area kawasan lindung untuk konservasi keanekaragaman hayati dan burung-burung penting,” kata Stuart Butchart, Kepala Ilmuwan Birdlife.

Russell A. Mittermeier, Wakil Ketua Eksekutif Conservation International mengatakan kita saat ini hidup dalam dunia dengan tekanan yang lebih berat dibandingkan sebelumnya. “Perlu diketahui, alam tidak membutuhkan manusia. Manusia yang membutuhkan alam. Orang-orang membutuhkan alam. Spesies butuh hak mereka sendiri, tetapi mereka berperan penting dalam ekosistem yang kompleks yang menyediakan kebutuhan manusia dengan jasa ekosistem penting seperti air segar, pengaturan iklim, pencegahan bencana, dan banyak lainnya ,” kata Russel.

Dia mengatakan kawasan lindung sangat penting untuk kelangsungan hidup jangka panjang dari spesies yang terancam punah, tetapi juga secara hal mendasar dari tantangan utama yang dihadapi planet ini, yaitu menempatkan masyarakat pada jalur pembangunan berkelanjutan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Tidak ada yang lebih penting dari menciptakan, pengelolaan dan keuangan yang efektif dari taman dan kawasan lindung dari sekarang. “Kami berharap bahwa akan ada komitmen besar yang dibuat di Kongres ini untuk mengubah skala perlindungan di seluruh dunia – untuk semua manfaat dari area yang dilindungi itu,” kata Russel.

Thomas Lacher, dari Departemen Hidupan Liar dan dan Ilmu perikanan, A and M University Texas mengatakan eksploitasi berlebihan dari ikan tuna bluefin Pasifik perlu dikhawatirkan karena hampir punahnya ikan kod Atlantik diakibatkan praktek pengaturan perikanan yang buruk. Itu menjadi peringatan keras bagi dunia global untuk meningkatkan pengaturan dan penegakan perikanan laut, dikombinasikan dengan penetapan kawasan perlindungan laut untuk reproduksi populasi.

Sumber : Klik di sini

Share Button