Wapres RI: InaCC Pelopor Pengembangan Pemanfaatan Mikroba

Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Boediono mengunjungi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong untuk meresmikan pusat depositori mikroorganisme nasional. Pusat depositori dengan nama Indonesian Culture Collection(InaCC) ini diresmikan pada Kamis pekan lalu. Selain Wapres, hadir pula Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) serta Gubernur Jawa Barat dalam acara tersebut.

Boediono menyampaikan apresiasinya terhadap langkah LIPI dan kerja keras para peneliti dalam pembangunan InaCC. “Mengingat banyaknya nilai manfaat yang bisa kita dapatkan, saya berharap ke depannya InaCC bisa menjadi pelopor pengembangan pemanfaatan mikroba,” tandasnya.

Pada kesempatan yang sama, Menristek Gusti Muhammad Hatta juga menyampaikan penghargaannya atas komitmen LIPI yang tinggi dalam pengelolaan sumber daya hayati. “Kita juga patut bangga bahwa Indonesia adalah negara yang menerima hibah dana penelitian sebesar USD 1 Milyar setiap tahun dimana kita bersaing dengan 34 negara lainnya,” ungkap Gusti.

Sejak dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 27 Mei 2007 lalu, InaCC terus berkembang dengan pesat berkat kerja sama Pemerintah Indonesia dan Jepang. Dukungan kedua pemerintah melalui program Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (SATREP) ini secara aktif berkontribusi dalam pembangnan InaCC.

Otoritas Ilmiah

Di sisi lain, Kepala LIPI Prof. Dr. Lukman Hakim mengatakan bahwa LIPI telah melakukan pengkoleksian mikroba sejak tahun 1960 dari berbagai lokasi di Indonesia. “Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan keilmuan bidang mikrobiologi menuntut adanya fasilitas yang lebih untuk menyesuaikan dengan perkembangan tersebut. Salah satunya adalah dengan pembangunan pusat koleksi mikroorganisme nasional ini,” ungkapnya.

Sebagai otoritas ilmiah pusat acuan pengelolaan sumber daya hayati nasional, LIPI memiliki tanggung jawab untuk mengawal pembangunan ilmu hayati yang adil dan selaras. Lukman berharap melalui pembangunan InaCC, maka ketersediaan mikroorganisme untuk mempercepat pemanfaatannya dapat dicapai. Hal ini tentu saja dengan memperhatikan regulasi yang selaras dengan peraturan perundang-undangan, komitmen internasional serta isu keamanan dan keselamatan.

Menurutnya, pembangunan InaCC disesuaikan untuk menopang kemajuan ilmu hayati dan bioteknologi untuk kesejahteraan manusia. “Untuk itu, kita membangun kapasitas yang berkaitan dengan identifikasi serta taksonomi mikroorganisme, karakterisasi dan preservasi yang mengacu pada standar internasional,” ungkap Lukman. Hal ini terkait manajemen koleksi serta perangkat perlengkapannya, regulasi peredaran dan dokumen-dokumen yang menyertainya.

Kedepannya, InaCC akan berperan sebagai penyedia mikroorganisme dengan kualitas yang tinggi, depositori mikroorganisme paten dan pusat referensi. Selain itu, InaCC juga akan menjalin kerja sama dengan pusat koleksi lain,menjembatani kerja sama antar penyelia, pengguna, serta sektor industri dan sebagai infrastruktur bagi pengawasan peredaran Sumber Daya Genetika. (ms)

Sumber : klik di sini

Share Button

Manfaat Kulit Buah Naga

Tuhan memberikan setiap manfaat dalam semua ciptaannya, bahkan kulit buah yang dianggap tidak bermanfaat bisa dimanfaatkan dan menghasilkan suatu produk turunan yang bisa memiliki nilai ekonomis, untuk itu setelah habis menyantap daging buah naga, jangan pernah langsung membuang kulit nya ke tong sampah.

Persentase kulit buah naga mencapai 35% dari daging buahnya.  Dan saat ini kulit buah kerabat kaktus itu dapat dimanfaatkan menjadi bahan pangan atau minuman yang lezat. Hasil riset dari Universitas Brawijaya, membuktikan bahwa kulit buah naga superred Hylocereus costaricensis 100% tanpa daging buah, dapat dijadikan bahan pangan. Kulit buah naga ini ditambahkan dengan 6% tepung keraginan sebagai pengenyal Kembang gula. Dan secara umum produk kembang gula dibuat dengan mendidihkan campuran gula, air, dan bahan pewarna.

Hasil penelitian Departement of Applied Chemistry National Chinan University juga menunjukkan bahwa kulit buah naga dapat membantu fleksibilitas pembuluh darah, dan berperan untuk menghambat pertumbuhan tumor sel tumor B16F10. Berbagai uji klinis turut membuktikan bahwa kulit buah naga yang cerah dan cenderung bersisik mengandung senyawa aktif seperti pentacyclic triyepene taraxast 20ene 3aol dan juga taraxast 12,20(30) dien 3aol. Kedua senyawa ini sangat ampuh menjaga serta melindungi kelenturan pembuluh darah. Bahkan keampuhan ini menyamai obat Troxerutin yang dikenal sebagai obat berbahan kimia yang digunakan untuk melindungi pembuluh darah mikro. Obat ini banyak beredar di pasaran dan populer digunakan untuk mereduksi potensi pembuluh darah pecah. Dengan ditemukannya kandungan pada kulit buah naga ini, tentu akan menjadi alternatif alami untuk mencegah pecahnya pembuluh darah, mencegah diabetes dan penyakit jantung.

Pengolahan secara sederhana bisa dilakukan dengan cara memotong-motong kulit buah naga yang telah dibersihkan menjadi bagian-bagian yang kecil dan dikeringkan dibawah terik sinar matahari. Setelah itu, kulit buah naga yang sudah dikeringkan tersebut, anda seduh sebagai minuman yang sering disebut dengan teh kulit buah naga.

Sumber berita : klik di sini

Share Button

Diseminasikan Litbang melalui Film

FORDA (Bogor, 26/09/2014)_Sekretaris Badan (Sekbadan) Litbang Kehutanan, Ir. Tri Joko Mulyono, M.Sc, menyerukan kepada seluruh Satuan Kerja (satker) Badan Litbang Kehutanan untuk membuat film profil satker masing-masing dengan durasi 5 menit. Hal ini disampaikan saat memberikan arahan pada acara Workshop Multimedia Badan Litbang Kehutanan di Ruang Rapat Sudiarto, Kampus Gunung Batu, Bogor (Selasa, 23/09).

“Kalau perlu disepakati layoutnya bagaimana, supaya kita lebih standar,” kata Sekbadan.

Sekbadan menyatakan bahwa pembuatan film ini merupakan salah satu cara untuk diseminasi hasil litbang. Hal ini terinspirasi dari audensi Badan Litbang Kehutanan (Balithut) dengan Badan Litbang Pertanian (Balittan), dimana Balittan memutarkan film profil pertanian yang interaktif.

Film membuat orang bisa lebih memahami apa yang sedang dan telah dilakukan oleh Balithut. Selain itu, rasa penasaran dan keingintahuan untuk lebih mengenal Balithut semakin jauh. Pada akhirnya, diharapkan dapat mengajak orang lain bisa bekerjasama atau memakai produk hasil litbang.

Untuk tujuan tersebut, Sekbadan berharap ke depan kepada seluruh satker Balithut untuk membuat film riset andalan di satker masing-masing. Selain itu, juga kegiatan litbang yang memberi dampak baik langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat.

Sekbadan menyadari bahwa pembuatan film tidaklah mudah dan membutuhkan kesabaran dan ketelitian yang tinggi. Untuk membuat film yang menarik dan interaktif dibutuhkan banyak koleksi foto maupun film. Oleh karena itu, ke depan, Sekbadan berharap bahwa Balithut harus mempunyai koleksi  lengkap baik penelitinya, karyanya maupun kegiatan penelitiannya.

“Membuat film itu harus sabar. Punya pikiran yang matang tentang temanya. Jangan pernah puas dengan gambar seadanya. Apabila dirasa jelek maka harus diambil kembali,” kata Sony Fentarto, narasumber sekaligus pengajar dalam acara workshop tersebut.

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa dalam pembuatan film agar lebih menarik harus mengambil sudut pengambilan atau angle dimana mata manusia cenderung belum biasa melihatnya. Selain itu, juga harus diperhatikan suasana serta waktu pengambilan obyek yang tepat dan memberi nilai lebih.

Workshop fotografi Badan Litbang Kehutanan diikuti oleh seluruh satker Badan Litbang Kehutanan kecuali BPK Makassar dan BP2D Samarinda. Acara tersebut dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 25-26 September 2014. Untuk menguji ketrampilan para peserta, maka diadakan lomba untuk membuat film Profil Kampus Litbang Gunung Batu, Bogor. Adapun pemenangnya adalah juara pertama dari BKSDA Samboja, juara kedua dari BPK Kupang dan juara ketiga dari BPK Aek Nauli.

Pada akhir acara, Priyo Kusumedi, S.Hut., MP mengharapkan bahwa dari kegiatan pelatihan fotografi dan videografi ini perlu ada tindak lanjut, antara lain: a). Setiap satker diharapkan membuat foto essay minimal 3-6 foto tentang Penelitian Integratif Unggulan (PIU); 2). Setiap satker membuat film beauty shot berdurasi max 3 menit dengan tema bebas. Boleh profil, aktivitas penelitian, maupun riset lainnya bisa menyampaikan pesan secara ringkas ttg riset/profil satuan kerjanya masing-masing); 3). Mengharapkan kepada pihak manajemen untuk mendukung kegiatan multimedia dengan menyediakan sarana yang dibutuhkan seperti laptop atau PC i7, tripod, tele, clip on, software adobe primer dan photoshop.

sumber berita : klik di sini

Share Button

Tingkatkan Diseminasi Hasil Litbang dengan Kekuatan Gambar

FORDA (Bogor, 24/09/2014)_Sekretaris Badan (Sekbadan) Litbang Kehutanan, Ir. Tri Joko Mulyono, M.Sc, mengajak kepada seluruh Satuan Kerja (satker) Badan Litbang Kehutanan untuk lebih mendesimasikan hasil litbang dengan kekuatan gambar. Hal ini disampaikan pada saat memberikan arahan pada acara Workshop Fotografi Badan Litbang Kehutanan di Ruang Rapat Sudiarto, Kampus Gunung Batu, Bogor (Selasa, 23/09).

“Setiap kegiatan litbang, tolong diambil fotonya. Terutama kegiatan eksplorasi,” kata Sekbadan, sambil mengingatkan buku karya B2PD Samarinda yang berjudul The Hidden Treasure of Labanan.

Lebih lanjut, Sekbadan menyatakan bahwa kekuatan gambar akan lebih menarik orang untuk melihatnya. Apalagi ditambah dengan kemasan yang bagus dan eksklusif.  Hal ini terilhami oleh Sekbadan saat melakukan audensi dengan Badan Litbang Pertanian (Balittan).  Sebagai contoh, ruang rapat di Balittan dipenuhi dengan poster-poster atau gambar-gambar hasil litbang, yang sederhana tetapi membuat orang tertarik untuk lebih jauh.

Selain itu, Sekbadan juga tertarik dengan buku inovasi teknologi hasil litbang pertanian yang dikemas secara eksklusif. “ Ini hampir sama dengan buku seri iptek. Tapi kekuatan gambar disana lebih bagus,” kata Sekbadan.

Oleh karena itu, Sekbadan menantang kepada seluruh satker untuk menyusun dan mengembangkan buku seri iptek dengan penjelasan sedikit tetapi disertai kekuatan gambar dan dikemas secara eksklusif, baik pada sampul maupun kertas di dalamnya.

“Mari kita akan coba kembangkan terus kekuatan kita,” kata Sekbadan. Sony Fentarto, narasumber sekaligus pengajar dalam acara workshop tersebut menyatakan setuju adengan pernyataan Sekbadan tersebut. “Teknik fotografi hanyalah itu-itu saja. Selanjutnya terserah pengembangan kita masing-masing,” kata Sony.

Lebih lanjut, Sony menyatakan bahwa foto yang ditunjukkan dalam buku inovasi hasil litbang pertanian dalam teknik fotografi lebih dikenal dengan foto essay.  Foto ini biasanya berisikan kumpulan lebih dari 3 foto yang menceritakan kejadian atau tempat tertentu. Kekuatan foto ini terletak pada cerita dan kualitas fotonya. Oleh karena itu, untuk membuat foto ini haruslah ditentukan temanya terlebih dahulu.

Workshop fotografi Badan Litbang Kehutanan diikuti oleh seluruh satker Badan Litbang Kehutanan keculai BPK Makassar dan BP2D Samarinda. Acara tersebut dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 23-24 September 2014. Pada hari terakhir, diadakan lomba membuat foto essay  dengan tema keanekaragaman hayati di Arboretrum Badan Litbang Kehutanan. Adapaun juara 1, 2 dan 3 dari lomba adalah Oki Hidayat, S. Hut dari BPK Kupang, Agustina Dwi Setyowati dan Deny Adi Putra, S. Hut dari BKSDA Samboja. **(THS)

sumber : klik disini

Share Button

Bioindustri, masa depan buah tropika Indonesia

BPTKSDA (Samboja, 23/9/2014). Seminar Nasional Tumbuhan Buah Tropika Nasional II dengan tema ”Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-Industri Buah Tropika Berkelanjutan dilaksanakaan selama dua hari, Selasa-Rabu (23-24/9/2014). Seminar diprakarsai oleh Balai Penelitian Buah Tropika, Kementerian Pertanian bertempat di Hotel The Hills, Bukittinggi, Sumatera Barat.  Peserta meliputi berbagai instansi pemerintah, lembaga penelitian, akademisi, dan swasta.

Sekretaris Badan Litbang Pertanian Dr. Agung Hendriadi, sebelum membuka acara secara resmi, menyatakan bahwa pertanian buah tropika Indonesia kedepannya sangat menantang. Pada tahun 2012 Indonesia masuk dalam 16th World Largest Economy dan pada tahun 2020 sebanyak 52% penduduk Indonesia masuk kelas menengah, dimana masyarakatnya tidak hanya mengandalkan beras tapi juga buah dan sayur. Tahun 2011 konsumsi buah masyarakat Indonesia adalah 34,55 kg/kapita/tahun sedangkan standar FAO mencapai 73 kg/kapita/tahun. Sebab rendahnya daya saing buah tropika kita adalah terkait kuantitas produksi, kualitas produksi, dan penanganan pasca panen, lanjut Dr. Agung.

Pada seminar hari kedua (Rabu/24/9/2014), Peneliti dari Balitek KSDA, Tri Atmoko, M.Si, berkesempatan menyampaikan makalah oral dengan judul Potensi dan Konservasi Durian Hutan Kalimantan (Durio kutejensis).

“Pulau Kalimantan adalah pusat penyebaran marga durian di dunia,dari sekitar 27 jenis durian 18 jenis diantaranya ada di Kalimantan” ungkap Tri Atmoko dalam presentasinya. Sayangnya kerusakan hutan menyebabkan jenis yaang sebagian besar masih berada didalam hutan itu makin jarang ditemui. Upaya konservasi eksitu perlu dilakukan karena jenis-jenis durian hutan adalah sumber plasma nutfah untuk kepentingan pemuliaan, lanjut Tri. Terkait dengan hal tersebut, dalam salah satu rumusan seminar menyatakan bahwa informasi terkait sebaran sumberdaya genetik durian ex situ di Kalimantan Timur sangat yang berpotensi dimanfaatkan sebagai komponen penyusun bioindustri berbasis inovasi.

Pada hari terakhir (Kamis, 25/9/2014) dilaksanakan field trip ke beberapa lokasi, yaitu ke Istana Pagaruyung, Danau Singkarak dan Balai Penelitian Buah Tropika (Balitbu) di Solok. Di Balitbu para peserta di sambut dengan sajian buah-buahan seperti pepaya, salak, jambu, apukat, dan aneka jus buah. Dari lima sajian jus buah yang disajikan, yang paling menarik adalah jus terong virus. Terong virus adalah jenis buah yang hanya ditemukan di dataran tinggi Sumatera Barat. Bentuknya sama sekali tidak mirip terong hanya warnanya yang ungu membuat namanya menjadi sesuai.

Selanjutnya dilakukan kunjungan ke kebun koleksi buah Balitbu. Pada lahan sekitar 25 ha dalam kompleks perkantoran Balitbu terdapat blok koleksi pisang. Koleksi pisang yang tercatat dalam rekor Muri (Museum Rekor Indonesia) ini ternyata telah berhasil mengoleksi tanaman sebanyak 205 aksesi pisang dari berbagai lokasi. Yang menarik dari koleksi ini adalah satu aksesi dari Jawa Timur yaitu pisang NTC. Jenis pisang ini berbeda dengan pisang pada umumnya. Batang bagian bawahnya sangat besar, mirip dengan palem botol. Menurut Edison, Peneliti Balitbu, menyatakan bahwa pisang NTC tidak bertunas, sehingga perbanyakannya dilakukan menggunakaan biji. Selain itu pisang ini ditanam tidak untuk diambil buahnya namun bijinya adalah bahan baku untuk dibuat tepung. Beberapa buah unggulan hasil Balitbu lainnya adalah varietas unggul mangga, manggis, dan durian, lanjut Edison. Acara field trip diakhiri dengan kunjungan ke kebuh produksi buah naga, memanen dan mencicipi buahnya yang manis. (TA)

Daftar pemakalah utama dalam Seminar:

  1. Riset. Pantjar Simatupang menyampaikan konsep dan penerapan pertanian Bio-Industri berkelanjutan.
  2. M. Prama Yufdy, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Kementan yang menyampaikan Kontribusi hasil penelitian tanaman buah dalam pembangunan pertanian bio-industri.
  3. Ruedy Poerwanto dari IPB menyampaikan Peluang, tantangan dan upaya mendorong pengembangan bio-industri tanaman buah Indonesia memasuki pasar bebas ASEAN.
  4. Rahmat Pinem dari Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Tanaman Buah, Kementan yang menyampaikan topik tentang Status dan arah pengembangan kawasan buah-buahan di Indonesia.
  5. Darda Effendi, Kepala Pusat Kajian Hortikultura Tropika/PKHT-IPB), menyampaikan makalah terkait Peran PKHT-IPB dalam Mengembangkan Tanaman Buah Mendukung Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan.
  6. Rudy Tjahjohutomo, Kepala Balai Besar Pascapanen-Balitbang Pertanian, menyampaikan tentang dukungan Teknologi Pascapanen dalam Meningkatkan Nilai Tambah Produk Buah Tropika dan Pembangunan Pertanian Bio-industri.
  7. Astuu Unadi dari Balai Besar Mekanisasi Pertanian, Balitbang Pertanian, menyampaikan tentang Inovasi Alat dan Mesin Pertanian dalam Meningkatkan Nilai Tambah Produk Buah Tropika dan Pembangunan Pertanian Bio-Industri.
  8. Asosiasi Eksportir-Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia (ASEIBSSIND), menyampaikan tentang Tantangan,Peluang, dan Harapan dalam Pemasaran Buah Tropika.
  9. Ruslan Krisno dari PT. Great Giant Pineapple, menyampaikan terkait Model Pembangunan Pertanian Bio-Industri Berbasis Tanaman Buah.

 Kebun produksi buah naga Pisang NTC

Terong Virus

Share Button

Potensi Keanekaragaman Hayati Indonesia: Butuh Peran Pemerintah

Potensi ekonomi keanekaragaman hayati Indonesia tidak akan memberikan manfaat nyata tanpa adanya komitmen pemerintah pusat dan daerah secara menyeluruh.

Ini disampaikan pada diskusi pakar yang diselenggarakan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), di Hotel Grand Kemang, Kamis (25/9) ini.

“Tahun depan adalah tahun pasar bebas ASEAN, kalau kita melihat keanekaragaman hayati ini hanya sebagai potensi saja jika tidak dimanfaatkan, bisa jadi orang lain yang akan menikmati hasilnya,” tegas Pengurus Yayasan KEHATI, Setijati D Sastrapradja.

Senada dengan Setijati, Ketua Gabungan Pengusaha Jamu, Charles Saerang menyatakan, “Temulawak di Semarang itu adalah temulawak terbaik tapi tidak diopeni (diperhatikan) oleh pemerintah.”

“Dari 30.000 spesies yang kita punya, baru sebagian saja yang bisa diidentifikasi,” kata CEO PT Nyonya Meeneer ini.

Potensi industri jamu bahkan bisa mencapai Rp 50 triliun (saat ini baru mencapai Rp16 triliun saja). Namun, para petani tanaman jamu justru berada pada kekuasaan tengkulak dan tidak diayomi oleh pemerintah. Selain itu, kerumitan dalam hal budidaya jamu ini di tingkat pemerintah juga menjadi penghalang produk asli Indonesia itu untuk menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.

“Tidak jelas kementerian siapa yang menangani, dan ternyata ada 20 kementerian yang menangani jamu,” tambahnya.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Diah Kencana dari Universitas Udayana dalam usahanya untuk mengembangkan bambu tabah. Bertahun-tahun dia berusaha untuk membudidayakan kembali bambu tabah, bambu asli Tabanan, Bali, yang sudah hampir punah. Bambu ini memiliki rebung yang sangat berguna dan menjadi tanaman konservasi di lahan kritis.

Dari hasilnya mengolah bambu bersama masyarakat sekitar, tanaman lokal tersebut mampu memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat. Meskipun demikian, Diah masih khawatir dengan ketidakpastian di sektor kebijakan.

“Kebijakan pemerintah ini penting sekali. Tapi setiap ganti Bupati pasti ganti kebijakan,” katanya. Hal ini tentu menyulitkannya untuk mengembangkan bambu tabah yang bisa menjadi potensi bagi Bali.

Sementara itu, Prof. Dr. Achmad Subagyo dari Universitas Jember mengatakan bahwa setidaknya ada tiga kendala untuk mewujudkan potensi ekonomi keanekaragaman hayati di Indonesia. Pertama adalah persepsi atau budaya masyarakat yang masih menomor duakan potensi yang dimiliki Indonesia. Seperti singkong yang masih dianggap sebagai makanan kelas dua. Kedua adalah inovasi untuk memberikan nilai tambah. Dan ketiga, koordinasasi antarsektor untuk mengurai benang kusut yang belum terjalin baik.

Achmad juga menyebut, potensi keanekaragaman hayati bisa mulai dibangun dengan menggali warisan budaya yang ternyata banyak memanfaatkan keanekaragaman hayati di Indonesia.

sumber berita : klik di sini

Share Button