Penggunaan herbal sebagai pengobatan alternatif telah mengangkat sumber pengetahuan obat tradisional. Namun demikian, masih banyak masyarakat di Indonesia yang masih meragukan pengetahuan tersebut. Sehingga diperlukan observasi atau penelitian yang membuktikan keampuhan dari pengetahuan obat tradisional tersebut.
“Pengetahuan obat yang telah dilakukan secara tradisional, apabila dikembangkan secara ilmiah akan memberikan manfaat yang lebih kepada masyarakat, baik melalui pemanfaatan, upaya konservasi dan teknik budidayanya,” kata Dr. Ir. Bambang Tri Hartono, M.F., Kapuslitbang Peningkatan Produktivitas Hutan saat memberikan sambutan pada Seminar Hasil-hasil Penelitian “Tumbuhan Obat dari Hutan: Konservasi, Budidaya dan Pemanfaatan” di Aula Kantor Pegadaian Balikpapan, Rabu (3/12/14).
Pernyataan ini didukung oleh Prof. Enos Tangke Arung, salah satu narasumber pada acara tersebut. “Penelitian mempunyai peranan penting. Penelitian menjadi landasan pembuktian secara ilmiah tumbuhan obat tradisional agar dapat menjadi produk komersial yang berkhasiat dan pada akhirnya ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat,” kata Enos.
Disis lain, Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut, M.Si., Kepala Balitek KSDA menyatakan bahwa penggunaan herbal sebagai salah satu pengobatan alternatif, terutama bagi masyarakat kota, mayoritas tidak sejalan dengan sumber pengetahuan obat tradisional yang dikembangkan oleh masyarakat desa. Hal ini akan memberikan dampak negatif, dimana khasiatnya tidak maksimal dan akan memperpuruk pengetahuan pengobatan tradisional serta ekonomi masyarakat.
Untuk tujuan tersebut, Dr. Wawan Gunawan, Peneliti Balai Penelitian Teknologi Konservasi dan Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) telah menemukan upaya biorespecting sebagai langkah pemanfaatan tanaman obat untuk industri dan pemberian nilai manfaat bagi masyarakat.
“Upaya bioprespecting dilakukan untuk mencegah terjadinya pemanfaatan tumbuhan obat tanpa adanya nilai manfaat bagi kelestarian lingkungan hutan dan bagi masyarakat lokal sebagai pemilik pengetahuan tradisional dari tanaman obat tersebut,” kata Wawan.
Seminar yang diselenggarakan selama satu hari tersebut dihadiri oleh sekitar 100 peserta yang merupakan para pihak yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan tumbuhan obat dari alam. Peserta tersebut baik dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah yaitu Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten, Badan Lingkungan Hidup, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan dari Institusi Perguruan Tinggi di Kalimantan Timur. Adapun tujuan utama dalam seminar tersebut adalah untuk menyelamatkan pengetahuan pengobatan tradisional serta pemanfaatan tumbuhan hutan yang berkhasiat untuk obat-obatan.
Seminar tersebut telah menghasilkan suatu keinginanan untuk berkolaborasi dalam mengeksplorasi potensi tumbuhan obat yang ada di daerah peserta. Adapun tujuan kolaborasi tersebut, kedepan, potensi tumbuhan obat dapat bermanfaat baik secara ekonomi, ekologi maupun sosial bagi masyarakat. Kolaborasi ini melibatkan Balitek KSDA, Perguruan Tinggi, dan Pemerintah Daerah. ***ADS
Materi Terkait:
Etnobotani Tumbuhan Berkhasiat Obat
Potensi Beberapa Jenis Tumbuhan Berkhasiat Anti Diabetes
Bioprospecting Upaya Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Potret Tumbuhan Obat
Pengalaman Pengembangan Industri Skala UKM
Rumusan Seminar