“Sesrawungan Konservasi”
Kota Jogja hujan dan sedikit berangin ketika kami tiba di kampus Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Tidak begitu ramai kampus pada hari Senin, 22 Desember 2014 ketika kami masuk ke Gedung A. Beberapa ruang kuliah yang ditempeli kertas dengan tulisan “harap tenang ada ujian” menjawab ketidakramaian tersebut. Siang itu, Balitek KSDA berkunjung ke Fahutan UGM dengan tujuan menghadiri undangan “Sesrawungan Konservasi”, diskusi ilmiah antara pegiat konservasi intra dan ekstra Fahutan UGM. Diwakili tiga Peneliti dan satu Pranata Humas, diskusi kali ini diisi Balitek KSDA yang mempresentasikan hasil penelitian dan profil Balai dengan mengambil tempat di Ruang Multimedia Gedung Fahutan UGM.
Presentasi pertama dilakukan oleh Dr. Wawan Gunawan dengan judul “Selayang Pandang Balitek KSDA dan Program Kegiatan Penelitian”. Drh. Amir Ma’ruf, M.Hum menjadi penyampai kedua dengan judul “Konservasi Orangutan”, berisikan upaya penyelamatan Orangutan melalui penanganannya di areal konflik seperti perkebunan, tambang dan pemukiman. Materi terakhir disampaikan oleh Bina Swasta Sitepu, S.Hut dengan judul “Konservasi, Penyebaran dan Populasi Hernandia nymphaefolia Kubitzki di Kalimantan” yang merupakan bagian dari tema besar “Konservasi jenis-jenis kurang dikenal terancam punah”.
Pada sesi diskusi, Dr Ir. Taufik Tri Hermawan, M.Si, Wakil Kepala Laboratorium Pelestarian Alam Fahutan UGM mengungkapkan harapan terbesar dari hasil-hasil penelitian Balitek KSDA kedepannya dapat menghasilkan produk yang dapat diserap dan dijadikan kebijakan. “Sebuah harapan besar yang membutuhkan pekerjaan yang besar dari institusi Balitek KSDA sebagai lembaga penelitian teknologi konservasi dengan jangkauan seluruh Indonesia”, kata Taufik. Semangat para peneliti yang tergolong muda di balai ini diharapkan menjadikan cambuk penyemangat untuk terus bisa menghasilkan penelitian yang berkualitas kedepannya. “Sinergi antara balai konservasi dengan universitas diharapkan dapat menjadi jembatan dalam mendaratkan hasil penelitian agar dapat terserap dan diimplemntasikan dalam tataran praktis maupun kebijakan”, tambahnya.
Danang Anggoro, S.Si, M.Si, koordinator forum karyasiswa Kementerian Kehutanan, yang juga PNS di Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur menyoroti kurangnya penelitian yang dilakukan di kawasan konservasi, pengembangan manajemen dengan sistem protected area dan konflik di kawasan konservasi. Danang juga mendorong sinergi antara universitas dengan balai penelitian untuk mendukung kegiatan penelitian dengan melibatkan mahasiswa yang akan melakukan penelitian sebagai tugas akhirnya. “Mahasiswa tersebut bisa dianggap sebagai asisten peneliti di lapangan”, ujar Danang sembari tersenyum. Putri, mahasiswa fahutan UGM, menanyakan kepada Amir Ma’ruf kebenaran adanya konflik antara Orangutan dan perusahaan atau masyarakat seperti yang diberitakan di media massa beberapa waktu lalu. “Apakah konflik ini memang benar ada terjadi sebelum adanya pendampingan oleh pak Amir dan kawan-kawan kepada perusahaan?”, tanya Putri.
“Paradigma pengelolaan kawasan konservasi harus memberikan manfaat bagi peningkatan perekonomian masyarakat,” ujar Wawan Gunawan menanggapi pendapat dan pertanyaan peserta diskusi. Rencana penelitian Balitek KSDA th 2015-2019, menurut Wawan, disesuaikan dengan isu-isu yang sedang berkembangdan dianggap perlu mendapatkan perhatian segera. “Tentu saja kami sesuaikan dengan sumberdaya yang di Balitek KSDA”, tegas Wawan. Penanganan konflik yang terjadi juga harus dilihat apakah konflik yang terjadi di masyarakat dengan stakeholder atau terkadang adanya konflik antara pengelola kawasan konservasi dengan pemerintah daerah.” Saat ini kami juga melakukan upaya pengelolaan konflik dengan masyarakat di KHDTK Samboja yang dilakukan oleh teman-teman pengelola”, terang Wawan lagi. “Saat ini kami juga sedang mendorong agar hasil penelitian di lahan bekas tambang, khususnya indikator keanekaragaman hayati, dapat dimasukkan dalam indikator keberhasilan kegiatan restorasi di lahan bekas tambang”, imbuh Wawan. Upaya ini menurut wawan merupakan salah satu proses yang dilakukan Balitek KSDA agar hasil penelitian yang telah dilakukan dapat sampai dengan baik dan benar di tataran pembuat dan pelaksana regulasi.
Amir Ma’ruf yang pada sesi presentasi mengupas masalah orangutan, menyampaikan bahwa hasil penelitian dan kegiatan di lapangan telah disampaikan kepada pihak terkait, dalam hal ini dirjen PHKA untuk dapat diaplikasikan melalui pembuatan regulasi penangan konflik orangutan. Bekerjasama dengan lembaga Ecositrop dan Fahutan Unmul, Balitek KSDA juga turut menginisisasi pembentukan satgas orangutan di perusahaan HTI, tambang, dan perkebunan dan sosialisasi penanganan dan perelokasian orangutan di kawasan perusahaan. “Agar konflik antara orangutan dengan perusahaan dan masyarakat dapat terus ditangani dengan baik dan tidak melalui perlakuan yang merugikan orang utan dan masyarakat”, terang Amir.
Dea, mahasiswa fahutan UGM, mengungkapkan perhatiannya kepada jenis-jenis flora kurang dikenal namun memiliki potensi untuk menjadi punah dikarenakan kurangnya pengenalan dan pemahaman masyarakat. “Bagaimana teknik sosialisasi kepada masyarakat terkait hal tersebut ?,” tanya Dea. Bina Swasta Sitepu mengungkapan pentingnya update informasi tentang status kondisi populasi dan habitat flora sebagai dasar pengelolaan dan pelestarian flora kurang dikenal yang berpotensi terancam punah. “Ini menjadi peluang bagi mahasiswa, khususnya di tingkat S1, karena dapat dijadikan bahan penelitian skripsi”, terang Bina. Hingga saat ini belum bisa ditentukan dengan pasti kondisi nyata di lapangan terkait jenis-jenis flora kurang dikenal tersebut. Sembari melakukan penelitian, dimulai dari jenis-jenis disekitar kita, kita bisa melakukan sosialisasi tersebut kepada masyarakat sekitar. “Akhirnya nanti mereka tahu, oh ternyata jenis ini memang sudah sulit ditemukan, atau justru tidak ada lagi disekitar mereka,” ujarnya sembari menekankan pentingnya penelitian lanjutan terkait upaya pelastarian tumbuhan melalui budidaya, pemuliaan dan perlindungan habitat.
Pada akhir diskusi, para peserta mengungkapkan keinginannya agar sharing hasil penelitian seperti ini terus dilakukan baik melalui tatap muka langsung maupun melalui media lainnya, dan upaya tindak lanjut kerjasama antara Fahutan UGM dengan Balitek KSDA dapat direalisasikan untuk menunjang kegiatan penelitian kedua belah pihak. ***ADS