Program Kerjasama Harus Sejalan dengan Prioritas Pembangunan Sektor Kehutanan

FORDA (Jakarta, 21/10/2014)_Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, M.Sc, Kepala Badan (Kabadan) Litbang Kehutanan menyerukan kepada Peneliti Badan Litbang Kehutanan (Balitbanghut) untuk cermat dalam menerima Kerjasama Luar Negeri (KLN), jangan menganaktirikan pekerjaan-pekerjaan APBN. Hal ini disampaikan pada Rapat pembahasan Program Kerjasama The International Tropical Timber Organization (ITTO) di Ruang Rapat lt. 11 Blok 1 Manggala Wanabakti, Jakarta (selasa, 21/10).

 “Kerjasama itu untuk menutup lubang-lubang anggaran APBN yang tidak cukup untuk menyelesaikan. Tapi konsentrasikan pada IKU (Indikator kinerja Utama) dan IKK (Indikator Kinerja Kegiatan),” kata Kabadan.

Kabadan menyadari bahwa selama ini, ada beberapa peneliti di Balitbanghut yang fokus pada proyek kerjasama dan mengabaikan kegiatan-kegiatan APBN. Namun demikian, Kabadan merasa agak kecewa karena proyek-proyek kerjasama tersebut kadang tidak dicermati dengan seksama. Misalnya,  kegiatan pengukuran pohon Dipterokarpa yang sudah berumur 30 tahun di Labanan.

“Karena saya paham, dari segi publikasi kita kurang bagus,” kata Kabadan yang mengetahui secara persis bahwa apabila data diambil oleh peneliti asing maka mereka akan mempublikasikan dan mendapat keuntungan besar. Hal ini juga membatasi peneliti kita untuk menulis karena sudah diakuin oleh mereka.

Oleh karena itu, Kabadan berkomitmen untuk menolak semua kegiatan KLN yang bersifat hanya pengukuran saja. Selain itu, Kabadan berharap bahwa seluruh hasil kerjasama dapat menghasilkan iptek yang berorientasi pada Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

“Saya minta setiap peneliti mempunyai keinginan untuk itu,” kata Kabadan.

Sedangkan untuk kelangsungan proyek KLN, terutama ITTO, Kabadan berharap adanya proses kaderisasi. Peneliti yunior harus belajar kepada peneliti senior dan sebaliknya, penelit senior harus legowo. Jangan sampai, proposal yang dibuat adik-adik peneliti yang bergelar doktor tidak laku.

“Biarkan adik-adik di depan, kita di rangking kedua. Ada yang kita pegang sendiri, tetapi jangan semua. Sedangkan yang muda-muda tidak mendapat tempat,” kata Kabadan.

Rapat pembahasan program kerjasama ITTO tersebut dilaksanakan untuk mempersiapkan partisipasi Indonesia pada ITTO yang ke-50 di Yokohama pada tanggal 3-8 November 2014. Dalam rapat tersebut, dipresentasikan ke-9 program kerjasama ITTO Balitbanghut.

Dalam rapat tersebut, juga dihasilkan beberapa rencana tindak lanjut, yaitu:

  1. Memonitoring secara aktif proses registrasi dan pembukaan rekening
  2. Penyelesaian proyek dan kelengkapan dokumen harus dilakukan tepat waktu
  3. Untuk proyek baru, dimohon untuk persiapan pendanaan pembinaan administrasi dan substansi oleh Sekretariat
  4. Pokja kebijakan segera dihidupkan kembali. Untuk memfasilitasi proyek-proyek yang terkaik REDD.

Materi Terkait:

  1. Promoting Conservation of Plant Genetic Resources of Aquilaria Gyrinops Species in Indonesia
  2. Operational Strategies for The Conservation of Tengkawang Genetic Diversity and for Sustainable Livelihood of Indigenious People in Kalimantan
  3. Support to ITTO-CITES Implementation for Tree Species and Trade/Market Transparancy (TMT)
  4. Promoting Conservation of Selected High-Value Indigenous Species of Sumatra
  5. Model Capacity Building for Efficient and sustainable Utilization of Bamboo Resources in Indonesia
  6. Promoting the Partnership effort to REDD from Tropical Peatland in South Sumatra through the Enhancemenet of Conservation and Restoration Activities
  7. ITTO REDD+ Feasibility Study for the Bilateral Offset Scheme FY 2012 in Central Kalimantan
  8. Strengthening the capacity of local institutions to sustainably manage community forestry in Sanggau for Improving Livelihood
  9. Tropical Forest Conservation For Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation and  Enhancing Carbon Stocks in Meru Betiri National Park, Indonesia

 Sumber : http://www.forda-mof.org/index.php/berita/post/1885

Share Button