Peran Litbang dalam Pengembangan Industri Bahan Bakar Nabati (BBN) dalam rangka Pembangunan Ketahanan Energi Nasional

Konsumsi domestik terhadap bahan bakar minyak (BBM) naik dengan pesat, hal ini terjadi akibat dari terus dipertahankannya subsidi BBM yang pada tahun 2014, diperkirakan sekitar 300triliun rupiah. Di sisi lain, kapasitas kilang domestik yang stagnan selama kurang lebih 20 tahun yang mengakibatkan impor BBM (bensin dan solar) dari tahun ke tahun terus naik.

Melihat kondisi di atas, maka perlu segera dicari sumber energi terbarukan – karena sifatnya yang bersih – untuk dapat mengganti BBM. Dan biomasa adalah satu-satunya sumber energi terbarukan yang dapat menghasilkan, atau mudah dikonversi menjadi bahan bakar cair – bahan bakar nabati (BBN) atau biofuels. Maka pengembangan dan pemanfaatan komersial BBN adalah keharusan dan merupakan pilihan yang paling tepat.

Kemiri sunan adalah salah satu tanaman potensial penghasil bioenergi jenis biodiesel. Kemiri sunan mulai berproduksi pada usia 4tahun, dan pada umur 8tahun dapat menghasilkan 15ton biji ( 6 sd 8 ton biodiese) per hektar/tahun. Kelebihan lain dari kemiri sunan adalah dapat dikembangkan pada lahan sub optimal – misalnya lahan pasca tambang timah. Akan tetapi, yang perlu dipersiapkan pada pengembangan kemiri sunan pada saat ini adalah perlu adanya kepastian harga dan pasar agar kejadian beberapa tahun yang lalu, yang dialami oleh jarak pagar, tidak terulang kembali.

fgd bbn bogor hotel salak

Para Peserta FGD “Perang Litbang dalam Pengembangan Industri Bahan Bakar Nabati dalam rangka Pembangunan Ketahanan Nasional”

Saat ini, Balitbang Kementerian Pertanian telah mengembangkan varietas unggul lokal yaitu kemiri sunan (KS) 1, KS 2, Kermindo 1 dan Kermindo 2, demikian disampaikan Syafaruddin Deden, peneliti dari Puslitbang Perkebunan dalam presentasinya dengan judul “Perkembangan dan Kesiapan Benih Kemiri Sunan (KS 1 dan KS2) dan Komoditas Lainnya untuk Mendukung Litbang Biodiesel” pada acara Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Puslitbangtek KEBTKE. Dari ke empat varietas yang diuji, yang paling potensial untuk menghasilkan biodiesel adalah Kermindo 1, dengan kemampuan menghasilkan biodiesel 37,54 kg/pohon/tahun.

Varietas unggul  Kemiri Sunan memiliki FFA dibawah 5 sehingga dapat diproses menjadi biodiesel lebih efisien dan memberikan kualitas yang memenuhi standar SNI. Tetapi, salah satu kelemahannya adalah angka iodium yang masih tinggi, yaitu kisaran 90-95  Angka Iodium yg tinggi dapat diatasi dengan pemilihan katalis. Ikatan rangkap tidak berpengaruh pada proses transesterifikasi maupun esterifikasi. Peneliti dari Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi – BPPT, Imam Paryanto, menjelaskan lebih lanjut. Dalam usaha menurunkan angka Iodium, dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain penggunaan katalis untuk reaksi trans esterifikasi yaitu menggunakan katalis basa.

Hasil inovasi litbang tentunya sangat diperlukan untuk menjadikan kemiri sunan sebagai program biodiesel nasional guna mendukung kebijakan Pemerintah dalam rangka percepatan pengembangan biodiesel dari komoditas non pangan.

Kerjasama antara stakeholder dalam pengembangan kemiri sunan sebagai BBN melalui beberapa institusi kelitbangan, tentunya diharapkan memberikan hasil yang menjanjikan. Oleh karena itu, perlu adanya sinkronisasi program yang sinergis lintas Kementerian terkait, serta dukungan berbagai pihak seperti Perguruan Tinggi, Akademisi, Industri, profesional, praktisi, Pemda dll.  MRM.

Sumber : Klik di sini

Share Button