BPTKSDA (Samboja, 22/10/2014). Dalam rangka meningkatkan pengetahuan jenis-jenis pohon penghasil resin, peserta diklat WASGANIS JIPOKSIN (Balai Diklat Kehutanan Samarinda) melakukan kunjungan lapangan di KHDTK Samboja pada Rabu, 22/10/2014. Peserta diklat berjumlah 30 orang, terdiri dari perwakilan Dinas Kehutanan Kabupaten dan Propinsi se-Kalimantan dengan didampingi Staf Dinas Kehutanan Prov. Kaltim serta Balai Diklat Kehutanan Samarinda sebanyak 5 orang dan instruktur dari Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman yakni Harlinda Kuspradini, Ph.D., Edi Sukaton, M.Sc., Dr. Enih Rosamah, Irawan Wijaya Kusuma, Ph.D., dan Prof. Dr. Enos Tangke Arung, S.Hut. MP. Rombongan peserta disambut oleh Suwarno, SE, M.Si., Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Ir. IGN. Oka Suparta, Kepala Seksi Data, Informasi dan Penelitian Balitek KSDA.
Sebagai informasi, WASGANIS JIPOKSIN adalah Pengawas Tenaga Teknis dengan Pengujian Kelompok Resin. Pengawas Tenaga Teknis diharapkan memiliki kompetensi dalam kegiatan pengukuran dan pengujian kelompok resin (Kopal, Biga, Damar Mata Kucing, Damar Daging, Damar Rasak, Damar Pilau, Damar Batu, Embalau, Gaharu, Kemedangan, Kapur Barus, Kemeyan, Sheed Lak, Jernang, Gondorukem). Khusus kunjungan lapang ini mereka akan melakukan pengamatan tegakan Agathis, Kapur dan Meranti.
Peserta diklat terlihat sangat antusias dan langsung menuju ke pohon Damar yang terletak di belakang kantor setelah dua jam perjalanan dari Samarinda dengan menggunakan bus milik Pemda Prov. Kalitim. “Ini pohon apa pak?,” tanya salah satu peserta diklat dari kab. Berau. “Damar, dengan nama latin Agathis boornensis,” jawab Enos Tangke Arung. “Ini baru permulaan, masih banyak yang di Km 7 KHDTK nanti, tenang semuanya!” jelas Nanang Riana, S.Hut., sembari tertawa karna melihat peserta diklat yang semuanya menyerbu pohon yang hanya berjumlah tiga tersebut. Terlihat peserta diklat mulai mengukur diameter pohon, mengambil sampel daun, dan mencungkil damar yang keluar dan memasukkannya ke plastik sampel sembari terus berdiskusi dengan instruktur maupun pedamping dari Balitek KSDA.
Selanjutnya, peserta menuju ke Arboretum Balitek KSDA. Di lokasi ini peserta melakukan pengamatan tegakan Meranti Tembaga (Shorea leprosula). “Berapa umur pohon ini pak?,” tanya salah satu peserta diklat. “Pohon ini ditanam tahun 1991, berarti sudah berumur 23 tahun,” jelas Yustinus Iriyanto, S.Hut., pembimbing dari Balitek KSDA. Peserta melanjutkan diskusi dan mengukur tegakan sembari bersendau gurau di disekitar arboretum. Beberapa peserta tampak menggali informasi mengenai persemaian kepada Nanang dan Yustinus sembari mengambil foto beberapa jenis tumbuhan yang ada di persemaian.
Setelah rehat sejenak, peserta melanjutkan kunjungan ke Km 7 KHDTK Samboja untuk melakukan pengamatan jenis Kapur (Dryobalaps lanceolata) di area Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT). Kali ini lokasinya lebih menyenangkan bagi peserta diklat untuk berdiskusi sembari melakukan pengamatan karena di area ini masih berupa hutan yang masih bagus dengan hawa yang sejuk. Beberapa pohon Lai dan Tengkawang yang sedang berbunga menjadi tambahan sajian dari hutan bagi peserta untuk diabadikan dengan kamera. Acara ini diakhiri dengan makan siang dan berfoto bersama di depan kantor KHDTK Samboja. *ADS***