“State of The Art” Penulisan Ilmiah

Balitek KSDA, Samboja, 22 Oktober 2014. Sembari tertawa, Dr. Hendra Gunawan menceritakan ikhwal dirinya tersesat ke Samboja Kuala. “Niatnya mau ke Balitek KSDA Samboja, saya malah nyasar ke Samboja Kuala, maklum selama ini sering diantar saja, ” ujarnya tersenyum. Akibat tragedi tersasar ini, pembinaan yang seharusnya dimulai jam 09.00 WITA tertunda sampai setengah jam. Diadakan di ruang rapat, pembinaan pada selasa pagi ini bertujuan untuk mengingatkan kembali para peneliti untuk lebih baik dalam membuat karya tulis ilmiah dan proposal penelitian. Berbekal pengalaman menulis dan menjadi leader tim penelitian, Dr. Hendra Gunawan berbagi teknik menulis yang baik dan mendorong teman-teman peneliti di Balitek KSDA untuk lebih aktif dalam menulis ilmiah.

“Peneliti harus memiliki state of the art dalam menghasilkan tulisan,” pungkas Hendra Gunawan memulai pemaparannya. Seringkali, penelitian yang dituangkan dalam tulisan ilmiah tidak dapat dengan kuat memberikan alasan mengapa harus dilaksanakan dan apa manfaatnya. “Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kurangnya pemakaian referensi yang mendukung,” terang Hendra. Sebagai implikasi dari kekurangan ini, dewan redaksi di Puskonser telah mensyaratkan jumlah minimal referensi dalam setiap tulisan adalah 15 buah, dengan pembagian 10 referensi utama dan 5 referansi pendukung.

Setiap proses dalam penulisan harus difikirkan secara detail dan dituangkan secara matang mulai dari pendahuluan, perumusan masalah, hipotesis, tujuan, tinjauan pustaka, metode, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran. “Beberapa peneliti masih sulit untuk membuat kesimpulan yang menjawab permasalahan penelitian,” ujar Henda Gunawan. Bahkan, terkadang Hendra Gunawan masih menemukan kesimpulan yang dibuat tanpa ada kaitannnya dengan tujuan penelitian. “Padahal, kesimpulan dibuat untuk menjawab masalah dan memenuhi tujuan dari penelitian yang dilakukan,” terang Hendra.

Selain itu peneliti diharapkan juga memiliki bekal kemampuan bahasa dan tata bahasa yang sesuai dengan standar penulisan ilmiah agar tulisan ilmiah yang dihasilkan dapat dimengerti oleh pembaca. “Seringkali ditemukan paragraf yang tidak selesai, atau tidak ada kaitan antar paragraf,” ujar Hendra Gunawan. Untuk itu, Hendra Gunawan menyarankan agar dalam 1 paragraf minimal ada 3 kalimat dan ada aliran yang mengaitkan antar paragraf. “Selain itu, ada baiknya juga untuk meminta kepada teman atau orang lain yang berpengalaman untuk membaca tulisan kita,” sarannya.

Pada sesi diskusi, Mukhlisi, peneliti dari Kelti Konservasi Kawasan menanyakan perihal pembuatan kesimpulan dalam tulisan Ilmiah. “Apakah lebih baik dalam bentuk point per point atau dalam satu paragraph single statement?” tanya Mukhlisi. Menurut Hendra Gunawan, kesimpulan lebih baik dalam bentuk point per point. “Agar lebih spesifik dan jelas dalam menjawab permasalahan penelitian,” terangnya sembari menikmati pisang goreng yang tersaji.

Usai pemaparan dan diskusi tentang penulisan ilmiah, pembinaan dilanjutkan dengan pembuatan proposal penelitian. “Penapisan kegiatan layak bisa dilihat dari 5W 1 H yaitu Why, Who, What, When, Where dan How,” ujar Hendra Gunawan. 5W dan 1 H tersebut adalah mengapa riset ini penting (Why), siapa yang akan menerima manfaat (Who), apa kontribusi penelitian (What), kapan hasil riset bisa selesai dan diaplikasikan (When), dimana hasil riset akan diaplikasikan (lokal, regional, nasional, internasional) (Where) dan bagaimana transfer hasil riset kepada pengguna (How).  “Dari beberapa elemen yang ada ini, dapat dibuat parameter kelayakan dan prioritas dari sebuah kegiatan penelitian,” terang Hendra Gunawan.

Pada kesempatan ini Beliau juga mengingatkan agar dalam pembuatan rencana penelitian, sebagai peneliti kehutanan sebaiknya menyesuaikan dengan kebutuhan ataupun prioritas yang ditentukan oleh Kementerian Kehutanan. “Bukan berarti yang lainnya tidak boleh, namun kita upayakan agar yang kita lakukan dapat bermanfaat secara langsung dengan mitra kita di kementerian. Untuk topik selain yang ditentukan, dapat kita lakukan dengan upaya pendanaan dari luar kementerian,” terang Hendra Gunawan sembari mempersilahkan para peneliti di Balitek KSDA untuk tidak ragu-ragu menghubunginya baik melalui email atau sms jika ada pertanyaan lebih lanjut.

Drinus Arruan, S.Hut., Kepala Seksi Perencanaan, Evaluasi dan Kerjasama, mengharapkan dengan adanya pembinaan ini, peneliti dapat lebih giat dalam menghasilkan tulisan ilmiah sesuai dengan kegiatan penelitian yang telah dilakukan. “Kegiatan ini juga sebagai persiapan kita dalam menghadapi RPI periode 2015 -2019, agar rencana kegiatan dan output yang akan dibuat dapat selaras dan berjalan dengan baik,” ujar Drinus sekaligus mengakhiri kegiatan tepat pukul 12.00 WITA. *ADS***

3 1

Share Button

Mengenalkan Lingkungan lewat Menggambar, Mewarnai dan Bernyanyi

Hijau sawah, hijau gunung, hijau hutan dan hijau bumi. Mari kita menanam pohon agar kita terhindar dari bencana. Teman-teman ayo kita membuang sampah pada tempatnya.

Sepenggal lirik tersebut adalah bagian dari lagu yang dinyanyikan oleh kelompok paduan suara yang tergabung dalam Forum Keluarga dan Anak Cinta Lingkungan (FOKAL), di Hall Room, Radio Republik Indonesia (RRI), Gejayan, Yogyakarta, pada hari Minggu (18/10/2014).

Paduan suara yang tergabung di Fokal Yogyakarta menyanyikan lagu-lagu bertema lingkungan di Hall Room, RRI Yogyakarta. Foto : Tommy Apriando.

Waktu menunjukkan pukul 08.30 WIB. Anak-anak fokus  menggambar dan mewarnai diatas tas kanvas. Dalam jarak sekitar lima meter, orang tua mereka melihat dan memantau dari jarak tidak berkejauhan. Sebagian anak lainnya sudah rapih dengan kostum pentas. Mereka adalah para finalis lomba bernyanyi untuk negeri yang diselenggarakan oleh Sahabat Lingkungan Yogyakarta bersama WALHI Yogyakarta, FOKAL, RRI Yogyakarta dan Reispirasi.

Ning Raswani selaku koordinator Fokal kepada Mongabay Indonesia mengatakan, acara tersebut diselenggarakan bermula dari keprihatinan terhadap kondisi lingkungan di Yogyakarta dan Indonesia secara umumnya. Perhatian terhadap alam tidak hanya dilakukan dengan aksi langsung, tetapi juga dengan edukasi tentang lingkungan sejak dini kepada anak-anak, karena mereka generasi penerus negeri ini.

“Kami melihat masih banyak sekolah yang belum memberikan pemahaman kepedulian lingkungan kepada siswanya. Selain itu di lingkungan keluarganya juga harus diajarkan,” katanya.

Dia mengatakan pendekatan dan pengenalan lingkungan lewat anak-anak dan keluarga sangat efektif. Oleh karena itu, sejak Fokal berdiri pada tahun 2010, mulai mengenalkan lingkungan kepada anak-anak lewat lomba menyanyi, berwisata alam di desa. Fokal juga mengajak mereka melihat pengelolaan sampah dan menanam padi di sawah.

Dengan cara itu, anak dan keluarganya bisa paham, peduli dan tersentuh terhadap lingkungan hidup. Bahkan, anak -anak yang tergabung di Fokal menegur sesama temannya yang buang sampah sembarangan. Orang tua anggota Fokal juga sudah menjadi contoh untuk peduli dan memikirkan solusi kelestarian lingkungan di kampungnya.

Salah satu peserta lomba bernyanyi untuk negeri sedang menunjukkan kepiawaiannya bernyanyi lagu tentang lingkungan di Hall Room RRI Jogja. Foto : Tommy Apriando

“Bernyanyi hanya sebagai sarana seni. Ini cara pendekatan yang efektif untuk anak. Paling tidak lagu-lagu yang bertema lingkungan ini sudah di dengar oleh mereka, lalu diterapkan lewat perilaku keseharian,” kata Ning.

Anak-anak juga diajak menggambar dan mewarnai pakai tas berbahan kanvas.  Bila menggunakan kerta, maka bakal dibuang menjadi sampah. Dengan menggunakan tas, maka pesan lingkungan akan tetap ada dan terus dilihat karena tas tersebut dipakai oleh anak-anak sendiri.

“Harapan kami membangun generasi peduli lingkungan lewat anak-anak. Masa depan lingkungan kita ada di mereka. Semoga mereka terbentuk karakter dan jiwa cinta lingkungan. Ajarkan mereka untuk memberikan dan melakukan berbagai hal agar alam lestari,” tutup Ning.

Tas kanvas bergambar tema lingkungan karya anak-anak di Hall Room, RRI Jogja. Foto :  Tommy Apriando

Deni Widyanto yang juga menjadi juri lomba menggambar dari lembaga pecinta Penyu Reispirasi kepada Mongabay mengatakan, kegiatan tersebut sangat menyenangkan dan efektif, melibatkan anak-anak untuk paham, peduli akan lingkungan lewat nyanyi, mewarnai dan menggambar bertema lingkungan. Reispirasi juga sudah beberapa kali melakukan aksi edukasi dan pelepasan tukik (anak penyu) dengan melibatkan anak-anak.

“Dengan anak-anak menggambar dengan isu lingkungan, beberapa anak lain yang melihat jadi ingin tahu dan ikutan. Apalagi tasnya dikembalikan ke penggambarnya sendiri, ini akan membuat bangga dan menularkannya kepada kawannya di sekolah,” kata Deni

Direktur eksekutif Walhi Yogyakarta, Halik Sandera kepada Mongabay mengatakan, tujuan utama kegiatan ini adalah pendidikan lingkungan untuk anak dan keluarga, sehingga kepedulian lingkungan bisa tertanam sejak kecil dan dikeluarga. Dari semua peserta mulai dari bernyanyi, menggambar dan mewarnai. Mereka bisa disebut sebagai duta lingkungan untuk berbagi pengalaman lingkungan.

“Pengalaman mereka peduli terhadap lingkungan akan disebarkan ke teman-temannya. Ya paling tidak mereka tahu bagaimana menjaga kelestarian lingkungan,” kata Halik.

Ia menambahkan, ke depan selain untuk anak-anak ini ikutan lomba, pasca lomba ini mereka akan ada pertemuan-pertemuan. Untuk anak-anak diberikan edukasi tentang lingkungan, sedangkan orang tuanya juga diahak untul memikirkan kondisi lingkungan dan mencari solusinya, paling tidak dimulai dari lingkungan kampung mereka.

Saat ini, kurikulum di sekolah masih jauh dari konteks lingkungan. Beberapa mata pelajaran di sekolah seharusnya bisa dipraktikan dengan turun di lapangan. Sekolah hanya mengejar penghargaan Adiwiyata.  Setelah mendapatkan gelar Adiwiyata, lalu tidak ada keberlanjutannya. Padahal pendidikan itu berkelanjutan.

“Menyelamatkan lingkungan tidak hanya dilakukan di kalangan aktivis lingkungan. Seluruh masyarakat berpotensi untuk untuk terlibat melakukan konservasi dan lingkungan yang lestari. Hal ini dilakukan sejak usia anak, di dorong lingkungan keluarga dan sekolah,” tambah Halik.

Sumber : Klik di sini

Share Button